Lagi-lagi Membuat Sensasi

Sepertinya Ada Penyakit Tersembunyi di Kakinya



Sepertinya Ada Penyakit Tersembunyi di Kakinya

0Ya Tuhan! Gumam Gu San dalam hati ketika melihat penampilan Ye Qichen. Iblis kecil itu tampak malu-malu dan canggung, dia merasa seolah-olah melihat seekor harimau bertingkah seperti anak manja. Dia sangat ingin mencolok matanya.     

Tuan Muda tidak begitu patuh seperti ini di depan Tuan Besar Ye, jadi sebenarnya apa pesona Nona Qiao? Pikir Gu San.     

Qiao Nian mengerutkan sudut mulutnya, menyadari bahwa Ye Qichen sedang menyapanya. Dia sedikit mengernyit agak gelisah, tidak tahu bagaimana menjawabnya.     

Qiao Nian sama sekali tidak tahu bagaimana bersosialisasi dengan anak-anak, terutama yang berusia 5 atau 6 tahun. Dia terdiam selama beberapa detik. Lalu dia menghela napas, sebelum mata anak laki-laki itu perlahan-lahan meredup, dia berjalan mendekat dan mengeluarkan botol permen karet dari tasnya. Dia menuangkan sebutir permen manis kecil dan menempatkannya ke dalam tangan anak itu.     

"Qiao Nian…"     

Ye Qichen memiliki sebutir permen di telapak tangannya. Matanya segera menjadi cerah kembali. Dia tidak sabar untuk melompat kegirangan, tetapi dia memperhatikan citranya dan hanya bisa menahan diri. Dia enggan makan permen itu, tapi dia juga takut jika tidak memakannya maka Qiao Nian akan salah paham bahwa dia tidak menyukainya.     

Uh, sangat manis! Batin Ye Qichen.     

Ye Qichen menyipitkan mata dengan puas. Tindakannya itu agak mirip dengan Qiao Nian ketika makan permen juga.     

Ye Wangchuan jarang melihat Ye Qichen menunjukkan sisi sebagai seorang anak kecil. Pria tangguh itu melunak dan bertanya padanya, "Apa permen itu enak?"     

"Enak!" Ye Qichen menganggukkan kepala, seperti ayam yang mematuk nasi. Dia sangat menyukainya. Dia juga menatap Qiao Nian karena takut gadis itu lari.     

Qiao Nian melihat mata Ye Qichen terus mengikutinya. Pandangan bocah itu mengikuti ke mana pun dia pergi. Bocah itu tampaknya sangat bergantung padanya. Qiao Nian tidak mengerti mengapa Ye Qichen begitu memercayainya. Dia mengerutkan bibirnya dan melihat buah yang ditaruh di samping ranjang pasien. Dia pun berjalan mendekat, mengambil buah pir di sana lalu bertanya pada Gu San di mana pisau buah.     

Setelah beberapa saat, Qiao Nian sudah memotong buah pir itu. Dia tidak membagi buah pir menjadi potongan-potongan kecil, tapi langsung menyerahkan keseluruhan buah pirnya. Dengan mata terkulai, dia bertanya kepada Ye Qichen, "Mau makan?"     

Bocah kecil yang tukang pilih-pilih makanan itu, termasuk buah pir yang tadi dipotong oleh Qiao Chen, yang membuatnya berbicara dengan buruk, sekarang bagaikan berganti menjadi orang yang berbeda. Dia tidak pilih-pilih sama sekali. Setelah memegang potongan buah pir besar yang dipotong Qiao Nian, dia menggerogotinya dengan sangat patuh.     

Ye Wangchuan paling memahami betapa sulitnya bagi Ye Qichen. Di kediaman utama di Beijing, iblis kecil ini selalu membutuhkan orang lain untuk memotong buah. Setelah dipotong dengan bagus, suasana hatinya akan merasa baik.     

Melihat tampang Ye Qichen yang patuh di depan Qiao Nian, Ye Wangchuan mencibir, tanpa merusak ketenangan dan keindahan ini. Dia mengawasi Ye Qichen dan Qiao Nian yang sedang berbasa-basi.     

"Kak, permennya tadi manis sekali, ya. Itu permen jeruk?"     

"Bukan."     

"Apa itu permen apel?"     

Qiao Nian melihat bahwa ketika mengobrol, sesekali Ye Qichen selalu menutupi kaki kirinya dengan tangan, seolah-olah ada penyakit tersembunyi di kakinya. Tanpa meninggalkan sisa, dia menuangkan permen gula kecil lagi untuk Ye Qichen.     

"Untuk kamu," ucap Qiao Nian.     

Ye Qichen tampak seperti sedang memegang sesuatu yang berharga. Permen gula putih kecil itu sangat berharga sampai membuatnya tersenyum cerah.     

Qiao Nian meliriknya. Dia mengerutkan bibirnya lagi lalu berkata dengan berani, "Kalau suka, nanti aku akan membawakanmu lagi."     

Mata Ye Qichen menjadi lebih cerah. Dia mengangguk berulang kali, terlihat patuh dan lembut. Dia membalas, "Baiklah."     

Di sisinya, Ye Wangchuan melihat permen gula yang Qiao Nian keluarkan. Entah bagaimana, dia merasa sangat familier, tetapi pada saat yang sama, dia juga tidak dapat mengingat di mana dia melihatnya.     

***     

Di kediaman Keluarga Qiao, Shen Qiongzhi menyaksikan Qiao Chen pergi dengan gembira, tetapi pulang dengan wajah pucat. Merasa tertekan melihatnya seperti itu, dia menarik Qiao Chen ke samping dan meminta pelayan untuk menyajikan sup. Dia juga mengukur suhu tubuh anaknya lagi, takut penyakit masa kecilnya kambuh lagi.     

"Ada apa, Chenchen? Apa tidak berjalan mulus? Keponakan Fu Ge tidak menyukaimu?"     

Qiao Chen meraih sudut pakaiannya. Ketika Shen Qiongzhi mengungkit soal Ye Qichen, dia sangat marah. Dia berkata, "Dari dulu aku belum pernah melihat anak seperti itu! Bagaimana aku bisa mengambil hatinya, dia bahkan tidak memberiku sikap yang baik!"     

Melihat bahwa Qiao Chen tidak menyukai Ye Qichen, Shen Qiongzhi juga menunjukkan pandangan jijik lalu berkata dengan tidak sepenuhnya menyetujuinya, "Sudahlah, jangan marah. Dia hanya seorang anak kecil. Aku dengar dia dibawa oleh pihak ibunya dan tidak tinggal bersama Fu Sinian. Tidak peduli seberapa menyebalkannya dia, itu juga tidak akan memengaruhimu di masa depan."     

"Aku harap begitu," balas Qiao Chen. Dia berpikir dengan percaya diri bahwa dia sendiri bisa mengambil hati anak itu hari ini. Namun, sikap anak itu terhadapnya membuatnya merasa kesal. Apalagi saat perjalanan pulang, Nyonya Fu memperlakukannya dengan sangat dingin, yang juga membuatnya gelisah.     

Saat ini, Qiao Chen mendongak, dia tiba-tiba teringat sesuatu. Dia pun berkata kepada Shen Qiongzhi, "Ngomong-ngomong, Bu, apa Ayah sudah pulang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.