Lagi-lagi Membuat Sensasi

Panggilan ‘Kakak’ yang Masuk ke Lubuk Hati



Panggilan ‘Kakak’ yang Masuk ke Lubuk Hati

Qiao Nian tidak menoleh ke belakang. Dia menunduk dengan mata gelap dan hanya membalasnya dengan kalimat sederhana, "Ada banyak jalan. Bersekolah adalah cara terbaik bagi semua orang untuk berlatih. Semua orang perlu tiket untuk masuk dan meninggalkan masyarakat, tetapi bagaimana kamu bergaul nanti, tergantung pada kemampuan pribadimu."     
0

"Tugasmu sekarang adalah rajin belajar," lanjut Qiao Nian.     

Setelah selesai berbicara, Qiao Nian tidak ingin lagi berdebat dengan anak yang baru pubertas itu. Dia melambai-lambaikan tangan dengan masih membelakanginya dan berkata, "Oke, aku pergi. Kembalilah dan rawat ibumu dengan baik. Pastikan Paman Chen sudah meminum sup tonik yang kuberikan."     

Chen Yuan memperhatikan sosok Qiao Nian yang menjauh. Diam-diam dia mengepal erat tangannya. Dia pasti bisa lebih menonjol dari orang lain.     

Qiao Nian berjalan sangat perlahan sampai ke pintu masuk tangga dan menyapa dua orang yang menunggunya datang.     

"Kakak Ye…"     

"Gu..." Qiao Nian tidak bisa mengingat nama Gu San dalam sesaat.     

Gu San merespons dengan cepat dan segera berkata dengan bijak, "Nona Qiao, panggil saja saya Gu San. Saya anak ketiga di keluarga saya."     

Dia memberi panggilan 'kakak' kepada Tuan Wang. Tidakkah itu manis di dalam hati Tuan Wang?! Batin Gu San.     

Ternyata benar, setelah mendengar Qiao Nian memanggilnya dengan sebutan 'Kakak', ekspresi Ye Wangchuan terlihat jauh lebih baik. Padahal, Qiao Nian memanggilnya dengan begitu santai dan asal-asalan. Namun, rupanya itu sangat berarti bagi Ye Wangchuan. Dia tidak tahan mendengarkannya sampai masuk ke dalam hati.     

"Gu San…" Qiao Nian menganggukkan kepala. Sikapnya tampak berubah. Dia lalu berkata. "Kamu juga jangan panggil aku 'Nona Qiao' lagi. Panggil saja aku 'Qiao Nian'."     

Panggilan 'Nona Qiao' ini, dengan mudah mengingatkan Qiao Nian pada beberapa orang dan masalah yang buruk.     

Sementara itu, Gu San sangat jeli. Dengan terkekeh, dia segera memperbaiki kata-katanya, "Qiao Nian… Nama ini terdengar bagus. Bagaimana kalau lebih baik aku memanggilmu 'Niannian'?"     

Gu San menoleh dan berkata kepada Ye Wangchuan, "Tuan Wang, Anda juga jangan panggil nama 'Qiao Nian' lagi. Panggil saja 'Niannian' yang terdengar sangat intim."     

Ye Wangchuan menyipitkan mata dan meliriknya. Gu San yang sangat antusias, dalam sekejap langsung membeku dan juga tidak terlalu bergembira lagi. Kemudian, Gu San di samping berdiri dengan sopan dan tangan yang saling bertautan.     

Ye Wangchuan melihat sekilas pada Gu San lalu pandangannya tertuju pada seorang gadis selengean yang berdiri di depannya, tetapi juga sangat patuh. Dia bertanya kepadanya, "Kamu datang ke rumah sakit untuk menemui Bibi Chen?"     

Ketika mereka makan malatang malam itu, Qiao Nian bilang memiliki hubungan baik dengan wanita yang menjual malatang. Namun, Ye Wangchuan tidak menyangka mereka begitu dekat. Sepulang sekolah, Qiao Nian bahkan segera ke rumah sakit untuk menemuinya.     

"...Bisa dibilang begitu." Qiao Nian mengangguk sekenanya. Di samping itu, dia juga memberi edukasi pada anak kurang ajar.     

Di sisinya, Gu San mendengarkan dengan cemas. Kemudian, dia bertanya dengan nada yang bergosip, "Niannian, saya baru saja melihatmu berbicara di koridor dengan seorang anak laki-laki seusiamu. Siapa orang itu?"      

Kelopak mata Ye Wangchuan melonjak dua kali dan alisnya menajam. Dia memelototi Gu San. Dengan segera Gu San menutup mulutnya lagi.     

"Mungkin anak laki-laki yang kita lihat malam itu. Namanya Chen Yuan, kan? Putra Bibi Chen." Ye Wangchuan menjawab sebelum Qiao Nian bersuara. Suara rendahnya menggairahkan.     

Qiao Nian tidak menyangka ingatan Ye Wangchuan begitu baik. Dia mendongak dan melihatnya dengan terkejut serta takjub. Dia pun mengangguk dan menjawab, "Iya, itu dia."     

Ckck… Keluh Gu San dalam hati. Ini adalah pertama kalinya dia melihat seorang pria menjelaskan identitas saingan cintanya sendiri. Benar-benar berpikiran terbuka.      

Tuan Wang hebat, batin Gu San. Namun, dia tidak berani menunjukkannya. Dia hanya menelan pujian itu bulat-bulat.     

"Karena kalian semua sudah datang ke rumah sakit, mau menjenguk Chenchen bersamaku, tidak?"     

Ye Wangchuan melihat Qiao Nian masih menggendong tas sekolah. Dia pun mengulurkan tangan. Buku-buku jari-jarinya terlihat jelas dan indah, jarinya tipis dan ramping, sementara tulang pergelangan tangannya halus dan kuat. Dia berkata, "Beri aku tas sekolahmu. Aku bantu bawakan."     

Di dalam tas sekolah itu dipenuhi dengan barang-barangnya yang berharga. Qiao Nian mengerutkan kening dan tampak ragu-ragu sejenak. Namun, tas sekolahnya sudah direbut begitu saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.