Lagi-lagi Membuat Sensasi

Raut Wajah Guru Kelas B Terkejut



Raut Wajah Guru Kelas B Terkejut

0Telapak tangan Ye Wangchuan hangat sewaktu menutupi matanya. Qiao Nian hanya merasa melihat kegelapan di depannya. Ada semacam perasaan yang tak terlukiskan di hatinya, seolah-olah sehelai bulu menyentuh hatinya dengan lembut.     

Sebelum Qiao Nian bisa memahami perasaan itu, Ye Wangchuan telah melepas tangannya. Kemudian, dia memegang anak kecil yang ada di sampingnya. Dalam dirinya ada rasa hormat yang tenang. Dia lalu berkata, "Ayo, pergi. Kita keluar dulu. Biarkan dia beristirahat."     

"Iya." Meskipun enggan, Ye Qichen tetap pergi. Dia berpikir bahwa Qiao Nian lelah, jadi dia mengikuti Ye Wangchuan keluar dengan pintar dan patuh.        

Mata Qiao Nian memerhatikan mereka pergi ke arah pintu. Ketika pintu sudah mau tertutup, Ye Wangchuan tiba-tiba seperti teringat sesuatu. Secara tidak sengaja dia mengajukan pertanyaan, "Oh iya, kenapa kamu tidak memberitahuku kalau kamu mengerti teknis medis?"     

"..." Qiao Nian tercengang.     

Ye Wangchuan mengangkat alis dan menyunggingkan sudut mulutnya. Ckck, jawaban ini cukup kuat dan tak terbantahkan. Itu memang gayanya, batinnya.     

Ye Wangchuan tidak bertanya lebih jauh. Dia menarik pintu sambil berkata dengan suara provokatif, "Selamat tidur…"     

***      

Qiao Nian mengira dia tidak akan bisa tidur di tempat lain. Tanpa diduga, dia bangun secara alami setelah tidur. Ketika dia menggosok kepalanya yang mulai pusing, hari berikutnya sudah pukul 10 pagi.     

Mata pelajaran pertama pagi ini adalah mata pelajarannya Shen Hui. Qiao Nian menopang dahinya yang pusing dengan tangannya karena tidur terlalu lama. Setelah bangun, dia menemukan ada satu set pakaian baru yang terlipat rapi tergeletak di sisi ranjang. Tas sekolahnya juga ada di sampingnya. Di atasnya ada juga sehelai memo.     

Qiao Nian mengambil memo itu, menunduk untuk membacanya. Di atasnya ada sederet kalimat yang tertulis, 'Aku membantumu menelepon sekolah untuk meminta izin sakit. Setelah bangun, mandilah dan istirahat sebentar'.     

Tulisannya terlihat biasa, tapi setiap kata mengungkapkan pemberitahuan tak terbantahkan. Sekali baca, Qiao Nian sudah tahu tulisan itu pasti dari Ye Wangchuan. Ternyata, pria itu membantunya meminta izin.     

Qiao Nian tanpa sadar teringat gambaran Ye Wangchuan yang menggendong dirinya kemarin di luar ruang operasi. Dengan tergesa-gesa, dia meletakkan memo itu lalu mengambil pakaian yang ada di atas ranjang. Setelah mencari, dia menemukan kamar mandi pribadi di dalam kamar tersebut lalu membersihkan dirinya.     

Setelah mandi dengan air dingin, Qiao Nian akhirnya terjaga sepenuhnya. Dia berganti pakaian lalu keluar. Ketika mencari ke sekeliling, dia tidak melihat sosok Ye Wangchuan dan si anak kecil. Dia tidak tahu ke mana mereka berdua pergi. Qiao Nian mengiriminya pesan teks lalu mengambil tas sekolah untuk pergi ke sekolah.     

***     

Saat Qiao Nian tiba di sekolah, mata pelajaran kedua telah berakhir. Kebetulan waktunya untuk istirahat makan siang. Qiao Nian masuk dengan tasnya di satu tangan. Ruang kelas yang tadinya berisik tampak membeku, sunyi dalam sekejap. Semuanya menghentikan urusan mereka dan serempak menatapnya.     

Apa yang mereka lakukan? Batin Qiao Nian.     

Alis Qiao Nian terangkat dan sorot matanya terlihat arogan. Langkah kakinya berhenti sejenak lalu segera kembali ke tempat duduk dan meletakkan tasnya. Orang-orang di ruang kelas seolah tersadar kembali lalu bersorak-sorai.     

"Qiao Nian sudah datang!"     

"Kak Nian sudah datang ke sekolah."     

"Haha, aku masih mengira hari ini dia tidak akan datang. Bukannya Guru Shen bilang hari ini Ka Nian meminta izin sakit?     

"..." Qiao Nian kembali tercengang. Kak Nian? Gumamnya dalam hati.     

Qiao Nian menarik kursi dengan tangan putihnya lalu duduk. Shen Qingqing yang ada di sebelahnya segera meraih tangannya dengan gembira sampai ingin melompat. Dia berkata, "Qiao Nian, apa kamu tahu nilaimu kali ini?"     

"...?" Qiao Nian menurunkan pandangan mata dan berpikir sejenak. Selain nilai 40 untuk mata pelajaran menulis bahasa Mandarin karena dia pikir tidak menulis terlalu banyak kata, dengan sisa enam mata pelajaran lainnya seharusnya dia mendapat nilai 560.     

Sebelum Qiao Nian bisa menjawab, Shen Qingqing menarik lengan bajunya dengan tidak sabar, tertawa sangat gembira, dan "560! Nilaimu 560!"        

"Qiao Nian, kamu peringkat pertama di sekolah!"     

Hari ini kertas ujian belum dibagikan. Dengar-dengar para guru mengoreksinya malam itu juga sesuai dengan permintaan wali kelas Kelas B. Setelah menghitung nilainya, hari ini hanya nilai saja yang dipublikasikan. Jika Shen Qingqing tahu ada nilai Qiao Nian yang kurang, yaitu 40 poin hanya karena tidak menulis esai, dia pasti akan menjadi gila.        

Saat ini, Liang Bowen juga bersandar ke dinding. Tangannya memegang bola basket, dia mengubah citranya menjadi lembut. Dia mengenakan headband Nike biru di dahinya. Dia terlihat bersinar dan tampan.      

"Chen Yuan juga peringkat ke-12 di sekolah. Katanya, di kelas sebelah, Guru kelas B terkejut ketika dia mendapat peringkat sekolah," ucap Liang Bowen.     

"Qiao Nian, kamu boleh juga. Aku masih mengira kamu bercanda dengan kami ketika kamu mengatakan kalau kamu akan memperoleh peringkat pertama dalam ujian, tapi aku tidak menyangka nilaimu begitu bagus," tutur Liang Bowen. Dia sekarang tidak sabar menunggu menonton Kelas B yang meminta maaf kepada mereka.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.