Menikahimu Sampai ke Tulang-tulangku

“Apa Itu Memberimu Inspirasi?”



“Apa Itu Memberimu Inspirasi?”

0Xu Jialu yang berada jauh di Kota Mo tiba-tiba bersin, dia tidak tahu jika gajinya telah dipertaruhkan oleh seorang kapitalis.     

Cincin berwarna perak itu akhirnya terpasang di jari manis Xu Youyou, sentuhannya sedikit dingin, sementara berlian yang ada di atasnya tampak berkilau terang di bawah cahaya.     

Xu Youyou sedikit memutar cincin itu, kemudian mengangkat kepala untuk menatap bola mata pria di hadapannya. Senyum cerah pun muncul di wajahnya yang menawan.     

Mo Shenbai ikut tersenyum, tatapannya jatuh ke arah iPad yang ada di pangkuan Xu Youyou, "Butuh bantuan?"     

"Hm?" Bola mata jernih Xu Youyou menatap Mo Shenbai yang tengah memandang iPad di pangkuannya, "Kamu tidak bisa menggambar, jadi bagaimana kamu bisa membantuku?"     

"Aku tidak bisa menggambar, tapi—" suara rendah pria itu perlahan terdengar, lalu tiba-tiba berhenti, bola mata gelapnya menegang, jari-jari rampingnya mengusap dagu. Dia kemudian jatuh berlutut dengan satu kaki, sementara tubuh bagian atasnya menempel pada Xu Youyou.     

Xu Youyou terpaku untuk sesaat, wajah mereka berjarak sangat dekat, nafasnya mulai tercekat, pupil matanya mulai membesar.     

Mo Shenbai menangkup rahang Xu Youyou, lalu sedikit memiringkan kepalanya hingga pucuk hidungnya menempel dengan hidung gadis itu. Jarak bibir keduanya bahkan tidak lebih dari satu sentimeter, membuat mereka bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.     

Pipi Xu Youyou semakin merona, pikirannya langsung kosong. Ujung hidungnya dipenuhi dengan aroma musk yang menguar dari tubuh Mo Shenbai. Telinganya bahkan bisa mendengar suara debaran jantung yang terdengar seperti pukulan genderang.      

Deg, deg, deg, deg, deg….     

Entah ini milik Mo Shenbai atau miliknya sendiri.     

Mata gelap Mo Shenbai tampak berapi-api. Pria itu menatap lembut Xu Youyou sebelum kemudian menunduk se-inci demi inci sampai akhirnya tatapannya terkunci ke arah dua lipatan bibir Xu Youyou.     

Merah muda, lembut, mengkilat dan menarik.     

Nafasnya semakin memburu, jakunnya yang seksi terus bergerak naik turun, seolah mencoba menahan sesuatu. Seakan ada sesuatu yang menguar di udara, tak satupun dari mereka membuka suara, tidak juga mengambil langkah lebih jauh.     

Ketika keduanya saling menatap dari jarak yang sangat dekat, seperti ada sesuatu yang menjerat di antara garis pandang mereka. Tak dapat diurai maupun dipotong.     

Pada akhirnya Mo Shenbai menarik tubuhnya, bibir tipisnya terbuka lembut, sementara suaranya terdengar pelan dan serak, "Apa itu memberimu inspirasi?"     

Xu Youyou mengerjap dan tiba-tiba menjawab, "Kamu… memberiku inspirasi?"     

Mo Shenbai mengangguk.     

Xu Youyou menggigit bibirnya sambil menunduk, dia merasa malu karena berpikir Mo Shenbai akan menciumnya.     

"Belum?" Mo Shenbai kembali bertanya.     

"Sudah…" Xu Youyou mengangguk santai, telinganya terasa sangat panas, "Aku, aku sudah tahu harus bagaimana menggambarnya…"     

Bibir Mo Shenbai sedikit terangkat, telapak tangannya yang hangat kembali jatuh ke puncak kepala Xu Youyou tanpa membelainya, dia berbisik, "Kalau begitu gambarlah dengan baik, aku tidak akan mengganggumu."     

Setelah itu dia berdiri dan pergi keluar.     

Mata Xu Youyou diam-diam mengikuti punggungnya sebelum kemudian menghela nafas lega setelah pintu tertutup. Dia mengusap wajahnya, "Xu Youyou, jangan baper. Dia hanya berbaik hati membantu memberimu inspirasi!"     

Dia kembali meraih stylus pen-nya setelah merasa sedikit lebih tenang dan fokus untuk memodifikasi sketsanya.     

Waktu berlalu dengan cepat, hari sudah siang saat Xu Youyou selesai memodifikasi sketsa-nya. Dia meregangkan tubuh lebih dulu, kemudian memandang hasil sketsa-nya hingga sebuah senyum muncul di wajahnya.     

Sketsa dua orang yang sebelumnya ingin berciuman itu kini berubah memejamkan mata, antara ingin berciuman atau tidak, dengan suasana keintiman yang begitu kental.     

"Hebat sekali diriku, aku bisa menggambar semuanya." Kemudian Xu Youyou menyimpan sketsa tersebut, kemudian mematikan iPad dan teringat sesuatu, lalu dia bangkit dan berjalan ke pintu sebelah.     

Tok, tok, tok.     

Dia mengetuk pintu dengan pelan sebanyak tiga kali. Pei Chuan lah yang muncul membukakan pintu dan berkata dengan sopan, "Nyonya."     

Suara yang tanpa dia sadari terdengar keras pun membuat para eksekutif yang tengah duduk di ruang tamu ikut mendengarnya. Mereka langsung membatu dengan ekspresi terkejut, 'Nyo… nya?????'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.