Suami Dingin Tapi Kaya

Aku Sudah Memaafkanmu



Aku Sudah Memaafkanmu

0Mendengar perkataan putrinya, meskipun Hu Xiufe tidak mengerti kenapa Mu Han bisa mengancam Jing Yihan, tapi... Mu Wan adalah saudara terbaik putrinya dan bagaimana bisa putrinya itu melakukan hak yang menunjukkan sama sekali tidak tahu terimakasih seperti itu?     

Hu Xiufen menatap kecewa putrinya iu,, "Yihan, apa kamu sudah lupa kebaikan Mu Wan pada kita berdua? Bagaimana bisa kamu melakukan hal itu?"     

Jing Yihan juga sangat terluka, ia sampai terisak dan hampir kesulitan untuk bicara, "Aku tahu... dan aku tidak lupa, Bu. Tapi... aku sungguh tidak tahu lagi harus bagaimana, aku tidak mau ibu kehilangan nyawa Ibu di ranjang rumah sakit ini..."     

"Lalu kenapa kamu sampai mengkhianati Mu Wan? Itu tidak tahu terima kasih namanya!"     

Mata Jing Yihan sampai berkaca-kaca, "Kalau begitu beritahu aku, aku harus memilih apa... apa yang harus kupilih agar tidak menyakiti Mu Wan dan juga bisa tetap melindungimu di saat yang bersamaan...?"     

Hu Xiufen langsung terdiam karena sepertinya ia sudah menyadari ketidakberdayaan putrinya itu.     

"Kalaupun Mu Han mengancammu dengan nyawa ibu, itu tetap adalah ibu dan ibu akan tetap mengakuimu sebagai anak. Tapi kalau kamu menyakiti Mu Wan hanya karena ibu, lalu apa bedanya perbuatanmu itu dengan Mu Han?"     

Tangisan Yihan semakin menjadi-jadi.     

Di titik ini, ia sadar kalau dirinya sudah tidak akan sanggup lagi untuk bertatap muka langsung dengan Mu Wan.     

Jadi ia tidak mengharapkan apa-apa lagi sekarang. Ia hanya berharap ibunya bisa melewati penyakit yang menyiksanya itu dan ia dapat menjalani hidupnya dengan damai.     

Setelah menghapus air matanya, Jing Yihan berucap lagi, "Bu, saat ibu pulih nanti, aku akan minta maaf langsung pada Mu Wan."     

Wanita itu tidak mau hidup dalam 'rasa bersalah', bahkan kalau Wan Wan akan membenci dirinya, hendak memukuli dan memarahinya, atau bahkan menghukum mati dirinya, itu akan lebih baik daripada ia harus hidup dalam rasa bersalah karena 'pengkhianatan' ini.     

Saat itu, pintu bangsal tiba-tiba terbuka.     

"Karena kamu ingin minta maaf, maka tidak perlu menunggu bibi Hu pulih, lakukan sekarang saja."     

Mendengar suara itu, ibu dan anak yang ada di sana langsung menoleh ke samping.     

Jing Yihan sedikit terkejut saat mendapati Mu Wan di sana. Tapi melihat kondisi temannya itu aman dan baik-baik saja, ia langsung menghembuskan napas lega.     

Ia sungguh tidak sanggup bertatap muka dengan Mu Wan sekarang. Ia juga tahu bahwa temannya itu pasti datang untuk menghukum dirinya atas kesalahan yang sudah dia lakukan.     

Hu Xiufen juga bernapas lega saat mendapati Mu Wan dalam kondisi yang aman dan baik-baik saja.     

Namun, ia juga merasa malu karena kesalahan yang dilakukan putrinya, jadi ia hanya bisa menatap Mu Wan dalam diam.     

Suasana di dalam bangsal itu tiba-tiba jadi sunyi. Mu Wan menatap Jing Yihan dan berujar, "Bukankah kamu ingin meminta maaf? Kenapa sekarang malah tidak mengatakan sepatah kata pun?"     

Saat menghadapi Mu Wan, Jing Yihan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa dan ia tahu dengan jelas kalau penjelasan dan permintaan maaf apapun tidak akan membantu atas apa yang sudah ia lakukan.     

Pengkhianatan tetap saja pengkhianatan.     

"Maaf." ujarnya. Ia menunduk dan selain satu kata itu, ia tidak mengatakan atau menjelaskan apa-apa lagi.     

Mu Wan masih menatapnya, setelah itu dia berkata, "Aku sudah memaafkanmu."     

Jing Yihan sontak mendongak dan berpikir kalau dirinya hanya berhalusinasi.     

Bahkan Hu Xiufen yang ada di ranjang juga terkejut mendengarnya.     

Apa Mu Wan sedang bercanda atau sungguhan?     

Yihan sudah melakukan hal semacam itu padanya dan ia malah berkata... sudah memaafkan dirinya?     

Jing Yihan menatapnya terkejut karena tidak yakin apakah temannya itu sedang bercanda dengan dirinya atau tidak.     

"Kamu..."     

Mu Wan melirik Hu Xiufen sejenak, "Bibi Hu, ada sesuatu yang harus aku bicarakan berdua dengan Yihan."     

Hu Xiufen tertegun selama beberapa detik, lalu ia mengangguk, "Baiklah."     

Setelah itu, Mu Wan menoleh ke arah Jing Yihan dan berujar, "Ikut aku keluar."     

Melirik sejenak punggung wanita itu, Jing Yihan sempat ragu sampai akhirnya ia mengikutinya diam-diam.     

Kedua orang itu sampai di atap rumah sakit. Mereka berdiri di tengah hembusan angin yang tidak terlalu dingin dan di bawah sinar matahari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.