Suami Dingin Tapi Kaya

Jaga Mulutmu



Jaga Mulutmu

0Di atas sofa, lelaki itu duduk dengan sopan, postur tubuh yang tegap dan mata hitam jelaga yang dingin. Ia menatap wanita yang berlutut di lantai dengan tatapan membunuh.     

Mu Han sangat ketakutan karena dari kecil ia sudah terbiasa dimanjakan, tapi sekarang ia harus berlutut pada orang lain? Sebelumnya ia juga tidak pernah merasakan perasaan yang sangat memalukan seperti ini.     

"Kamu mengatakan bahwa kamu tidak melakukan apapun padanya?"     

Gu Tingyuan duduk sambil menyilangkan kakinya. Ia memancarkan aura yang menarik layaknya dia bukan salah satu dari manusia yang ada di bumi ini, melainkan sosok suci yang tidak bisa dijangkau orang-orang.     

Mu Han yang masih gemetaran itu segera mengangkat tiga jarinya, "Aku bersumpah, aku sungguh tidak melakukan apapun pada Mu Wan!"     

Gu Tingyuan menurunkan pandangannya sambil menggosok bekas luka kecil di ibu jarinya.     

Bekas luka ini ada saat ia bersama Mu Wan selama 100 hari dan itu juga merupakan tanda yang Mu Wan berikan padanya. Ia mengusapnya dengan lembut. Dengan melakukan hal itu, ia bisa merasa lebih tenang saat sedang marah.     

"Maksudmu aku ini buta, ya?" Ia menaikkan alisnya sambal menatap Mu Han yang sedang berlutut.     

Mu Han sama sekali tidak mengerti maksud perkataannya. Ia seperti sedang berjalan di atas es yang membuat tubuh dan pikirannya bergetar, "Maksud tuan Gu? Aku… aku tidak bermaksud seperti itu."     

Gu Tingyuan tidak mengatakan apapun. Ia hanya menatap Mu Han dengan tatapan dingin.     

Setelah beberapa saat, Mu Han akhirnya memberi respon.     

Saat Mu Wan tiba-tiba jatuh, Gu Tingyuan kebetulan bergegas ke arah mereka. Yang ia lihat pastinya hanya saat Mu Han mengangkat tanaman pot dari belakang. Karena itulah ia mengira bahwa Mu Han telah melukai Mu Wan dan membuatnya pingsan.     

Menyadari hal tersebut, dia langsung berkata, "Tidak tuan Gu. Saat itu aku tidak menyentuh Mu Wan sedikitpun, dia benar-benar jatuh sendiri! Jika tuan tidak percaya... tuan, tuan bisa mengecek CCTV. Benar, di sana pasti ada CCTV!"     

Gu Tingyuan langsung menjawabnya dengan nada tenang, "Benarkah? Kalau begitu untuk apa kamu memegang tanaman pot itu?"     

Mu Han langsung terdian, "Aku..."     

"Apa?" Gu Tingyuan menaikkan alisnya karena ia tahu Mu Han tidak bisa berkata apa-apa.     

Mu Han berkedip dengan perasaan bersalah. Ia sangat bingung sampai tidak tahu harus mengatakan apa. Ia sangat takut pada orang seperti Gu Tingyuan yang bisa membuatnya celaka kapan saja.     

"Aku... aku memang memegang tanaman pot itu, tapi aku tidak melemparkannya pada Mu Wan. Saat dia melihat tuan datang, dia langsung pura-pura pingsan! Tuan Gu harus percaya padaku, Mu Wan itu sebenarnya adalah pelacur! Dia paling bisa dalam mempermainkan lelaki dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan!"     

Mendengar kata 'pelacur' membuat Gu Tingyuan menatapnya dengan dingin, "Jaga mulutmu."     

Qin Feng yang ada di samping langsung melangkah maju lalu menampar wajah Mu Han dengan keras.     

Suara tamparan itu bergema di seluruh ruang tamu. Sudut mulut Mu Han bahkan sampai mengeluarkan darah.     

Bagaimanapun, Qin Feng adalah seorang pria dan tentu saja tamparannya jauh lebih kuat daripada yang Mu Wan lakukan.     

Mu Han sampai terjatuh tersungkur ke atas lantai. Saat ia sedang mengerang kesakitan, saat itu juga ia melihat sekilas Mu Wan yang sedang berdiri di sudut tangga di lantai dua. Hal itu membuatnya semakin dikuasai amarah!     

"Mu Wan, turun kamu! Dasar jalang, lebih baik kamu mati saja!"     

Seketika Mu Wan membeku di tempatnya. Yang paling mengejutkan adalah ia tidak menyangka bahwa Mu Han akan dibawa oleh Gu Tingyuan lalu menghukum Mu Han karena dirinya.     

Kenapa ia melakukan itu?     

Seiring dengan suara tangisan Mu Han, Gu Tingyuan yang duduk di sofa juga sedikit menoleh untuk melihat ke lantai dua.     

Mu Wan sangat terkejut saat tatapan mereka bertemu.     

Gu Tingyuan berdiri dan berjalan menuju lantai dua.     

"Kata Helian, kamu masih harus istirahat dulu. Kembalilah ke kamarmu."     

Nada suaranya lebih lembut dari sebelumnya. Mendengar itu, hati Mu Wan tiba-tiba menghangat, tapi ia masih menatapnya dengan bingung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.