Suami Dingin Tapi Kaya

Menangis Juga Merupakan Cara untuk Mengungkapkan Isi Hati



Menangis Juga Merupakan Cara untuk Mengungkapkan Isi Hati

0Gu Han sangat terkejut mendengarnya.     

Tapi kemudian dia mulai menyeringai, "Istri Gu Tingyuan? Keinginanmu untuk bertahan hidup sangat kuat rupanya, sampai berani mengatakan omong kosong itu? Bagaimana bisa aku yang merupakan sepupunya tidak tahu kapan dia menikah?"     

Gu Han benar-benar tidak tahu hal itu. Ia pergi dari kota Yu beberapa waktu lalu dan baru kembali beberapa bulan terakhir ini, ia juga sama sekali belum pernah bertemu Gu Tingyuan.     

Mengabaikan perkataan Mu Wan, ia tetap melanjutkan perbuatan sembrononya!     

Mu Wan semakin ketakutan melihat Gu Han yang melancarkan aksinya, ia hanya bisa menangis tidak berdaya, lalu ia kembali berteriak, "Jangan sentuh aku! Jangan sentuh aku!"     

"Bum!"     

Pintu terbuka karena ditendang oleh seseorang.     

Pemandangan yang menarik perhatian Gu Tingyuan adalah tatapan putus asa Mu Wan dan hal itu juga berhasil memicu amarahnya.     

Tidak ada seorangpun yang berani untuk menendang pintunya di rumah ini, Gu Han berhenti sejenak, lalu dia menoleh dan berteriak, "Bajingan mana yang berani menendang..."     

Sebelum ia mengucapkan kata 'pintu', ia juga langsung ditendang dan tersingkir dari atas tubuh Mu Wan.     

Setelah mengumpulkan kesadarannya, ia baru tahu bahwa orang yang menendangnya tadi adalah Gu Tingyuan.     

Saat Gu Han menendangnya, Mu Wan segera bangkit mengambil semua kain yang berserakan di samping untuk menutupi tubuhnya.     

Seluruh tubuhnya gemetar karena ia sangat ketakutan. Hal itu membuat hati Gu Tingyuan sangat sakit melihatnya.     

Ia melepas mantelnya dan memakaikannya pada tubuh Mu Wan yang bergetar hebat, lalu mereka meninggalkan tempat itu dengan Gu Tingyuan yang memeluknya.     

Di perjalanan kembali ke kediamannya, ia masih bisa merasakan dengan jelas bahwa tubuh wanita di pelukannya itu terus gemetar. Bagaikan tertusuk ribuan panah, ia sangat sakit hati menyaksikan hal itu.     

Sesampainya di kamar utama, ia meletakkannya dengan hati-hati di tempat tidur. Mu Wan segera menarik selimut untuk membungkus tubuhnya. Tapi Gu Tingyuan masih bisa melihat tubuhnya yang menggigil di balik selimut dan ia belum bisa tenang untuk waktu lama.     

Gu Tingyuan tidak pergi, ia berhenti di samping tempat tidur. Ia khawatir Mu Wan terluka karena ada noda darah di bagian dadanya.     

"Kamu terluka?"     

Mu Wan masih tidur membelakanginya. Meskipun mereka pernah berhubungan badan sama sekali, tapi dengan pakaiannya sekarang ini, juga membiarkannya menyaksikan pemandangan memalukan tadi membuatnya merasa sangat rendah di hadapan Gu Tingyuan.     

Ia menjawab dengan suara gemetar, "Tidak."     

"Tapi ada darah di dadamu."     

"Itu bukan darahku. Kamu...bisakah kamu keluar dulu, aku... aku ingin sendiri sekarang."     

Tidak lama setelah menatap punggung gemetarnya, Gu Tingyuan berbalik dan pergi dari sana.     

Mu Wan yang sedang berbaring di tempat tidur langsung menangis.     

Ia juga tidak tahu kenapa ia menangis, bukankah ia sudah berhasil lolos dari Gu Han?     

Bagi wanita, terkadang menangis juga merupakan cara untuk mengungkapkan isi hatinya.     

Ia benci dengan ketidakberdayaannya. Jelas-jelas dia sendiri yang mendekati Gu Han untuk mencari bukti pembunuhan yang dilakukan Mu Chen, tapi sebelum ia bisa menemukannya, ia malah hampir dinodai oleh Gu Han.     

Ketidakmampuannya ini membuatnya sedikit marah, tapi ia juga tidak bisa mengubahnya.     

Di malam yang sunyi.     

Mungkin karena lelah menangis dan tubuhnya juga sudah mencapai batas, tanpa sadar Mu Wan perlahan tertidur.     

Dalam keadaan setengah sadar, ia bisa merasakan kehangatan dalam tidurnya. Kehangatan itu membuatnya sangat nyaman sampai ia bisa melupakan semua masalah dan kesialannya tadi. Ia tidak bisa menahan diri untuk mendekat ke posisi yang membuatnya nyaman itu.     

Di bawah cahaya yang remang, wajah Gu Tingyuan semakin lembut saat menatap wajah tidurnya, ia juga mengeratkan pelukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.