Suami Dingin Tapi Kaya

Nyawa Dibayar Nyawa



Nyawa Dibayar Nyawa

0Raut wajah kakek Gu menjadi gelap, "Tingyuan, kamu semakin lama semakin tidak tahu aturan saja, tidak lihat aku sedang menerima tamu terhormat saat ini?"     

Raut wajah Gu Tingyuan sangat datar, "Aku baru saja dari luar, jadi tidak melihatnya."     

"Kamu!"     

Perkataannya itu langsung membuat suasana ruang tamu yang tadinya harmonis menjadi sedikit tegang.     

Raut wajah Gu Jingkun berubah menjadi tidak senang, "Cepat pergi!"     

Gu Tingyuan melirik pejabat itu, ia tahu bahwa dulu kakeknya merupakan kepala Kementrian Pertahanan Nasional. Meskipun ia sudah pensiun selama bertahun-tahun, tapi ia selalu menjaga hubungan baik dengan orang-orang yang ada di lingkaran politik.     

Inilah alasan kenapa posisi keluarga Gu tidak bisa digoyahkan di kota Yu, tentunya karena keluarga Gu terlibat dalam lingkaran politik dan bisnis sehingga tidak ada yang mampu memprovokasi mereka.     

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan, jika kakek tidak keberatan dengan kehadiran menteri Wang, aku akan bicara terus terang."     

Gu Jingkun tahu dengan jelas meskipun biasanya cucunya ini sangat sombong dan arogan, tapi dia masih bisa memilah mana yang penting dan mana yang tidak penting.     

Jelas-jelas saat ini ada tamu terhormat dan ia masih bicara dengan kurang ajar seperti itu, bukankah itu artinya menteri Wang harus pergi?     

"Kamu..."     

Baru saja Gu Jingkun akan menegurnya, tapi menteri Wang di samping sepertinya sudah melihat wajah tidak senang Gu Tingyuan, jadi ia langsung bangkit dan akan meninggalkan ruangan itu untuk mereka.     

"Tuan, karena sepertinya cucu Anda ada hal penting yang ingin disampaikan, saya akan pergi dulu dan akan berkunjung lain waktu."     

Gu Jingkun juga segera bangkit berdiri setelah melihat menteri Wang yang sudah berdiri.     

"Kalau begitu, kita akan membicarakannya di lain waktu."     

"Baiklah, saya undur diri dulu."     

Gu Jingkun mengangguk dan saat sosok menteri Wang sudah benar-benar tidak terlihat lagi dari pintu masuk, ia langsung menoleh dan menatap dingin cucunya yang berdiri di depannya itu.     

Dengan nada yang tajam ia bertanya, "Kamu semakin lama semakin lancang saja. Apa suatu saat nanti kamu bahkan tidak akan peduli lagi pada kakek mu ini!?"     

Teringat dengan Mu Wan yang empat bulan ini sudah melakukan transfusi darah pada ibunya, suasana hati Gu Tingyuan semakin memburuk, lalu ia menatap Gu Jingkun.     

"Aku sungguh tidak mengerti kakek tiba-tiba setuju aku membawanya kembali setelah menentangnya tiga tahun lalu, kakek berkata bahwa itu sebagai bentuk penebusan, tapi ternyata itu karena kakek tahu bahwa ibu perlu melakukan cuci darah secara terus menerus. Dan kebetulan golongan darahnya adalah O, jadi saat ibu menjalani operasi setiap bulannya, kakek akan membawanya keluar dari rumahku."     

Gu Jingkun sangat terkejut mendengarnya.     

"Apa dia yang memberitahumu?"     

Pertanyaan retoris yang sepertinya membuat Gu Tingyuan mengerti mengapa Mu Wan tidak pernah memberitahunya tentang transfusi darah itu ternyata karena ia dipaksa oleh kakeknya.     

"Apa kakek tahu bahwa jika melakukan transfusi darah dalam jangka waktu yang panjang itu bisa membunuhnya!?"     

"Lalu kenapa!? Jika bukan karena dia, ayahmu tidak akan mati. Itu adil jika aku menyuruhnya melakukan transfusi darah, nyawa dibayar nyawa!!"     

Gu Tingyuan mengepalkan tangannya dengan erat, bagian bawah matanya yang tadinya gelap berubah jadi merah karena amarahnya.     

Dia menekan setiap katanya, "Mulai sekarang, jika kakek berani menyentuh Mu Wan dan adiknya, aku akan menghancurkan seluruh keluarga Gu!"     

Mendengar itu, Gu Jingkun sangat terkejut dan wajahnya berubah pucat, "Kamu sudah gila ya! Hanya karena wanita itu!?"     

"Benar."     

"Berani sekali kamu!"     

"Jika kakek tidak percaya, silahkan coba saja."     

"Kamu!" Gu Jingkun semakin marah.     

Meskipun ia adalah cucu keluarga Gu, apa ia benar-benar berani melakukannya? Bagaimana bisa ia tiba-tiba berani mengancam seluruh keluarga Gu?     

"Selama masih ada aku di keluarga Gu ini, jangan harap kamu bisa melakukannya!"     

"Sudah kukatakan, kakek bisa coba sendiri."     

Gu Jingkun sangat marah, sampai ia meremas kuat tongkat yang ada di tangannya. Ia sungguh berharap ia bisa mengangkat tongkat itu dan mengarahkannya pada Gu Tingyuan!     

Tapi tetap saja ia itu masih cucunya. Ia mungkin tidaklah dekat dengan cucunya itu waktu ia masih kecil, tapi karena ia sudah tua, satu-satunya yang ia rindukan adalah kasih sayang dari keluarganya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.