Suami Dingin Tapi Kaya

Tidak Pernah Berbaik Hati



Tidak Pernah Berbaik Hati

0Tapi...     
0

Helian Zhen memandang Mu Wan, "Yang paling penting adalah kamu harus bisa menjaga dirimu sendiri, mengerti?"     

Pria itu tidak menjelaskan sebabnya karena ada teman Mu Wan di sana. Dan juga, dari nada bicara Mu Wan tadi, sepertinya temannya tidak mengetahui perihal transfusi darah yang ia lakukan, jadi ia membantu menyembunyikannya agar Jing Yihan tidak khawatir.     

Mu Wan mengerti maksud Helian. Ia tidak bisa lagi melakukan transfusi darah atau para dewa tidak akan bisa lagi menyelamatkannya.     

Ia mengangguk pada Helian Zhen.     

Sudah semakin larut dan Jing Yihan awalnya berencana tinggal di rumah sakit untuk menemani Mu Wan, tapi karena Mu Wan tahu bahwa ibunya juga sendang sakit dan butuh Yihan untuk merawatnya.     

Karena dipaksa, akhirnya Jing Yihan tidak tinggal lagi.     

Setelah Jing Yihan pergi, Helian Zhen tetap berada di bangsal.     

Mu Wan menatapnya, "Kamu juga pulang saja, ini sudah sangat larut."     

"Tidak apa-apa, orang tuaku baik-baik saja dan mereka tidak butuh aku untuk kembali dan merawat mereka. Aku hanya ingin menjagamu." Jika terjadi apa-apa, ia tidak akan dihukum oleh Ting saat dia kembali.     

Mu Wan tidak mengatakan apa-apa lagi setelah melihat pria itu berbaring dengan santai di sofa.     

Karena sudah semakin larut dan ia juga baru selesai mengobrol dengan Yihan, sekarang ia merasa sedikit lelah.     

Ia akhirnya memejamkan mata dan tidur sampai keesokan harinya.     

Pagi hari di musim dingin, pukul enam masih belum terlalu terang dan hanya bisa samar-samar melihat langit dari jendela.     

Mu Wan terbangun karena suara dering ponsel. Saat ia membuka mata, ia melihat Helian Zhen yang ada di sofa perlahan berjalan ke arah pintu untuk mengangkat panggilan itu. Dalam waktu kurang dari satu menit, ia melihat pria itu masuk lagi.     

Helian Zhen sedikit terkejut melihat Mu Wan yang sudah membuka matanya.     

"Kamu sudah bangun."     

Mu Wan mengangguk.     

"Begini, aku harus kembali ke rumah sakit karena harus melakukan operasi. Aku akan kembali sekitar dua atau tiga jam lagi. Kamu tidak apa-apa sendiri, 'kan?"     

Mendengar hal itu, Mu Wan langsung menjawab, "Tidak apa-apa, kamu harus segera pergi!"     

"Yakin tidak apa-apa?" Helian Zhen masih belum bisa merasa tenang.     

Mu Wan tersenyum, "Tentu saja. Jika ada apa-apa, aku bisa membunyikan bel ini, jangan khawatir."     

"Baiklah." Helian Zhen melirik jam tangannya, "Ini masih pagi, kamu tidurlah lagi, saat kamu bangun nanti, aku pasti sudah kembali."     

Mu Wan hanya bisa tersenyum karena merasa bahwa Helian Zhen terlalu gugup. Ia hanya akan pergi sebentar, tapi langsung khawatir terjadi apa-apa dengannya.     

"Baiklah."     

Setelah menjelaskan semua dan memberitahu perawat lain untuk bergiliran merawat Mu Wan, Helian Zhen dengan tenang kembali ke rumah sakit untuk melakukan operasi.     

Mungkin karena tubuhnya masih lemah, Mu Wan yang tadinya sudah bangun langsung tertidur lagi.     

Tapi saat Helian Zhen baru melangkahkan kakinya, sosok di belakangnya menyelinap masuk ke bangsal.     

Dalam keadaan yang setengah sadar, Mu Wan seperti mendengar suara langkah kaki dan dia mulai membuka matanya, ia mengira bahwa Helian Zhen sudah kembali.     

Karena langit belum terlalu terang, hanya lampu kecil yang masih menyala di bangsal.     

Saat Mu Wan membuka matanya, ia melihat seseorang berdiri di samping tempat tidur. Dan setelah melihat lebih dekat, ia baru sadar bahwa itu adalah... Mu Han?     

Pagi-pagi sekali dan tiba-tiba Mu Han muncul di bangsalnya. Mu Wan memang terkejut melihatnya, perlahan ia mulai duduk.     

Ia bertanya, "Apa yang kamu lakukan disini?"     

Tidak adanya Gu Tingyuan di sisinya membuat Mu Han bisa menunjukkan sifat aslinya. Ia tersenyum sinis.     

"Tentu saja aku datang untuk menjenguk 'sepupuku' yang sedang dirawat di rumah sakit."     

Mu Wan mencibir, "Benarkah? Aku tidak pernah melihatmu sebaik ini."     

Mu Han berjalan ke samping tempat tidur dan mulai memainkan perannya. Ia berkata dengan lembut, "Kamu benar, aku memang tidak pernah baik padamu dan adikmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.