Suami Dingin Tapi Kaya

Jangan Pernah Membuat Orang Gila Marah



Jangan Pernah Membuat Orang Gila Marah

0Ini adalah pertama kalinya sebuah pisau ditekan tepat di lehernya dan Mu Han bisa merasakan langsung bahwa ujung pisau yang dingin itu menyentuh pembuluh darahnya. Saat itu juga raut wajahnya berubah pucat dan ketakutan.     

"Mu Wan, kamu sudah gila!"     

Mu Wan menurunkan tatapannya, "Iya aku memang gila, karena itu jangan membuat orang gila ini marah, atau aku akan menekan pisau ini sampai kulit halusmu terkoyak dan berlumuran darah."     

"Berani sekali kamu!"     

Mu Wan menyeringai, "Aku sedang sekarat, jadi apa lagi yang aku takutkan? Bahkan kalaupun harus mati, bukankah akan lebih baik aku menyeretmu untuk dikubur bersamaku?"     

Untungnya Mu Wan membeli pisau buah kecil saat ia melewati kios buah-buahan, sekalian untuk berjaga-jaga. Tidak disangka benda itu benar-benar berguna sekarang.     

Awalnya ia khawatir orang-orang yang ada di jalan Jindu ini akan membuat kebisingan. Ia takut dirinya dan Yihan akan mengalami situasi yang lebih buruk saat dia sampai di sini, jadi dia berpikir untuk menyimpan benda yang bisa dia gunakan sebagai pertahanan diri.     

Siapa sangka, yang perlu melindungi diri itu hanya dirinya sendiri, tidak dengan Yihan...     

Teringat dengan pengkhianatan Yihan, Mu Wan hampir saja lengah sampai suara amarah Mu Han mulai terdengar, saat itulah kesadarannya kembali. Tangannya semakin erat memegang pisau itu. Kali ini ia tidak akan lengah lagi.     

"Kamu... Mu Wan. Kalau kamu berani menyentuhku, aku sungguh akan membunuhmu!!"     

Mu Han marah sekaligus takut. Ia sangat takut pisau yang ada di tangan Mu Wan akan merobek lehernya tanpa ampun.     

Mu Wan tidak merasa terancam sedikitpun. Bagaimanapun ia memang sudah berada di ambang antara hidup dan mati, entah ia yang dibantai, atau ia yang melawan dengan pisau sehingga ia masih memiliki kesempatan untuk melarikan diri.     

Menatap pengawal yang masih menghalanginya, ia berkata dengan nada tegas, "Kalau kamu tidak mau mati, suruh pengawalmu itu keluar!"     

Setelah mengatakannya, genggaman pada pisau yang ada di leher Mu Han semakin erat.     

Merasakan sakitnya, raut wajah Mu Han jadi pucat karena ia juga ketakutan, lalu ia berkata pada pengawalnya, "Cepat menyingkir!"     

Sesuai dengan perintahnya, kedua pengawal itu saling melirik sampai akhirnya mereka memilih untuk mundur dan memberi jalan pada Mu Wan.     

Mu Wan sangat berhati-hati agar pisau itu tidak sampai melukai tenggorokan Mu Han, lalu perlahan, ia berjalan menuju pintu ruang pribadi itu.     

Di koridor yang remang-remang itu, kedua pengawal tadi masih tetap melangkah dan sepertinya mereka menunggu kesempatan lewat tatapan Mu Han.     

Tentunya Mu Han tidak akan melepaskan Mu Wan semudah itu, dia menunggu sampai dirinya dapat kesempatan yang bagus agar bisa melepaskan diri dengan mudah dari Mu Wan!     

Ia sudah merencanakannya. Ia ingin Mu Wan mengalami sakit dua kali lipat dari pemerkosaan yang ia terima malam itu. Keputusasaan dan sakit itu tidak akan pernah ia lupakan seumur hidup dan tentunya ia akan membuat Mu Wan menerima balasannya!     

"Suruh mereka berhenti!!"     

Dari raut wajah pengawal itu, sepertinya Mu Wan melihat kontak mata diantara mereka, jadi ia segera angkat bicara agar mereka menghentikan langkah kakinya.     

Bagaimanapun, ujung pisau yang tajam itu sudah meninggalkan bekas di tenggorokan Mu Han.     

Mu Han mengerutkan kening karena kesakitan, lalu ia segera berkata, "Kalian berhenti!"     

Sesampainya di lift, beberapa pengawal akhirnya terlempar keluar dari pintu dan saat itulah Mu Wan bisa menghela nafas lega.     

Meskipun di tangannya ada pisau, dibandingkan dengan pengawal itu, tetap saja dia tidak ada apa-apanya. Sedikit saja ia ceroboh, para pengawal itu pasti bisa masuk dan menyelamatkan Mu Han.     

Begitu Mu Han meninggalkan orang suruhannya, ia benar-benar bisa dibantai oleh wanita Mu Wan. Ia tidak tahu seperti apa nasibnya setelah ini, pasti sangat tragis, 'kan?     

Lift tiba di lantai pertama. Mu Han sungguh tidak terima melihat Mu Wan bisa keluar dari jalan Jindu ini. Ia sungguh tidak ingin Mu Wan pergi begitu saja. Ia benar-benar kehilangan kesempatan ini tanpa alasan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.