Suami Dingin Tapi Kaya

Terpaksa Melakukan Pilihan Itu



Terpaksa Melakukan Pilihan Itu

0Mungkin, saat Mu Wan mengkhianati Gu Tingyuan, hati nurani wanita itu memang tidak tenang, tapi Mu Wan cukup paham.     

Karena... tak ada seorang pun yang akan mengarahkan pisau pada orang terdekatnya.     

Sama seperti tiga tahun yang lalu. Saat itu ia hanya bisa memilih untuk menyakiti Gu Tingyuan dan menghilang dari dunia pria itu.     

Mu Wan sebenarnya terkejut mengetahui Gu Tingyuan marah karena perbuatan Yihan...     

Apa pria itu sedang marah?     

Pria itu jelas tidak ingin dirinya bertemu lagi dengan Yihan.     

Tapi Mu Wan mempercayai Yihan. Jika bisa memilih, temannya itu pasti akan lebih memilih untuk menyakiti dirinya sendiri daripada menyakiti Mu Wan.     

"Gu Tingyuan."     

Gu Tingyuan berbalik dan melirik wanita yang tiba-tiba sudah tenang itu.     

"Apa kamu pernah mengalami yang namanya putus asa?"     

Pria itu sedikit terkejut, lalu ia mengerutkan kening karena berpikir keras.     

Dirinya bukan orang suci dan tentunya ia pernah mengalami suka dan duka.     

Tapi putus asa, ia belum pernah mengalaminya.     

Bahkan walaupun wanita itu meninggalkannya tiga tahun lalu, itu memang sangat menyakitkan, tapi tidak sampai membuatnya merasa putus asa.     

Tapi, saat terakhir kali wanita itu pingsan karena melakukan donor darah, ia yang melihat wajah pucat wanita itu sempat berpikir kalau wanita itu benar-benar akan meninggalkan dirinya dalam keadaan mengenaskan seperti itu. Saat itu, dirinya sempat merasa putus asa untuk sesaat karena takut dirinya tidak bisa menyelamatkan wanita itu, bahkan saat ia sudah berusaha yang terbaik sekali pun.     

"Kenapa kamu menanyakannya?"     

Raut wajah Mu Wan mulai menjadi tenang saat tatapannya bertemu dengan manik hitam pria itu, "Ada kalanya orang-orang terpaksa melakukan pilihan seperti itu saat sedang putus asa. Meskipun sebenarnya dia tidak ingin berbuat demikian, tapi dia sungguh tidak punya pilihan lain."     

Tatapan mata Gu Tingyuan jadi lebih gelap.     

Perkataan wanita itu memang seperti menjelaskan posisi Jing Yihan, tapi terasa lebih menjelaskan dirinya sendiri.     

Tatapan keduanya bertemu dan dari manik hitam pria itu, Mu Wan sadar kalau dirinya sudah terlalu banyak bicara, jadi perlahan ia menunduk, "Aku berjanji tidak akan melarikan diri lagi. Kalau kamu tidak percaya, maka minta saja Qin Feng untuk mengawasiku langsung. Aku pasti hanya pergi ke rumah sakit. Karena kalau aku tidak pergi, hatiku juga tidak tenang."     

Gu Tingyuan tidak berkata apa-apa. Pria itu hanya menatapnya dengan tenang.     

"Baiklah."     

Setelah beberapa lama, akhirnya pria itu mengeluarkan kata-kata itu juga.     

Mu Wan sedikit senang mendengarnya dan saat ia bersiap untuk buka mulut, ia malah mendapati pria itu kembali berucap, "Tapi kamu harus memberitahu alasannya."     

Mu Wan terkejut mendengarnya, "Alasan apa?"     

"Kenapa kamu pergi?"     

"Apa?"     

"Saat aku terbaring di rumah sakit, kenapa kamu meminta kakek untuk melepaskanmu?"     

Seketika Mu Wan tercengang.     

Saat dirinya pergi, apa kakek pria itu mengatakan seperti itu?     

Gu Tingyuan masih menatap mata wanita itu dan mencoba mencari petunjuk dari tatapannya yang jernih itu, tapi wanita itu selalu saja membuat dirinya tidak tahan menatap matanya.     

"Saat menikah denganku, apakah kamu memang bersedia atau karena aku memaksamu? Atau... karena adikmu? Kamu bersedia menikah denganku, lalu masuk ke Yujing Manor, dengan begitu kamu bisa mendekati Gu Han?"     

Perkataan pria itu membuat Mu Wan yang tadinya tenang malah menunjukkan tatapan aneh di matanya.     

Kenapa pria ini tiba-tiba menanyakannya?     

Gu Tingyuan bisa melihat dengan jelas keanehan itu. Pria itu bahkan merasa lebih yakin dengan tebakannya.     

Dari awal, wanita itu memasuki Yujing Manor karena tujuan tertentu.     

Tidak heran, setelah tujuannya tercapai, wanita itu langsung pergi.     

Menyadari hal itu, raut wajah Gu Tingyuan menjadi semakin dingin.     

Mu Wan yang menatap manik hitam pria itu berkata dengan tenang, "Sekalipun tidak terjadi apa-apa dengan adikku, aku tetap tidak punya pilihan lain, 'kan? Kamu mau aku membayar hutangku dan selain menandatangani kertas kosong itu, aku tidak punya pilihan lain, 'kan? Atau, memangnya kamu memberiku ruang untuk menolakmu?"     

"Jadi kamu dengan senang hati menerimanya dan bersedia menikah denganku karena ingin lebih dekat dengan Gu Han?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.