Suami Dingin Tapi Kaya

Aku Tidak Mengintip...



Aku Tidak Mengintip...

0"Bukankah kamu ahli dalam berbagai hal, apapun yang ingin kamu ketahui pasti langsung bisa mendapatkan jawabannya."     

Rasa sakit yang tersembunyi di mata Mu Wan membuat Gu Tingyuan sedikit lengah. Bukankah sudah jelas kalau wanita itu yang merusak hubungan di antara mereka?     

"Apa maksudmu sebenarnya?"     

Maksudnya yang sebenarnya...     

Hati Mu Wan seolah tersayat-sayat mendengarnya.     

Ia sendiri tidak tahu apa yang ia maksud, hanya saja ia tidak ingin menanggung rasa sakit dari 'mencintai dan tidak mencintai' ini sendirian.     

Ada beberapa luka yang memang tidak bisa dijelaskan dan hanya bisa dipendam dalam diam.     

Wanita itu menutup mata sejenak, lalu membukanya kembali setelah ia bisa mehilangkan rasa panas di matanya.     

Ia berbalik dan langsung meninggalkan ruang kerja dengan punggung yang tampak kesepian itu.     

Sekalipun perasaan cinta itu meninggalkan kesan mendalam dalam hati mereka, tapi setelah melalui beberapa hal yang terjadi selama tiga tahun terakhir ini, pada akhirnya perasaan itu hanya akan terhapus dan tergantikan dengan 'kesalahpahaman' dan 'kebencian'.     

Melihat punggung yang mulai menjauh itu, hati Gu Tingyuan juga jadi sedikit gelisah.     

Entah mengapa percakapan mereka selalu saja seperti ini, selalu diakhiri dengan 'ketidakpastian' seperti saat ini.     

Malam semakin sunyi.     

Mu Wan yang masih dengan borgol di tangannya berbaring di ranjang. Hatinya masih sakit.     

Ruang kerja yang sepi itu dilanda keheningan dan hanya ada cahaya merah kelap-kelip yang terselip di jar-jari pria itu. Tapi belum sampai rokok itu habis terbakar, Gu Tingyuan sudah lebih dulu bangkit dan keluar dari ruang kerjanya.     

.     

Keesokan harinya, Mu Wan belum juga turun hingga pukul 09.00 pagi.     

Borgol di kedua tangannya masih ada dan ia tidak mungkin turun dan menarik perhatian pelayan. Kalau sampai itu terjadi, ia benar-benar akan kehilangan martabat yang tersisa dalam dirinya.     

Memanggil pelayan naik juga bukan cara yang bagus, tapi ia tidak mungkin tidak turun ke lantai bawah, 'kan?     

Dan juga, ini sudah hari ketiga, harusnya hasil pencocokan sumsum tulang belakang bibi Hu sudah keluar, jadi ia harus pergi ke rumah sakit.     

Bagaimana caranya?     

Apa ia harus memohon lagi pada Gu Tingyuan?     

Sepertinya, ia tidak memiliki jalan keluar lagi selain cara itu.     

Setelah memutuskannya, Mu Wan turun dari ranjang dan meninggalkan kamar utama.     

Gu Tingyuan masih terluka dan harusnya ia tidak boleh keluar.     

Saat berjalan di koridor yang sunyi itu, Mu Wan melihat sekilas ke kamar tamu, lalu dia melihat lagi ke ruang kerja. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk bergegas menuju ke kamar tamu.     

Setelah mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban, jadi ia langsung mendorong dan masuk ke dalam.     

Kamar tamu yang mewah itu benar-benar kosong tanpa seorang pun di sana.     

Saat ia hendak keluar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.     

Gu Tingyuan keluar tanpa mengenakan selembar kain pun.     

Mu Wan terkejut dan matanya melebar melihat pria yang tiba-tiba muncul itu.     

Gu Tingyuan juga sebenarnya sedikit terkejut mendapati Mu Wan yang tiba-tiba muncul di balik pintu itu.     

Tidur di kamar tamu memang selalu merepotkan bagi Gu Tingyuan karena semua pakaiannya ada di kamar utama dan pelayan lupa meletakkan handuk, jadi ia keluar tanpa mengenakan selembar kain pun.     

"Sejak kapan kamu punya hobi 'mengintip' seperti ini?"     

Mu Wan masih terpana dengan sosok sempurna di depannya itu, sampai tiba-tiba Gu Tingyuan buka mulut dengan wajah dan telinga yang memerah.     

"Aku... tidak mengintip."     

Gu Tingyuan mengabaikannya dan langsung menuju ranjang untuk mencari pakaian yang bisa ia kenakan, tapi ternyata pakaian yang sebelumnya sudah tidak ada di situ.     

Tentunya ia tidak bisa keluar dengan keadaan seperti ini.     

Akhirnya, tatapan pria itu tertuju pada sosok yang berdiri di depan pintu, "Pergi ke kamar utama dan bawakan aku satu set pakaian lengkap."     

Mu Wan yang mendengarnya seketika merasa kalau ini adalah kesempatan yang bagus.     

Pria itu pasti tidak bisa keluar dari ruangan ini tanpa mengenakan pakaian. Dan ia bisa menganggapnya sebagai ancaman, 'kan?     

"Aku bisa membantumu mengambilkannya, tapi ada syaratnya..."     

Pria itu mengerutkan kening dan ia sudah bisa menebak syarat apa yang akan diajukan oleh wanita itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.