Suami Dingin Tapi Kaya

Selamat Malam, Krediturku



Selamat Malam, Krediturku

0"Selamat malam, krediturku."     

Gu Tingyuan bergumam dan langsung berbaring di samping Mu Wan setelah puas menatap wajah tidur wanita itu.     

Kalau memang ada kehidupan di masa yang akan datang, maka Mu Wan pasti akan jadi seorang kreditur baginya seumur hidupnya.     

.     

Keesokan harinya.     

Paginya, Mu Wan terbangun dari mimpi indahnya dengan tempat di sampingnya yang sudah kosong.     

Gu Tingyuan bagaikan 'mesin penghangat' sampai dirinya bisa tidur dengan nyenyak tadi malam, ia bahkan tidak terbangun di tengah malam hanya karena 'kedinginan'.     

Setelah mandi, Mu Wan turun ke bawah dan hanya mendapati pelayan yang sibuk di ruang tamu yang kosong itu.     

Harusnya luka di punggung Gu Tingyuan masih belum sembuh sepenuhnya, tapi kenapa pria itu malah kelihatan tidak sabar untuk menangani perusahaan?     

Dengan sedikit ragu, ia turun ke lantai bawah dan tiba-tiba di belakangnya terdengar suara langkah kaki.     

Gu Tingyuan mengenakan setelan jas berwarna biru tua dan posturnya yang tinggi itu seolah sosok yang diukir dengan sempurna. Saking sempurnanya, seolah tidak ada cacat sedikitpun dari pria itu.     

Saat pria itu mengangkat tangan, jam tangan hitam bercampur berlian di pergelangan tangan kirinya menambah pesona maskulin pria itu dan bahkan membuatnya terlihat semakin mewah dan sempurna.     

"Ehem..." pria itu mengangkat tangan kirinya, lalu mengeluarkan suara batuk ringan.     

Mu Wan membeku di depan tangga, lalu menatap pada heran pria itu.     

Gu Tingyuan tampak tidak nyaman sampai ia menaikkan sebelah alisnya.     

Saat Mu Wan mendongak, ia mendapati pria itu berdiri di sana dengan raut wajah yang masih sama seperti beberapa detik yang lalu. Setelahnya, pria itu turun ke bawah dengan menarik tangan kecil Mu Wan, "Ayo makan."     

Tindakannya itu seolah tidak disengaja, tapi itu sangat menyentuh hati Mu Wan.     

Pria itu... benar-benar berubah.     

Gu Tingyuan membawanya ke ruang makan dan begitu ia duduk, tiba-tiba Gu Tingyuan bersin, "Achoo——"     

Mu Wan tersentak sambil menatap langsung alis pria itu yang sedikit menyerit.     

Kelihatannya pria itu sedikit tidak nyaman.     

"Ada apa denganmu?"     

Gu Tingyuan terdiam sesaat dan hanya menjawab dengan lembut, "Tidak apa-apa."     

Setelah itu, ia langsung mengambil sumpit dan mulai makan.     

Mu Wan tidak bertanya lagi karena ia tahu dengan jelas sifat pria itu, bahkan kalau dirinya bertanya sepuluh kali tentang apa yang tidak ingin dikatakan pria itu, jawabannya pasti akan tetap sama.     

"Bagaimana keadaanmu?"     

Pria itu mendongak dan tatapan hangat layaknya batu giok itu tertuju pada pupil kecil Mu Wan.     

Tiga tahun yang lalu, pria itu terpikat pada wajah bening Mu Wan, seolah-olah dirinya berada di tempat sepi dan sejauh mata memandang, itu membuatnya sangat nyaman. Tidak peduli seberapa lelahnya ia, selama masih bisa menatap wanita itu, semua rasa lelah dan tekanan yang dia rasakan akan hilang seketika.     

Mu wan tertegun sejenak, lalu mendongak, "Sudah lebih baik."     

Melihat pria itu masih menaikkan sebelah alisnya, tiba-tiba muncul rasa khawatir di benak Mu Wan.     

Apa pria itu terserang demam?     

Apa mungkin itu karena... pria itu mandi tadi malam?     

Ia mendengar kalau pria akan menggunakan air dingin saat dalam keadaan seperti itu dan mandi dengan air dingin di saat musim dingin sebenarnya akan membuat orang mudah terserang demam.     

Tiba-tiba bersin dan tidak bisa mengendus bau. Perasaan seperti itu benar-benar membuatnya kewalahan.     

Pria itu menghentikan pergerakannya sambil menunggu rasa gatal di hidung yang disebabkan oleh bersin tadi hilang.     

Mu Wan yang melihatnya semakin yakin kalau pria itu terserang flu.     

Ia ingat kalau ada obat flu di laci meja yang ada di samping ranjang. Setelah berpikir selama beberapa detik, akhirnya ia bangkit dan meninggalkan ruang makan tanpa mengucapkan sepatah katapun.     

Gu Tingyuan menaikkan tatapannya sambil menatap kepergian wanita itu. Ia juga tidak tahu kemana tujuan wanita itu.     

Mu Wan sampai di depan meja samping ranjang di kamar utama. Ia ingat kalau dirinya tidak sengaja melihat semua jenis obat sakit perut dan flu di laci bawah saat ia sedang mencari sesuatu.     

Setelah mencari selama beberapa saat, akhirnya ia menemukan sekotak obat flu, tapi saat itu, ia juga menemukan sebuah kotak kecil yang asing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.