Suami Dingin Tapi Kaya

Tenang Saja, Ada Aku



Tenang Saja, Ada Aku

0Untuk sesaat, Gu Tingyuan dan Mu Wan hanya diam dengan memegang ponsel mereka masing-masing sambil mendengarkan deru napas satu sama lain.     

Gu Tingyuan benar-benar terpikat dengan nada suara Mu Wan sampai ia sulit untuk melepaskan diri dari keterpikatannya itu.     

Itu mungkin hanya alasan wanita itu agar bisa tetap tinggal di rumah sakit, tapi meskipun begitu, Gu Tingyuan... malah menyukai cara bicaranya yang seperti itu.     

Mu Wan tidak bicara lagi karena diam-diam ia juga sedang menunggu jawaban pria itu.     

Karena tiba-tiba hening, Mu Wan berpikir kalau pria itu sedang marah.     

Selain itu...     

Ia sering merasa tidak yakin dan menempatkan dirinya dalam situasi cinta yang tak terbalas itu.     

Jadi, apa ia bisa jadi sedikit tidak tahu malu kali ini? Tiba-tiba saja ia meminta pria itu menjemputnya.     

Tapi sepertinya bagus kalau pria itu marah karena hal ini, jadi ia bisa tinggal di rumah sakit lebih lama lagi.     

Tidak disangka, itu malah jadi bumerang baginya.     

"Baiklah."     

Setelah terdiam cukup lama, Gu Tingyuan akhirnya menjawab dengan sepatah kata itu.     

Mu Wan tertegun sejenak.     

Kenapa... malah tidak sesuai dengan rencananya?     

"Apa?" Ia berpikir kalau dirinya sedang berhalusinasi.     

Namun, Gu Tingyuan sudah langsung mengakhiri panggilan mereka.     

Mu Wan terdiam di koridor yang sunyi itu sambil menggenggam ponselnya. Ia masih sangat sulit mempercayai apa yang baru saja dikatakan oleh pria itu.     

Gu Tingyuan berkata 'Baiklah'? Apa pria itu benar-benar akan menjemputnya? Bukankah seharusnya pria itu sedang tidak di kota Yu saat ini? Dan juga... kenapa pria itu malah setuju untuk menjemput dirinya?     

Suara pintu ruang operasi yang terbuka segera membuat Mu Wan menarik kembali kesadarannya. Ia berbalik dan melihat Jing Yihan yang berbaring di ranjang dan dibawa keluar dari ruang operasi.     

"Yihan."     

Mu Wan langsung bergegas menghampirinya dan ia bisa melihat tampang Jing Yihan yang sedikit pucat itu.     

Jing Yihan tersenyum saat melihat Mu Wan, "Wan Wan, aku berhasil..."     

Mu Wan juga sangat senang mendengar hasilnya. Ia mendongak dan menatap ke arah pintu operasi, bibi Hu dan Helian tidak keluar. Sepertinya mereka akan keluar sebentar lagi.     

"Bagaimana perasaanmu sekarang?"     

Jing Yihan hanya menggelenggak kepala, "Aku baik-baik saja."     

Mata Mu Wan sedikit memerah, "Syukurlah kalau baik-baik saja."     

Setelah operasi, Hu Xiufen dipindahkan ke bangsal.     

Selain Helian, Jing Yihan juga sangat berterimakasih pada Mu Wan karena operasinya berjalan lancar.     

"Wan Wan, terimakasih..."     

Mu Wan sedikit tersenyum melihat Jing Yihan yang tampak lemah itu, "Harusnya kamu berterima kasih pada Helian. Dia bahkan membebaskan biaya operasi dan yang melakukan operasi transplantasi itu dia. Untuk apa kamu berterima kasih padaku?"     

Jing Yihan menggelengkan kepala dan menjawab, "Tidak. Aku pasti tidak akan mengenal Helian tanpamu. Dia juga tidak akan mengoperasi ibuku tanpa syarat. Apalagi aku..."     

"Sudahlah!" Mu Wan langsung memotong karena dia tidak senang kalau harus mengungkit yang sudah berlalu, dia bahkan tidak ingin mengingatnya lagi, "Kita hanya perlu mengungkit hal baik dari yang sudah berlalu dan yang tidak menyenangkan tidak perlu diungkit lagi."     

Mata Jing Yihan semakin memerah saat melihat Mu Wan, "Baiklah, aku tidak akan mengungkitnya lagi."     

Mu Wan tersenyum mendengarnya.     

Saat itu, pintu bangsal tiba-tiba terbuka dan Helian muncul dari sana.     

Tatapannya terlihat lembut saat mendapati Jing Yihan yang terbaring di ranjang, "Bagaimana perasaanmu sekarang?"     

Jing Yihan menggelengkan kepala. Saat dioperasi tadi memang sedikit menyakitkan, tapi sekarang sudah lebih baik.     

Helian mengangguk karena ia juga tahu kalau wanita itu pasti masih akan merasa lemah untuk sementara waktu dan mungkin besok baru akan merasa lebih baik.     

"Bagaimana dengan... ibuku?"     

"Meskipun operasi transplantasinya berhasil, tapi kami masih harus mengamatinya lebih lama lagi. Saat-saat seperti ini mungkin ada akan bahaya tertentu, tapi..." Tatapan pria itu jadi semakin gelap dan sudut bibirnya sedikit melengkung. Pria itu terlihat tampan dan lembut di saat yang bersamaan, "Tenang saja, ada aku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.