Another Part Of Me?

Part 2.4



Part 2.4

0Bella berjalan menelusuri koridor di kampusnya, sama halnya dengan kemarin, hari ini pun ia tak melihat Ryean berada di kampusnya itu.     

Rasa bersalah atas perbuatannya pada Ryean beberapa hari lalu masih mengganjal di hatinya. Ia hanya ingin meminta maaf atas hal itu, sialnya sudah dua hari tampaknya Ryean tidak masuk kuliah.     

Bella juga sempat menanyakan keberadaan Ryean pada teman satu jurusannya, seperti yang Bella duga, setelah kejadian beberapa hari lalu Ryean tidak pernah lagi datang ke kampusnya untuk mengikuti mata kuliah. Lelaki itu seperti menghilang dan meninggalkan rasa bersalah yang semakin hari, semakin menjadi-jadi pada diri Bella, walaupun kenyataannya Bella tak sepenuhnya bersalah akan hal itu.     

Ryean adalah anak yang bisa dibilang tidak begitu bergaul dengan teman seangkatannya, penampilannya juga tidak seperti anak muda pada umumnya, ia terlihat sedikit terlihat kuno dengan jeans yang dikenakannya di atas pinggang dan baju yang selalu dimasukkan rapi kedalamannya.     

Tak ayal hal itu kerap kali jadi bahan ejekan oleh teman-teman seangkatannya. Bisa dikatakan jika Ryean adalah target bullying di kampus tersebut.     

Berbeda dengan Davine yang dengan sengaja menghindar dari teman-temannya karena merasa lebih nyaman sendiri, Ryean sebenarnya sudah berusaha semampunya untuk bergaul, namun dengan penampilannya yang seperti itu orang-orang enggan meresponsnya dengan baik, dan cenderung menghindar darinya.     

Suatu waktu, saat itu Bella dan Annie pernah menemukan Ryean sedang dibully oleh beberapa mahasiswa satu jurusannya di belakang gedung kampusnya. Annie yang melihat hal itu segera menghentikan orang-orang tersebut dengan ancaman akan mengadukan mereka pada dosen akan tindakan mereka saat itu. Mendengar ancaman dari Annie para mahasiswa itu mau tidak mau akhirnya menghentikan pembullyan mereka pada Ryean.     

Semenjak saat itu Bella sebenarnya sudah merasa jika mungkin saja Ryean telah menyimpan rasa pada Annie, entah apa yang dipikirkannya, bisa saja Ryean saat itu menganggap Annie sebagai malaikat penolongnya. Bella tidak mau terlalu memikirkan hal tersebut. Berbeda dengan Annie, Annie bahkan tidak menyadari hal itu sama sekali. Annie hanya merasa jika hal yang orang-orang lakukan pada Ryean saat itu adalah salah. Annie memang pribadi yang sangat baik.     

Di beberapa momen, terkadang Bella tanpa sengaja melihat keberadaan Ryean saat ia sedang bersama Annie, namun sekali lagi Bella tidak mau terlalu memikirkan hal tersebut, ia hanya berpikir jika itu mungkin kebetulan semata.     

Sampai pada suatu hari, Ryean pernah mendatangi mereka dan meminta waktu pada Annie, ia berkata ada sesuatu yang ingin dikatakannya pada Annie. Awalnya Bella menolak hal tersebut, namun Annie mengabulkan permintaan itu. Ryean mengatakan jika ia ingin berbicara empat mata saja dengan Annie, tentu saja Bella semakin dibuat penasaran dengan apa yang sebenarnya ingin dikatakan pria tersebut, namun sekali lagi Annie kembali mengabulkan permintaan pria tersebut. Akhirnya mereka pergi menjauh meninggalkan Bella saat itu untuk berbicara di suatu tempat hanya berdua saja.     

Entah apa yang mereka bicarakan, namun Bella berani bertaruh jika saat itu Ryean pasti ingin menyatakan cintanya pada Annie, Bella yakin 100% akan hal itu.     

Selang 15 menit Annie terlihat kembali dari kejauhan, namun kali ini ia hanya seorang diri, Bella tidak melihat keberadaan Ryean saat itu.     

"Apa yang pria itu katakan padamu?" tanya Bella penasaran.     

"Apa dia menyatakan perasaannya padamu?" tembak Bella kali ini.     

Annie hanya tersenyum menatap sahabatnya itu.     

"Ya, kau benar!" jawab Annie.     

"Lalu?" tanya Bella lagi, alisnya mengerut.     

"Dengan berat hati aku menolaknya!" jawab Annie.     

"Kau tahu aku tidak punya waktu untuk sekedar berpacaran, aku wanita yang sangat sibuk!" tambah Annie sedikit dengan candaannya.     

"Yah, aku tahu, jadi dia pria ke berapa yang sudah kau tolak sampai saat ini?" canda Bella pada Annie.     

Annie segera mendaratkan pukulannya lemahnya pada lengan Bella. Seketika mereka tertawa bersama.     

Semenjak saat itu Bella tidak pernah lagi melihat Ryean mendekati Annie, itulah sebabnya ketika kematian Annie, Ryean tidak termasuk dalam data orang-orang yang berhubungan langsung dengan Annie sebelum kematiannya, karena hal itu telah terjadi beberapa bulan lalu sebelum kematian Annie, dan lagi Bella juga merasa tidak pernah lagi melihat Ryean berada di sekitar mereka setelah penolakan yang diberikan Annie padanya.     

******     

Hari itu Bella sudah ada janji temu dengan Hanna, Hanna akan menjemput Bella di kampusnya. Bella merasa perlu menceritakan hal tersebut pada kekasihnya itu, setidaknya ia ingin mendapatkan pendapat dari Hanna mengenai kejadian tersebut.     

Bella juga merasa mungkin ada sesuatu yang penting yang dilewatkannya saat kejadian beberapa hari itu. Di saat-saat terakhir Bella tahu jika saat itu Ryean seolah ingin mengatakan sesuatu padanya, namun hal itu tidak mampu dilakukannya karena tekanan yang diberikan Bella padanya, emosi Bella berada diambang batasnya kala itu.     

Rasa sesal juga melanda di hati Bella, ia mengutuk dirinya sendiri karena saat itu tidak memberikan kesempatan pada Ryean untuk menjelaskan maksud dari prilakunya tersebut. Mengapa pria itu menguntitnya, apakah seperti dugaan awal jika Ryean adalah tipikal orang mesum atau semacamnya, atau malah ada sesuatu hal penting yang ingin disampaikannya pada Bella saat itu. Batin Bella menyesali perbuatannya, ia termakan emosi hingga tidak mampu berpikir jernih.     

Hanna terlihat dari kejauhan, pria itu turun dari taksi yang ditumpanginya tepat di depan gerbang kampus Bella. Bella yang sudah melihatnya dari kejauhan tidak langsung menghampiri Hanna, ia sengaja ingin sedikit membuat Hanna terlihat bodoh saat mencarinya.     

"Kau di mana, aku ada tepat di depan gerbang kampusmu!" ujar Hanna lewat panggilan di smartphonenya.     

"Aku masih di kelas, tak bisakah kau mendatangiku di sini!" pinta Bella. Ia berbohong.     

"Baiklah, di mana kelas mu, aku akan segera ke sana!" ujar Hanna.     

Bella berusaha sekuat tenaga menahan tawanya, ia tidak mau Hanna mengetahui jika saat ini ia sedang menjahili kekasihnya tersebut.     

Setelah mengetahui kelas dari Bella, Hanna segera memasuki gerbang tersebut, tidak mau ambil pusing, Hanna mencoba menanyakan kelas tersebut pada seorang Mahasiswa yang kebetulan berpapasan dengannya. Bella semakin menjadi-jadi ketika melihat hal tersebut, ia tertawa sendiri sambil terus memantau pergerakan Hanna dari jauh.     

Hanna berjalan melewati Bella yang saat itu sedang bersembunyi di balik tanaman hias yang cukup besar di samping jalan, ia tidak tahu jika Bella sedang berada di sana.     

Bella yang melihat Hanna telah melewatinya segera menyusul Hanna dari belakang, ia sedikit mengendap agar Hanna tidak menyadarinya.     

"Hay pria tampan, kau ingin ke mana?" tegur Bella dari belakang.     

Hanna sontak terkejut, ia benar-benar dibuat kaget oleh ulah Bella saat itu.     

"Kau ... Apa kau mengerjaiku?" Hanna segera mendaratkan gelitikan kecil di perut Bella, ia sedikit kesal, namun tawa Bella membuatnya gemas.     

"Jadi apa yang membuatmu ingin bertemu?" tanya Hanna sembari menggenggam tangan Bella, menggandengnya berjalan menuju gerbang untuk meninggalkan kampus tersebut.     

"Tentu saja aku merindukanmu!" jawab Bella. Wanita itu melemparkan senyuman termanisnya pada Hanna.     

"Kau merayuku?" ujar Hanna, ia berusaha terlihat setenang mungkin. Walau akhirnya ia tidak mampu menahan senyum bahagia di bibirnya akan rayuan Bella.     

"Kau tersenyum!" goda Bella sekali lagi.     

"Tidak, aku hanya ... ." wajah Hanna semakin memerah dibuatnya.     

Bella hanya tertawa melihat Hanna yang salah tingkah karena ulahnya. Wanita itu menggenggam tangan Hanna lebih erat lagi penuh perasaan, sebelum akhirnya mereka pergi meninggalkan kampus itu untuk berkencan di suatu tempat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.