Another Part Of Me?

Part 2.13



Part 2.13

0Hanna beberapa kali melirik jam di tangan kirinya, saat itu waktu telah menunjukkan pukul 01.30 p.m. seharusnya tidak lama lagi Davine akan segera muncul di tempat itu.     

Operasi penangkapan Davine yang saat ini berstatus sebagai terduga pelaku akan segera dijalankan. Beberapa personil dikerahkan untuk bersiaga di area mereka masing-masing, terhitung ada 6 orang yang di mana Hanna dan Sersan Hendrik termasuk di dalam tim tersebut bersama empat orang lainnya, sedang satu orang yang lain ditugaskan oleh Sersan Hendrik untuk memantau pergerakan Davine di kampusnya. Tidak ada satu pun dari mereka yang menggunakan seragam dinas Kepolisian, mereka berpenampilan preman guna kelancaran operasi yang akan mereka jalankan kali ini.     

Mereka sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan sangat matang, operasi kali ini tidak boleh gagal. Menurut hasil pemantauan seharusnya Davine sebentar lagi akan muncul di tempat itu, itu adalah jalan yang selalu dilalui Davine setiap harinya untuk menuju ke apartemen miliknya. Sebuah jalan yang terletak tidak jauh dari apartemen milik Davine, lokasi itu yang cukup strategis untuk menjalankan operasi penyergapan pada target.     

Salah seorang bawahan dari Sersan Hendrik yang saat itu ditugaskan untuk memantau pergerakan Davine di kampusnya telah memberikan informasi jika saat itu Davine sudah terlihat berjalan meninggalkan kampus tersebut. Hanna dan Sersan Hendrik yang menerima informasi itu segera memerintahkan seluruh personil yang tergabung dalam operasi itu bersiaga penuh.     

Menurut perhitungan mereka Davine akan tiba di lokasi sekitar 15 menit lagi. Sersan Hendrik memerintahkan anak buahnya yang saat itu berada di kampus Davine untuk terus mengikuti pergerakan target, dan terus mengabarkan bagaimana situasi yang terjadi di sana.     

"Target sedang bergerak ke arah lokasi, tidak ada pergerakan yang mencurigakan dari sang target!" ujar bawahan Hendrik yang bertugas memantau pergerakan Davine dari kampusnya itu, mereka lebih memilih berkomunikasi via telepon dari pada harus menggunakan walkie talkie, sekali lagi hal itu agar mereka tidak terlihat mencolok di mata orang lain, karena sudah menjadi rahasia umum jika seseorang yang terlihat menggunakan walkie talkie pastilah seorang dari pihak kepolisian yang sedang menyamar. Tentu hal itu tidak baik untuk kelancaran operasi yang akan mereka jalankan.     

"Terus ikuti target, dan selalu informasikan titik lokasinya saat ini!" perintah Hendrik pada bawahannya itu.     

"Siap Sersan!" jawab bawahannya tersebut.     

Hanya berselang 5 menit setelah panggilan tersebut, bawahan dari Sersan Hendrik itu kembali menghubunginya.     

"Target menghilang. Keadaan saat ini cukup kacau Sersan, telah terjadi sebuah kecelakaan yang berupa tabrak lari, hal ini menyebabkan situasi saat ini menjadi sangat ramai, saya kehilangan jejak target oleh kekacauan tersebut!" ujar bawahan itu melaporkan situasi yang terjadi saat itu.     

"Bagaimana bisa, teruslah mencari keberadaan target saat ini, tidak mungkin target menghilang begitu saja dengan cepatnya, dan pastikan kau tidak begitu mencolok dan menarik perhatian!" Sersan Hendrik mengacak kasar rambutnya, bagaimana hal itu bisa terjadi di saat penting seperti ini.     

Sersan Hendrik menatap Hanna, kali ini perasaannya sangat tidak baik.     

"Dia kehilangan jejak target!" ujar Hendrik lemas.     

"Apa perlu kita mengirimkan bantuan untuk mencarinya, sementara sebagian tetap berjaga di tempat ini!" ujar Hendrik mengemukakan usulnya pada Hanna.     

"Ya, aku rasa itu bukan hal buruk. Tenanglah kita pasti akan menangkapnya hari ini!" jawab Hanna dengan percaya diri.     

Setelah itu segera Sersan Hendrik memerintahkan dua dari empat bawahannya yang berada di tempat itu untuk menyusul rekan tim lainya guna mencari keberadaan Davine. Bagaimanapun juga mereka yakin jika Davine cepat atau lambat akan kembali ke apartemen miliknya oleh sebab itu sebagian dari mereka harus tetap bersiaga di lokasi tersebut.     

"Menurut laporan saat ini target menggunakan kemeja berwarna biru gelap, posturnya tinggi dengan rambut sedikit panjang dan bergelombang!" sekali lagi Sersan Hendrik kembali menunjukkan foto Davine yang ia miliki pada dua bawahannya itu, walau sebelumnya mereka semua telah mengetahui dan melihat foto target sebelum operasi itu dimulai, namun tidak ada salahnya jika Sersan Hendrik kembali mengingatkan mereka untuk terakhir kalinya.     

Kedua petugas itu segera menuju tempat di mana rekanya itu diketahui kehilangan jejak Davine, kini hanya menyisakan Hanna, Sersan Hendrik, dan satu lagi personil yang berjaga di lokasi yang telah mereka tentukan itu sebelumnya.     

Kini mereka terbagi menjadi dua tim yang berisikan tiga orang dalam operasi ini. Tim utama adalah tim yang berisikan Hanna, Sersan Hendrik, dan seorang personil yang merupakan salah satu bawahan Sersan Hendrik. Tim kedua dibagi menjadi unit masing-masing, dua orang personil yang baru saja dikirimkan oleh Sersan Hendrik diberikan kode Alfa dan Bravo, sedangkan seorang personil yang sedari tadi ditugaskan untuk mengawasi pergerakan Davine diberi kode dengan sebutan Charlie.     

Alfa, Bravo, dan Charlie dengan segera membagi area pencarian mereka ke arah tiga mata angin yang berbeda. Alfa akan melakukan penyisiran ke arah selatan dari tempat terakhir sang target menghilang, sedang Bravo, dan Charlie akan menyisir ke arah timur, dan utara, karena titik awal posisi kampus milik Davine saat itu berada di sekitar barat daya, maka tidak mungkin jika Davine menghilang untuk kembali ke arah tersebut, sedangkan di arah barat tentu saja ada tim lainya yang sedang bersiaga di lokasi yang telah mereka tentukan.     

Hanna kembali melirik jam di tangan kirinya, sekitar 30 menit telah berlalu. Seharusnya saat ini Davine sudah berada di lokasi yang mereka tentukan, namun sampai saat ini batang hidung pemuda itu belum tampak sama sekali. Tidak menutup kemungkinan jika Davine mungkin saja singgah di suatu tempat terlebih dahulu sebelum ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya, walau nyatanya semenjak ia memutuskan berpisah dengan Siska, Davine sangat jarang terlihat untuk singgah ke suatu tempat terlebih dahulu sebelum akhirnya ia pulang ke apartemennya, berbeda halnya ketika ia masih menjalin hubungan dengan Siska, mereka kerap kali sedikit menghabiskan waktu untuk sekedar berjalan dan singgah di suatu tempat sebelum akhirnya mereka pulang ke kediaman mereka masing-masing. Hal ini di ketahui Hanna setelah mendapat laporan dari bawahan Sersan Hendrik yang beberapa waktu lalu sempat ditugaskan untuk mengawasi pergerakan Davine, namun hal itu akhirnya dihentikan karena tidak mendapati suatu apa pun dari Davine yang terlihat mencurigakan.     

Sersan Hendrik mendapat kabar dari salah satu bawahannya yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Davine saat itu. Alfa memberikan informasi jika ia telah menemukan seseorang dengan ciri-ciri tersebut, sayangnya ia tidak dapat melihat wajah pria itu dengan benar karena saat ini pria yang diduganya sebagai target itu sedang menggunakan masker yang menutupi bagian mulut sampai hidungnya, namun jika melihat penampilannya seperti, baju kemeja berwarna biru tua yang dikenakan pria itu, serta rambut panjang yang sedikit bergelombang, dan postur tubuh, tinggi dan perawakan pria tersebut, sang Alfa meyakini jika orang yang sedang ia pantau saat itu adalah Davine yang merupakan target mereka.     

Tidak berselang lama kini giliran Bravo, dan Charlie secara serentak mengabarkan jika mereka saat ini telah mendapati target dengan ciri-ciri serupa di arah timur dan utara secara bersamaan. Sersan Hendrik kaget bukan kepala, ia tak habis pikir bagaimana hal itu bisa terjadi, saat ini ada tiga orang di arah yang berbeda namun dengan ciri-ciri yang serupa.     

Hanna yang saat itu juga mendengar hal tersebut tidak kalah terkejutnya sama halnya seperti yang Sersan Hendrik rasakan. Hanna berjalan ke sana-kemari dengan tangan menopang di dagunya, otaknya berpikir sangat keras.     

"Ini jebakan!" ujar Hanna ragu.     

"Ya, ini pasti sebuah jebakan!" ujarnya lagi, kali ini Hanna mengutarakan dengan penuh keyakinan.     

"Apa maksudmu?" timpal Hendrik penuh tanda tanya.     

"Operasi ini telah gagal, aku rasa ada seseorang yang telah membocorkan perihal operasi yang akan kita jalankan saat ini!" tukas Hanna.     

"Aku yakin saat ini target sudah mengetahui tentang operasi yang akan kita jalankan untuk meringkusnya!" Hanna menatap tajam mata Sersan Hendrik. Ia sangat yakin jika ketiga orang yang ditemukan dengan ciri-ciri yang sama itu hanyalah sebuah pengalihan semata.     

"Sangat tidak mungkin ada lebih dari dua orang yang secara kebetulan memiliki penampilan yang sama di hari yang sama pula, terlebih mereka terpencar di beberapa lokasi yang berbeda. Itu sangat tidak masuk akal Sersan!" tegas Hanna.     

"Ya, kau benar. Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang!" sambut Hendrik, ia pun merasa hal itu sangatlah janggal dan tak masuk di akal.     

"Perintahkan mereka untuk segera menangkap semua pria dengan ciri-ciri tersebut, aku sangat yakin jika tidak ada satu pun dari mereka yang merupakan target kita saat ini!" titah Hanna tanpa keraguan sedikit pun.     

Dengan segera Sersan Hendrik memerintahkan ketiga anak buahnya itu segera melakukan penangkapan pada pria yang di duga adalah target di tiga tempat yang berbeda itu. Walau hal itu cukup ceroboh dan berbahaya untuk dilakukan karena masing-masing dari mereka harus melakukan sebuah operasi penangkapan itu seorang diri, tentu risiko kegagalan itu juga sangatlah tinggi. Namun Hanna mengatakan dengan pasti jika ketiga orang tersebut tidak akan melakukan perlawanan yang berarti.     

"Perintahkan mereka untuk melakukan penangkapan saat ini juga!" ujar Hanna pada Sersan Hendrik.     

"Alfa, Bravo, dan Charlie. Tentu mereka sudah sangat terlatih dalam melakukan hal tersebut, mereka sudah cukup berpengalaman!" tambah Hanna.     

"Percayalah, mereka tidak akan gagal!" tambahnya lagi guna meyakinkan Sersan Hendrik.     

Sersan Hendrik berpikir sejenak, ia tidak sedikit pun meragukan kemampuan ketiga bawahannya itu, di satu sisi tentu ia juga mengkhawatirkan risiko kegagalannya. Namun ia juga sependapat dengan Hanna, yang pilihan terbaik yang bisa mereka lakukan untuk saat ini adalah segera melakukan penangkapan pada ketiga yang berbeda itu.     

Setelah mendapatkan perintah dari Sersan Hendrik, dengan segera Alfa, Bravo, dan Charlie secara bersamaan segera melakukan operasi itu di tiga tempat yang berbeda itu. Dengan penuh ke hati-hatian mereka terus mengikuti sang target, ketika dirasa sudah berada di tempat yang strategis dan jauh dari keramaian mereka segera melakukan penangkapan pada pria yang diduga sebagai target di tiga tempat yang berbeda tersebut. Alfa yang berjalan dengan perlahan mengikuti target segera meraih tangan kiri target dan menekankan pada bagian belakang pundak pria tersebut, sang Alfa segera menodongkan handgun miliknya, menempelkan moncong senjata itu tepat pada perut bagian kanan pria itu, membuat sang target tertangkap tanpa sempat melakukan perlawanan yang berarti.     

Di sisi yang berbeda, Bravo, dan Charli juga sudah melakukan aksinya, sama halnya dengan Alfa, mereka tidak mengalami kendala yang berarti saat meringkus kedua pria yang di duga sebagai target itu.     

Dan persis seperti dugaan Hanna sebelumnya, tidak ada satu pun dari ketiga pria yang diduga sebagai target itu yang merupakan target mereka sebenarnya. Ketiga pria itu adalah orang yang berbeda, hanya saja perawakannya tampak sedikit mirip dengan Davine, terlebih karena mereka mengenakan pakaian yang sama dan tidak menampakkan wajah mereka dengan jelas. Lalu apakah hal ini bisa dikatakan hanya sebuah kebetulan semata. Jelas tidak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.