Another Part Of Me?

Part 2.22



Part 2.22

0Beberapa hari berlalu, kini Davine mulai merasa ingatannya kian menghilang dalam beberapa waktu tertentu. Bisikan-bisikan itu semakin hari semakin menjadi-jadi, entah apa itu, yang pasti Davine selalu dapat merasakan keberadaan suatu entitas yang seolah mencoba mengambil alih atas kesadarannya. Namun ada satu hal yang kini mulai dimengerti olehnya, bisikan itu selalu datang di saat ia mulai merasa tertekan.     

Di beberapa pertarungan dan pelatihan yang ia jalani dalam beberapa hari ini pun Davine selalu mendapatkan kembali bisikan-bisikan itu di telinganya yang disertai pengambilalihan kesadaran miliknya, namun ketika ia tersadar semua hal itu seolah telah dilaluinya dengan baik. Kemenangan demi kemenangan ia raih, hingga membuatnya menjadi momok yang cukup menakutkan di yayasan itu. Tidak ada lagi anak yang menganggapnya remeh, tidak ada pandangan yang menjatuhkan, kini ia bak pemangsa yang berada di puncak rantai makanan, bersaing dengan penguasa lainya di yayasan tersebut     

******     

Hari ini semua anak yang berada di yayasan tersebut kembali dikumpulkan pada lapangan yang terdapat di tengah-tengah yayasan tersebut. Tidak seperti biasa, kali ini semua anak digabung tidak lagi berdasarkan dalam batasan umur. Dalam yayasan itu terdapat tiga kelompok anak dalam umur yang berbeda yaitu, 7, 8, dan 9 tahun. Tidak ada anak yang berusia lebih dari itu di yayasan tersebut, entah mengapa setiap anak yang beranjak dan mulai menginjak usia 10 tahun, mereka akan segera diasingkan ke suatu tempat yang sampai saat ini masih menjadi misteri bagi anak-anak yang mau tidak mau tergabung di yayasan tersebut. Sang pelatih hanya mengatakan jika mereka akan melanjutkan pelatihan dalam tingkatan yang selanjutnya.     

Sang pelatih segera menjelaskan maksud dan tujuannya pada para anak yang telah tergabung di lapangan itu.     

"Kali ini kalian akan bertarung satu sama lain dalam jangka waktu yang telah saya tentukan, bertahanlah sampai akhir waktu tersebut!" teriak sang pelatih memberikan instruksinya.     

"Serang siapa pun yang ada di lapangan ini dan jatuhkan mereka. Tidak ada kerja sama, tidak ada saling bantu, berjuanglah dengan kemampuan kalian masing-masing!" tegasnya lagi.     

"Tentu hukuman akan menanti bagi kalian yang tidak mampu bertahan hingga waktu yang telah kami tentukan," ancam sang pelatih.     

Mendengar hal itu para anak yang saat ini telah tergabung menjadi satu itu benar-benar kaget dibuatnya. Bagaimana tidak, untuk pertarungan satu lawan satu saja sudah terasa sangat berat bagi mereka, apalagi harus bertarung dalam kelompok gabungan yang sangat besar itu, beberapa anak mulai merasakan tekanan luar biasa kala itu, atmosfer terasa begitu mencekam, mata mereka berubah tajam. Tentu tidak ada satu pun dari mereka yang ingin mendapatkan hukuman dengan metode gila yang kerap di berikan oleh sang pelatih.     

Tidak memberikan waktu banyak, kini sang pelatih dengan segera memberikan tanda jika pertarungan gila yang disebutnya sebagai battle royale itu akan segera dimulai. Para anak dengan segera mencari target mereka masing-masing.     

Davine yang saat itu kesadarannya kembali telah diambil alih dengan brutal mendaratkan pukulan demi pukulan pada siapa pun yang berada di dekatnya. Beberapa anak terlihat jatuh dan terinjak-injak dalam pertarungan besar itu.     

Bak ... Buk ... Bak ... Buk ...     

Suara pukulan saling beradu dengan sangat gilanya.     

Davine menjambak rambut seorang anak yang berada tepat di depannya, saat itu sang anak sedang membelakangi Davine, memberikan Davine kesempatan untuk menarik rambut anak itu dengan sekuat tenaga dari belakang dan segera menghempaskannya.     

Sedang di sisi lain terlihat seorang anak yang ditemui Davine ketika hari pemakaman Kakek Robert beberapa hari lalu terlihat dengan sangat brutal menghajar anak-anak yang berada di depannya. Anak itu terlihat sangat lincah, ia menghindari beberapa pukulan dari lawannya dan dengan gilanya mendaratkan serangan balasan. Pukulan dari anak itu sangat kuat, satu pukulan darinya mampu memberikan kerusakan yang cukup parah bagi lawannya, itulah mengapa anak tersebut sangat di takuti di yayasan itu.     

Beberapa kali terlihat senyum merekah di bibir anak yang wajahnya tersamarkan oleh rambut ikal bergelombang miliknya yang menutupi dahi hingga mata anak tersebut. Di beberapa kesempatan anak itu bahkan tertawa kecil sembari melayangkan pukulan demi pukulan dengan tangan kecilnya itu.     

Namun Davine tidak kalah gilanya, ia melayangkan tendangan demi tendangan pada lawannya, saat itu ia sedang menghadapi tiga orang sekaligus, bak tidak punya rasa takut Davine terus menghantam satu persatu anak-anak itu sekali lagi dengan sangat gilanya, karena ia sadar tidak dapat menangani anak-anak itu sekaligus. Davine terus melayangkan pukulan demi pukulan pada lawannya, ia mengabaikan kedua anak yang sedari tadi menyerang dirinya, Davine menerima semua pukulan itu dengan sengaja dan hanya berfokus pada satu anak yang berada sedang berada di depannya kala itu.     

Bak ... Buk ... Bak ... Buk ...     

Pukulan dari tangan kecil Davine terus mendarat pada wajah anak tersebut, membuatnya jatuh hanya dalam hitungan detik.     

Merasa cukup, kini Davine kembali beralih pada dua anak yang sedari tadi sedang mengeroyoknya dari belakang, ia menarik salah satu kerah dari dua anak tersebut dan dengan segera menghantamkan jidatnya tepat pada hidung anak tersebut. Darah mengalir deras hingga membuat anak itu kehilangan kesadarannya. Kini hanya tersisa satu anak dari tiga anak yang sebelumnya ia lawan. Melihat kegilaan Davine membuat anak itu tanpa sadar melangkah mundur, mentalnya jatuh seketika.     

Davine mengusap darah yang menempel di dahinya, ia mendekat pada anak yang kini tersisa seorang diri itu, sedang sang anak terus saja melangkah mundur dan terlihat sangat ketakutan.     

Buuuuukkkkk ...     

Sebuah tendangan keras bersarang di perut anak itu, membuatnya sedikit terhempas karena daya dorong yang Davine berikan. Anak itu sudah tidak punya harapan lagi.     

Kini hanya terlihat beberapa anak yang masih berdiri di lapangan itu, sedang yang lainya telah jatuh dan tak mampu untuk melanjutkan pertarungan itu.     

Hanya ada dua anak yang masih berdiri dari usia 7 tahun saat itu, tentu mereka adalah Davine dan anak dengan rambut ikal bergelombang yang menutupi matanya itu, sedang anak dari usia 8 tahun hanya tersisa satu orang, dan dua anak lagi dari usia 9 tahun yang saat itu masih bertahan.     

Kini pertarungan itu telah berada di puncaknya, kelima anak yang masih bertahan itu saling menatap tajam satu sama lain, berusaha saling memberikan tekanan dan intimidasi, berharap hal itu dapat menjatuhkan mental lawan-lawannya.     

Ketika mereka telah bersiap dan telah memilih lawan mereka masing-masing, tiba-tiba saja pertarungan itu dihentikan. Sang pelatih mendapatkan sebuah informasi dari seorang petugas yayasan kala itu, membuatnya mau tidak mau harus segera menghentikan battle royale yang sedang ia selenggarakan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.