Another Part Of Me?

Part 3.2



Part 3.2

0Pagi-pagi sekali, Lissa terlihat sibuk mengemasi beberapa jenis herbal hasil tanamnya. Ia harus pergi ke kota untuk mendapatkan sedikit uang dan beberapa keperluan yang tidak dapat ia hasilkan dari hutan tempat mereka tinggal saat itu.     

Menurut keterangan Lissa, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kota kurang lebih memakan waktu sekitar satu jam untuk perjalanan kaki. Tentu hal itu juga karena Lissa yang sudah sangat hafal dengan seluk beluk hutan itu.     

Lissa sempat juga menawarkan pada Davine jika mungkin saja ada sesuatu yang ia perlukan, maka Lissa bisa mencoba mencarikan hal itu untuknya.     

Tidak banyak hal yang Davine perlukan saat ini, ia hanya ingin sebuah surat kabar harian dari kota itu, kalau-kalau saja ada informasi yang berguna di media cetak itu tentang dirinya atau keadaan kota saat ini.     

Davine juga tidak lupa meminta agar dibelikan beberapa pasang baju untuknya. Tentu saja itu dengan mengunakan uangnya yang masih tersisa beberapa lembar di dompetnya. Ia telah menyarankan agar Lissa tidak perlu repot untuk menjual beberapa tanaman herbal yang ia bawa, karena uang yang tersisa di dompetnya saat itu masih terbilang lebih dari cukup. Tentu saja Lissa menolak hal itu, ia hanya mengambil beberapa lembar yang sekiranya cukup untuk membeli kebutuhan yang Davine perlukan. Lissa juga mengatakan jika Davine tidak perlu khawatir karena ia sudah memiliki pelanggan tetap yang akan membeli tanaman herbal miliknya.     

Selepas kepergian Lissa, karena bosan Davine memutuskan sedikit melihat-lihat beberapa barang yang berada di pondok Lissa. Tidak banyak hal yang berada di sana, hanya beberapa peralatan rumah tangga dan beberapa perabotan biasa lainnya, tidak ada yang spesial di pondok itu.     

Perhatian Davine tertuju pada sebuah kotak kayu berukuran sedang yang terletak di atas sebuah meja yang juga terbuat dari kayu yang kelihatan jelas jika itu di buat dengan seadanya. Sedikit penasaran akan isinya, Davine pun dengan lancang segera membuka kotak itu. Sebuah handgun milik Davine berada di sana, tergeletak begitu saja bersama beberapa tumpukan buku yang sedikit usang milik Lissa.     

Davine segera mengambil kembali handgun miliknya. Tentu saja ia memerlukan benda itu untuk sekedar berjaga-jaga, mengantisipasi jika saja ia kembali di hadapkan dalam situasi sulit seperti sebelumnya. Ia juga memerlukan hal itu, mengingat saat ini ia sedang berada di tengah hutan yang bisa saja masih banyak hewan liar di dalamnya.     

Perhatian Davine pun juga tidak lepas dari beberapa buku yang terdapat di kotak itu, buku itu adalah sebuah catatan milik Lissa, Davine mengambil salah satu buku itu, di sana tertulis berbagai macam tumbuhan herbal dan juga khasiatnya. Tampaknya Lissa dengan sengaja mencatat semua hal itu agar lebih mudah dalam mengingat dan mempelajari tumbuhan-tumbuhan itu.     

Di beberapa buku yang lain juga terlihat berisikan beberapa hal seputar dunia kedokteran dan juga anatomi tubuh manusia, hal itu sedikit menjelaskan bagaimana Lissa dapat mengangkat peluru yang beberapa waktu yang lalu bersarang di bahunya, dan hasil perawatannya itu juga terlihat sangat baik, pikir Davine.     

Davine membaca lembar demi lembar catatan itu, hingga ia terhenti pada sebuah halaman. Di halaman itu terselip sebuah foto seorang wanita, foto itu membuat Davine seketika teringat dengan perkataan Lissa sebelumnya. Dengan melihat foto itu saja, ia dapat menyadari kesamaan dari mereka. Jelas seseorang yang dimaksud Lissa memiliki mata yang sama dengan mereka pastilah wanita yang berada di foto tersebut.     

Wanita itu terlihat sangat cantik, jika Davine mengira-ngira umurnya pasti berada di sekitar tiga puluh tahun ke bawah saat foto itu di ambil. Davine membalik foto tersebut, di sana terdapat sebuah catatan tanggal yang entah apa maksudnya. Di sana tertuliskan, 11 Februari, dan yang menariknya, keterangan tahun pada foto tersebut sama persis dengan tahun kelahiran Davine sendiri, dan di sudut kiri bagian bawah foto itu juga terdapat sebuah lambang yang entah mengapa terasa cukup familier baginya.     

Merasa itu bukan urusannya Davine kembali menaruh foto tersebut pada sela lembaran catatan milik Lissa, dan untuk ke sekian kalinya, perhatian Davine kini tertuju pada catatan yang di tulis tangan pada lembar tersebut. Itu adalah catatan mengenai hal-hal tentang kepribadian ganda atau DID.     

Dalam catatan itu menjelaskan apa itu yang di sebut dengan Dissociative Identity Disorder, atau yang biasa di sebut DID itu. Pada dasarnya DID adalah salah satu jenis utama dalam gangguan disosiatif. Gangguan disosiatif sendiri merupakan sebuah penyakit mental yang menyebabkan kerusakan memori, identitas, dan fungsi mental lainnya yang menjadi pendukung dalam melakukan aktivitas seperti pada umumnya.     

Dalam kasus DID, gangguan yang di alami penderita akan meliputi hal-hal seperti, sakit kepala, depresi, gelisah, amnesia, halusinasi, kecenderungan untuk bunuh diri, perasaan asing pada lingkungan (Derealization), dan beberapa hal lainnya. Dalam semua hal yang telah dipaparkan, sebagian besar hal tersebut memang tengah dirasakan oleh Davine saat itu.     

Adapun hal yang menjadi penunjang dan faktor-faktor seseorang dapat mengidap gangguan DID meliputi pengalaman traumatis yang tidak dapat dilupakan. 90% penderita biasanya pernah mengalami kekerasan semasa kecil, pelecehan seksual, stres, sebuah kecelakaan baik itu lalu lintas maupun dalam bentuk bencana alam, pengalaman dalam bentuk perang, dan faktor genetik maupun biologis juga diyakini berperan penting sebagai penunjang bagi pengidap gangguan DID. Menariknya bagian terakhir kalimat itu terlihat digaris bawahi oleh Lissa, menjadikan hal tersebut sebagai perhatian lebih bagi Davine yang membacanya.     

Lalu apakah gangguan DID ini dapat disembuhkan? Dalam catatan itu juga menjelaskan jika metode pengobatan yang harus dilakukan adalah psikoterapi jangka panjang. Hal ini pun dilakukan hanya untuk membantu penderita dalam memahami kondisi yang sedang dialaminya guna menyatukan kembali kepribadian yang telah terpecah. Dan sebagai penunjang, biasanya psikiater juga akan melakukan hipnoterapi guna membantu mengendalikan perilaku yang tidak normal, hal ini juga bertujuan agar psikoterapi itu sendiri dapat menjadi lebih efektif. Namun hal itu juga hanya bertujuan untuk mengurangi intensitas gejala yang ditimbulkan, karena pada dasarnya sampai saat ini belum ada metode atau pengobatan apa pun yang dapat mengklaim atau menyembuhkan gangguan tersebut secara total.     

Dalam catatan itu juga menerangkan jika para penderita gangguan itu biasanya hanya menerima obat berupa antidepresan untuk meredakan halusinasi dan gangguan kecemasan yang dialami. Kenyataannya obat itu juga telah dikonsumsi oleh Davine sendiri, beberapa waktu yang lalu saat ia mengeluhkan perihal perasaan kerap berhalusinasi yang ia alami pada Malvine, kakaknya itu lantas menyarankannya untuk mengonsumsi obat dengan jenis tersebut. Entah mengapa saat itu Malvine seolah telah mengetahui tentang kondisi yang sedang Davine alami, atau mungkin kakaknya itu hanya menganjurkan obat tersebut karena memang bertujuan untuk meredakan halusinasi yang kerap ia keluhkan sebelumnya.     

Dan di akhir catatan itu turut dijelaskan juga kondisi seperti apa yang menjadi pemicu kepribadian ganda itu kerap muncul. Sederhananya sang alter muncul karena disebabkan oleh stres yang dipicu oleh perasaan traumatis hebat yang dialami. Dalam kondisi tertentu maka sang alter akan mengambil alih kesadaran host untuk melindungi dan menampung semua rasa sakit dan ketidakmampuan host itu sendiri dalam menghadapi beberapa keadaan atau situasi tertentu. Mudahnya hal ini adalah bentuk perlindungan diri yang dilakukan secara tidak sadar oleh sang penyandang gangguan kepribadian ganda itu sendiri.     

Ketika proses pengambilalihan atau yang biasa disebut switch itu terjadi, kerap sang penderita akan mengalami kehilangan ingatan, atau amnesia dalam periode waktu tertentu, hal ini dikarenakan sang alter yang saat itu telah mengambil alih kesadaran sang host secara menyeluruh. Namun di beberapa kondisi terkadang sang host juga masih dapat melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi dari dalam dirinya sendiri, walau cenderung tidak dapat memproyeksikannya dengan baik.     

Dalam beberapa kasus, sang alter yang dimiliki seseorang yang menderita gangguan DID juga sangat bervariatif dan cenderung sangat bertentang terbalik dengan kepribadian asalnya. Kebiasaan dan pola pikirnya pun juga sangat berbeda satu sama lain. Dalam beberapa kasus juga tercatat seseorang bahkan dapat memiliki dua atau lebih kepribadian lain dalam dirinya, yang juga kerap memiliki perbedaan dalam bentuk umur, gender, jenis dan kebiasaan yang sangat berbeda dari sang host yang juga bisa disebut sebagai inangnya itu.     

Tentu Davine tidak dapat serta-merta menyimpulkan apakah benar ia adalah penderita gangguan DID atau bukan. Dalam catatan itu penderita tentu membutuhkan diagnosis lebih dalam untuk menyimpulkan hal tersebut. Namun dengan beberapa gejala yang telah disebutkan dalam catatan itu, ia kini sangat meyakini jika kondisi yang dialaminya saat ini 90% dapat dipastikan jika dirinya adalah salah satu penderita gangguan disosiatif yang cukup langka itu.     

Davine menutup catatan itu. Kini setidaknya ia tahu kondisi apa yang sedang ia alami saat ini. Ia tidak dapat memungkiri hal itu, jelas sekali hampir semua yang dijelaskan dalam catatan itu adalah benar. Yang menjadi ketakutannya saat ini adalah tentang amnesia yang ia rasakan sampai saat ini, apa yang ia lakukan selama periode switch yang ia alami, apa yang sang alter lakukan. Apa benar pembunuhan yang terjadi sampai saat ini adalah ulah sang alter miliknya? Pertanyaan itu seolah tidak dapat terjawab olehnya. Lalu tentang Annie, apakah ia sendiri yang menghabisi nyawa sahabatnya itu. Davine mengacak rambutnya kasar dan segera berjalan keluar dari pondok milik Lissa, ia butuh udara segar, paru-parunya terasa begitu sesak saat itu.     

Jika mengingat beberapa kasus seperti kematian Merry, dan seorang pria yang tewas dengan luka tembak di sebuah klub malam yang terjadi dalam beberapa bulan yang lalu, tentu Davine merasakan sebuah kejanggalan tersendiri. Pada kasus Merry, ketika ia melihat video pembunuhan yang dikirim oleh orang tak dikenal beberapa waktu yang lalu itu, sesaat ia juga merasakan adanya hal aneh. Saat itu ia seakan merasa tersedot ke dalam video itu, bahkan ia merasa berada dalam sudut pandang orang itu sendiri, sampai akhirnya ia tersadar dengan sedikit darah yang mengalir dari hidungnya. Lalu untuk kasus kematian pria di klub malam itu juga, kenyataan jika sebuah peluru hilang begitu saja dari handgun miliknya yang harusnya masih terisi penuh, dan lagi mimpi yang ia dapati di malam itu. Apakah itu adalah potongan dari ingatan sang alter miliknya, namun tidak bisa dipungkiri, pengirim kartu ucapan, micro card yang berisi video pembunuhan Merry, dan sebuah pesan dari orang misterius yang masuk di smartphone miliknya itu juga perlu di pertimbangkan, lantas siapa orang tersebut. Tidak menutup kemungkinan juga jika orang yang mengirimkan semua itulah yang merupakan pelaku pembunuhan sebenarnya.     

Banyak hal yang harus Davine ungkapkan saat ini. Ia harus menggali ingatannya entah bagaimanapun caranya, tentu semua akan terjawab jika saja hal itu bisa ia lakukan. Itu juga menjadi semacam pembuktian pada diri sendiri, karena saat ini, tentu ia masih sangat meragukan siapa dirinya yang sebenarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.