Another Part Of Me?

Part 3.5



Part 3.5

0Kecelakaan yang telah terjadi kian mengundang keramaian. Beberapa warga yang berada di area itu segera berkumpul di tempat kejadian. Namun sial, sang pengemudi mobil itu telah berhasil melarikan diri, para warga benar-benar tak sempat untuk menahannya.     

Keadaan Annie sedang tidak baik-baik saja, tabrakan keras itu memberikan dampak yang lumayan parah pada tubuh gadis kecil itu. Annie, gadis kecil itu bahkan tak sadarkan diri seketika. Dengan sigap para warga segera membawa Annie untuk mendapatkan pertolongan medis ke rumah sakit terdekat. Hari itu benar-benar buruk bagi Annie maupun Davine.     

Masih sangat syok Davine jatuh tersungkur, sedang hatinya membatin keras. Entah mengapa ia merasa saat itu ia kembali merasa solah dikendalikan oleh kepribadian lain di dalam dirinya, ia terus mengutuk perbuatannya itu sendiri.     

Monna yang mendapati keramaian di depan rumahnya lantas segera bertanya mengenai perihal yang sedang terjadi. Mendapati informasi dari salah seorang warga, Monna dengan segera berlari ke kediaman keluarga Annie. Ia sempat melihat keadaan Davine yang saat itu masih duduk terkulai dengan wajah yang memucat, namun ia tidak punya waktu untuk merespons hal tersebut, ia harus bergegas untuk memberikan kabar kecelakaan itu pada keluarga yang bersangkutan.     

Keluarga Annie yang menerima kabar dari Monna tentu merasa sangat terpukul oleh kejadian yang menimpa anaknya itu. Setelah menanyakan di mana saat ini Annie dirawat, mereka dengan segera langsung menuju ke rumah sakit itu. Monna sempat menawarkan untuk mengantar mereka, namun rasa panik membuat keluarga itu tak dapat berpikir jernih, mereka melesat begitu saja, menghentikan salah satu kendaraan umum dengan sangat ceroboh, dan segera pergi meninggalkan Monna yang saat itu masih berada di rumah mereka.     

Kini atensi Monna beralih pada anak angkatnya itu, tentu saja Davine adalah orang yang paling mengetahui bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi, pikirnya.     

Menghampiri Davine, Monna berusaha menenangkan anak angkatnya itu, ia bahkan tidak langsung bertanya perihal apa yang telah terjadi. Saat itu tubuh Davine masih bergetar dengan sangat hebat. Monna dengan lembut mengelus rambut anak itu, ia memeluknya penuh kasih sayang bak seorang ibu yang sesungguhnya. Davine yang menerima perlakuan lembut itu lantas meneteskan air matanya, perasaannya kini kian bercampur aduk. Rasa bersalah dan rasa hangat yang ia alami secara bersamaan, ia tidak tahu harus memahami hal itu seperti apa.     

Monna segera membawa masuk anak angkatnya itu ke dalam rumah mereka, ia tahu hal ini pasti akan menjadi masalah tersendiri antara keluarga mereka dan keluarga Annie nantinya.     

Davine menjelaskan apa yang saat itu telah terjadi, bagaimana kecelakaan itu, dan apa penyebabnya. Ia menyalahkan dirinya sendiri atas semua hal yang menimpa Annie saat itu.     

Monna, wanita itu berusaha menerima segala penjelasan Davine dengan baik, namun ia tidak yakin jika penjelasan itu dapat di terima oleh pihak keluarga Annie. Davine, anak itu pasti akan disalahkan, pikirnya.     

Sementara itu. Annie, gadis kecil itu kini sedang dirawat dengan intensif di rumah sakit. Ia mengalami pendarahan yang cukup hebat, untungnya hasil Rontgen tidak menunjukkan adanya patah tulang, namun gadis itu menerima beberapa luka dalam yang nampaknya cukup serius. Donor darah segera diberikan oleh pihak Rumah sakit, untungnya Annie memiliki golongan darah yang cukup mudah didapatkan. Situasi kritis telah terlewati. Namun Annie, gadis kecil itu tampaknya harus tidak sadarkan diri dalam beberapa waktu ke depan.     

Seperti dugaan, cekcok tidak dapat dihindari oleh kedua keluarga itu. Keluarga Annie menyalahkan sepenuhnya atas semua yang menimpa anaknya pada keluarga Harris. Mereka bahkan tak menerima sedikit pun penjelasan dari Monna.     

Beberapa saat sebelumnya, ibu dari Annie mendapat sebuah kesaksian dari salah satu tetangga yang menyatakan melihat kejadian itu, lelaki itu bersaksi jika saat itu ia melihat Davine mendorong Annie, hingga menyebabkan kecelakaan itu terjadi. Monna yang mendengar penjelasan itu segera mencari sang saksi mata itu, ia yakin jika Davine tidak akan melakukan hal seperti yang mereka tuduhkan.     

Dengan sedikit emosi Monna menanyakan bagaimana sang saksi mata bisa melihat hal itu, dari sudut pandang seperti apa sang saksi melihat kecelakaan itu terjadi. Dengan sedikit desakan itu sang saksi mata akhirnya mengatakan jika sebenarnya ia tidak melihat hal itu dengan sangat jelas, karena saat itu ia berada di sudut pandang yang tidak cukup baik, posisi Annie saat itu sedang membelakanginya, sedangkan Davine berdiri tepat di depan Annie, hal itu membuatnya tidak dapat melihat dengan jelas apa yang saat itu Davine lakukan, belum lagi jarak antara sang saksi dan kedua anak itu terbilang cukup jauh.     

"Omong kosong!" bentak Monna.     

"Kau bahkan tidak bisa melihatnya dengan jelas, lantas mengapa kau berani memberikan kesaksian seperti itu!" tambah Monna, wajahnya memerah menahan amarah.     

"Ya, kau benar. Namun saya yakin jika saat itu Davine terlihat mendorong Annie hingga membuat mobil itu menabraknya!" jawab sang saksi, ia masih kukuh dengan pernyataannya.     

Tidak punya pilihan lain kejadian itu pun mau tidak mau harus berakhir di kantor kepolisian setempat.     

Pihak kepolisian segera mendata kejadian itu, posisi keluarga Harris kian terpojok sebab kesaksian yang diberikan oleh saksi mata yang saat itu nyatanya belum pasti kebenarannya.     

Monna kian menahan amarahnya, ia bahkan merasa ingin sekali menjambak rambut sang saksi mata itu. Namun dengan segala cara ia mencoba untuk tidak melakukan hal tersebut, tentu saja itu hanya akan menambah masalah, pikirnya.     

Saat itu hanya ayah dari Annie yang berada di kantor kepolisian guna mengurus laporan itu, sedang ibu dari Annie masih berada di rumah sakit untuk menemani anaknya yang sampai saat itu belum juga sadarkan diri.     

Sang ayah terus saja memojokkan Monna, dengan tuduhan-tuduhan yang terasa kurang berlandaskan. Bagaimana tidak, bagi Monna kesaksian itu tentu tidak dapat dijadikan patokan dalam menentukan kejadian yang sebenarnya. Sang saksi bahkan tidak dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di saat sebelum kecelakaan itu terjadi.     

Namun tampaknya sang ayah lebih memilih untuk mempercayai kesaksian itu, dan dengan sangat keras hati terus saja menyalahkan pihak keluarga Harris atas kejadian yang menimpa putrinya. Perangai pria itu sangat tidak baik di mata Monna.     

Tanpa disangka seorang pria masuk begitu saja ke dalam ruangan tempat mereka berada. Lelaki itu adalah suami dari Monna, ia adalah pemimpin keluarga Harris saat ini.     

"Perkenalkan saya Edward," ujar lelaki itu sembari mengulurkan tangannya pada ayah dari Annie.     

"Edward Harris," tekannya sekali lagi.     

"Bisakah kita berbicara empat mata di suatu tempat?" ajak Edward pada pria itu.     

Seakan tak mampu menolak, sang ayah dari Annie lantas mengabulkan permintaannya begitu saja. Entah mengapa aura Edward sangat berbeda, lelaki itu terlihat tampak sangat tenang namun juga berwibawa.     

Seisi ruangan dibuat bingung dengan hal itu, alhasil mereka hanya bisa menunggu kedua lelaki kembali ke ruangan tersebut.     

Suasana cukup canggung, Monna terus saja menatap seorang lelaki yang sedari tadi menjadi saksi untuk insiden kecelakaan yang terjadi, ia masih saja kesal mengingat kesaksian yang bisa dikatakan tidak pasti dari orang itu. Sedangkan seorang polisi yang saat itu ditugaskan untuk menangani laporan itu terlihat nampak sangat bosan, ia bahkan hanya memainkan pena yang ia pegang dan sesekali memutar-mutarnya di antara sela-sela jarinya.     

Sekitar 15 menit berlalu, akhirnya Edward dan ayah dari Annie kembali ke ruangan itu, dan tanpa diduga-duga sang ayah segera membatalkan laporannya. Pria mengatakan jika ia lebih memilih untuk menyelesaikan masalah itu dengan cara kekeluargaan saja, hal itu jelas terlihat sangat berbanding terbalik dengan sikap pria itu sebelumnya.     

Entah apa yang sebenarnya terjadi, akhirnya laporan itu ditarik kembali oleh pihak keluarga Annie. Monna tentu saja sangat bertanya-tanya akan hal itu. Namun Edward, pria itu hanya menjawab jika ia telah berunding dan menemukan jalan terbaik untuk masalah itu.     

Monna yang masih tidak percaya akan hal itu masih saja terus mendesak suaminya itu untuk menjelaskan apa sebenarnya yang telah ia bicarakan secara empat mata dengan ayah dari Annie beberapa saat yang lalu. Namun sekali lagi Edward hanya tersenyum dan enggan untuk menjawab pertanyaan dari istrinya itu.     

Setidaknya seperti itulah yang diceritakan Monna pada Davine, dan bagaimana hal itu bisa berakhir dengan baik hanya Edward sendiri yang tahu dengan pasti. Namun Monna mengatakan dengan tegas pada Davine jika semua kini telah baik-baik saja.     

Davine yang mendengar penjelasan dari Monna hanya mengangguk saja, ia tidak terlalu mengerti dengan semua yang telah Monna jelaskan saat itu, namun di satu sisi ia juga merasa sangat tenang karena hal itu kini berakhir dengan baik.     

Namun tentu saja kejadian itu cukup berdampak pada hubungan antar kedua tetangga itu. Kini keluarga Annie tidak lagi menerima keluarga Harris dengan baik, mereka bahkan melarang Davine untuk berteman dengan putrinya lagi, bagi mereka Davine adalah anak pembawa malapetaka. Monna tidak dapat mengatakan apa pun untuk hal itu, meski keluarga Harris telah menanggung segala biaya perawatan atas Annie, namun bagi keluarga mereka hal itu tidak lebih dari sekedar kewajiban yang harus keluarga Harris penuhi.     

Sudah beberapa hari berlalu, namun kabarnya Annie masih saja belum sadarkan diri. Davine yang merasa khawatir akan keadaan sahabatnya itu tidak dapat berbuat apa-apa. Keluarga mereka tidak diterima lagi, bahkan hanya untuk sekedar menjenguk keadaan Annie sekalipun. Sekali waktu Monna dan Davine bahkan pernah diusir dengan sangat tidak bersahabat oleh keluarga itu.     

Mendapat perlakuan itu Davine tentu merasa sangat sedih, Annie adalah satu-satunya teman yang ia miliki saat ini, dan sekarang ia harus menerima jika pertemanan mereka bisa saja harus berakhir. Terlebih lagi Annie yang kabarnya belum juga sadarkan diri hingga saat itu, semakin menambah rasa bersalah yang kini bersarang di hati Davine.     

Hari-hari pun berlalu, sedang Davine kecil masih saja mengutuk kesalahan yang telah ia perbuat. Ia sangat merindukan hari di mana ia dapat bermain bersama Annie, namun nyatanya hal itu mungkin saja tidak akan pernah terulang lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.