Another Part Of Me?

Part 3.6



Part 3.6

0Hari berubah gelap, sedang Davine dengan susah payah dan penuh usaha ekstra akhirnya dapat kembali ke pondok milik Lissa, tentu saja lengkap dengan seekor kancil yang menjadi tangkapannya hari itu.     

Entah telah berapa lama ia tidak sadarkan diri setelah terjatuh dari pohon yang sebelumnya ia temui itu. Namun kini ia dapat sedikit kembali mengingat tentang masa kecilnya bersama Annie. Insiden kecelakaan yang akhirnya merenggut kebersamaan mereka. Ingatan itu kembali muncul lewat alam bawah sadarnya, datang bagai mimpi, namun juga terasa begitu nyata.     

Davine bahkan masih saja terisak sebab mimpi yang ia alami itu. Apakah benar persahabatan mereka berakhir setelah insiden itu, lalu apa semua hal yang ia pikirkan sampai di saat terakhir sebelum kematian Annie itu nyata. Anggapan bahwa ia masih terus bersahabat hingga saat itu apakah hanya skenario indah yang ia buat sendiri di kepalnya.     

Apakah ia hanya berusaha menghindar atas segala hal yang menyakitkan di dalam hidupnya, dan tanpa sadar memilih untuk melupakan hal-hal yang terasa pahit, mengubahnya menjadi khayalan indah yang ia tanamkan pada dirinya sendiri, walaupun nyatanya itu hannyalah kebohongan semata, dengan kata lain selama ini ia hidup hanya dengan skenario yang ia inginkan saja.     

Jika itu benar, hal ini juga dapat menjelaskan bagaimana ia bisa melupakan semua masa kelam yang telah ia lalui di masa kecilnya itu. Ia bagaikan seperti memilah setiap memorinya sendiri, membuang ingatan yang tidak ia inginkan dan menggantinya dengan hal indah yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Tentu saja hal itu ia lakukan sebagai mekanisme perlindungan diri yang di mana hal itu dengan tanpa sadar ia lakukan.     

Itu juga sama halnya dalam kasus sang alter. Pada dasarnya sang alter akan muncul ketika ia dalam beberapa kondisi tertekan dan merasa tidak mampu, maka dengan tanpa sadar pula dirinya akan merespons hal itu dengan cara mengaktifkan sebuah bentuk mekanisme pertahanan diri yang muncul dalam bentuk kepribadian lain yang sangat berbeda dari kepribadian aslinya.     

******     

Tak terasa matahari telah terbenam, sedang Davine masih belum terlihat keberadaannya. Saat itu Lissa merasa sedikit cemas karena Davine tak kunjung muncul hingga hari menjadi telah gelap. Wanita itu menunggu di depan pondok kecilnya, ia khawatir kalau-kalau saja lelaki itu tersesat dan tidak dapat menemukan jalan untuk kembali ke pondok itu.     

Dari kejauhan ia mendengar suara langkah kaki yang membelah rerumputan. Hutan itu sangat hening wajar saja jika suara sekecil apa pun akan langsung terdengar olehnya.     

Lissa segera menghampiri ke arah sumber suara itu, dengan sebuah lampu minyak di tangannya, ia menerawang ke segala arah yang bisa saja menjadi sumber suara itu berasal. Tak perlu waktu lama ia segera mendapati Davine yang sedang berjalan dengan susah payah lengkap bersama seekor kancil tangkapannya yang ia panggul di pundaknya.     

"Astaga apa yang kau lakukan?" tanya Lissa. Ia memandang lekat ke arah Davine.     

"Kau lihat, aku mendapatkan tangkapan besar hari ini," jawab Davine, ia bahkan masin bisa tersenyum walau tak dapat ia pungkiri jika rasa lelahnya juga kian begitu terasa.     

Lissa hanya bisa tersenyum, bagaimana bisa lelaki itu masih bisa tersenyum, ia bahkan mendengar jelas nafas Davine yang saat itu terasa sangat begitu berat.     

"Itu bagus, kita akan makan besar malam ini," sambut Lissa.     

"Mari kita pulang, apa aku perlu membantumu?" tambah Lissa.     

Tentu saja dengan penuh harga diri Davine menolak tawaran itu mentah-mentah, sedang Lissa hanya tertawa merespons hal itu.     

Kepulan asam merayap di tengah kegelapan malam. Hutan itu terasa begitu tenang, tak ada kebisingan yang mengusik di telinga, hanya suara jangkrik dan beberapa binatang kecil saling bersahutan yang terdengar.     

Davine menyantap dengan lahap daging tangkapannya yang telah diolah dengan sangat baik oleh Lissa. Aroma khas kayu bakar terasa menyatu dalam menu makan malamnya. Diselingi dengan beberapa obrolan kecil, malam itu terasa begitu cepat berlalu.     

******     

Hari berganti, pagi itu Davine meminta Lissa untuk sedikit mencukur rambut panjangnya. Ia merasa harus sedikit menggubah dirinya dari segi penampilan, tentu pihak Kepolisian juga pasti telah sangat mengenali Davine dengan rambut panjangnya itu. Perubahan kecil mungkin akan sedikit menyamarkan penampilannya, pikir Davine.     

Kini ia merasa terlihat sedikit lebih baik, rambut panjangnya itu memang cukup membuatnya gerah. Kini dengan tampilan rambut barunya yang ditata dengan gaya berbelah tengah atau yang biasa disebut dengan curtain hairstyle. Ia bahkan hampir terlihat seperti orang lain. Lissa, wanita itu cukup terampil dalam melakukan hal itu.     

"Kau cukup tampan dengan rambut barumu!" puji Lissa.     

Tentu saja pujian itu membuat wajah Davine merona seketika itu juga. Ia segera melemparkan pandangannya dari mata Lissa, tak dapat dipungkiri wanita itu memang terasa begitu manis di mata Davine.     

Lissa yang menyadari hal itu hanya berusaha terus menahan tawanya. Ia bahkan tidak bermaksud sedikit pun untuk menggoda Davine.     

Davine yang menyadari tawa kecil yang tak dapat Lissa sembunyikan itu lantas membuatnya ikut tertawa. Entah mengapa bersama Lissa ia merasakan sebuah kehangatan yang berbeda, tak seperti kehangatan yang ia dapatkan selama bersama Siska, hal itu sangat berbeda. Kehangatan itu lebih terasa seperti kehangatan dalam sebuah jalinan keluarga. Jika saja Lissa adalah kakaknya, tentu Davine tidak akan menolak dan bahkan akan sangat merasa bersyukur, pikirnya.     

"Lissa apa kau tidak memiliki keluarga?" tanya Davine tiba-tiba.     

"Maksudku, selain dari alasan yang telah kau berikan sebelumnya untuk memilih tinggal sendirian di tempat ini, tentu aku berpikir apakah kau memiliki keluarga?" tambah Davine.     

"Maksudku, apa kau tidak merasa kesepian?" Davine meluruskan pertanyaannya.     

Lissa hanya diam, ia tak menjawab pertanyaan itu dengan benar. Wanita itu terlihat enggan untuk membicarakan hal tersebut.     

"Maaf kau tak perlu menjawabnya jika itu tidak menyenangkan bagimu!" tukas Davine, ia menyadari bahasa tubuh yang Lissa perlihatkan.     

"Seharusnya aku masih memiliki dua orang Adik!" jawab Lissa.     

Belum sempat Davine melayangkan pertanyaannya lagi, Lissa dengan segera mengalihkan pembicaraan mereka.     

"Apa kau tahu situasi kota saat ini?" tuturnya.     

Davine menggeleng. Ia lupa jika kemarin ia sempat meminta Lissa untuk membelikannya beberapa surat kabar guna mengetahui sedikit situasi kota semenjak ia meninggalkan kota itu.     

Lissa kemudian segera berjalan dan mengambil surat kabar yang telah ia beli kemarin. Ia segera memberikan surat kabar itu pada Davine.     

Lissa menjelaskan jika situasi kota saat ini sudah jauh lebih baik, hal itu dikarenakan adanya sebuah organisasi masa yang bergerak langsung dan membantu pemerintahan dalam berbagai hal yang memang saat ini perlu dilakukan. Organisasi itu dengan rutin mengadakan pembagian sembako bagi para warga kota yang sampai saat ini masih merasakan dampak dari imbas diberlakukannya jam malam di kota mereka.     

Tidak hanya sampai di situ saja, Organisasi itu juga akan mulai bergerak untuk membantu dalam sektor pengamanan kota, hal ini bertujuan untuk menekan tindak kejahatan yang terjadi di kota itu, bukan hanya berfokus pada kasus pembunuhan berantai yang telah terjadi, organisasi itu mengatakan jika keamanan memang perlu lebih ditingkatkan.     

Mereka juga menyadari keterbatasan personil keamanan yang dimiliki oleh kota kecil itu, tentu saja jumlah pihak Kepolisian yang bertugas di kota itu memanglah sangat kurang dari kata cukup. Oleh sebab itu mereka juga berencana untuk menyalurkan beberapa tambahan tenaga di sektor pengamanan.     

Hal ini pun disampaikan langsung oleh seseorang yang menjabat sebagai pemimpin organisasi sama itu. Pemimpin itu menyatakan jika ia dan struktur organisasinya telah menyiapkan beberapa personil keamanan yang telah melewati pelatihan resmi di bidangnya. Mereka akan menawarkan untuk dengan sukarela membuka beberapa pos-pos jaga tambahan guna meningkatkan sektor pengamanan dalam kota itu. Tentu saja hal itu sangat di sambut baik oleh para warga kota.     

Bagaimana tidak, kasus kematian Ryean yang terjadi beberapa waktu yang lalu kembali menjadi perbincangan hangat, beberapa warga kota tentu menjadi semakin merasa sangat waswas sebab kejadian tersebut.     

Nyatanya semua hal yang telah pemerintah kota lakukan sampai saat ini masih saja tidak membuahkan hasil. Kenyataan korban yang masih terus bertambah menjadi pertanyaan besar untuk kinerja pemerintahan kota selama kepemimpinannya. Jam malam yang kian memberatkan para warga itu pun nyatanya tidak dapat menghambat sang pelaku dalam melakukan aksinya.     

Hal itu kini menjadi sebuah isu yang sangat ramai diperbincangkan. Di beberapa media sosial pun kini mulai muncul forum-forum yang juga membahas akan hal itu. Berbagai opini publik mulai mencuat di permukaan, pernyataan demi pernyataan tentang ketidakbecusan pemerintah dan kepolisian dalam menangani kasus pembunuhan berantai itu kini mulai ramai mencuat di forum-forum tersebut, yang tentunya semakin mengiring opini publik yang semakin hari semakin berdampak pada nama baik pemerintahan kota.     

Kehadiran organisasi masa itu bagaikan angin segar yang datang di tengah kegelisahan warga setempat. Bantuan demi bantuan yang mereka salurkan membuat para warga menaruh perhatian lebih pada organisasi masa itu.     

Banyaknya apresiasi yang diterima oleh organisasi masa itu tak lagi dapat terbendung, para warga bahkan mendesak agar organisasi masa itu ikut merambah ke dunia politik.     

"Apa kau tahu jika tahun ini adalah akhir masa periode kepemimpinan wali kota kita saat ini!" ujar Lissa.     

Davine yang mendengar hal itu lantas mengerutkan dahinya, ia berusaha memahami apa maksud pertanyaan Lissa.     

"Aku mengerti, jika organisasi itu memutuskan untuk merambah ke dunia politik bukan tidak mungkin mereka akan mendapatkan beberapa kursi di pemerintahan," tukas Davine. Tak membutuhkan waktu lama untuknya agar dapat memahami situasi saat ini.     

"Tepat sekali, bukan hanya itu, jika organisasi itu turun mencalonkan diri dalam pemilihan wali kota yang akan dilakukan pada saat masa periode pemerintahan wali kota saat ini berakhir, bukan tidak mungkin mereka akan dengan mudah memenangkan pemungutan suara itu," tambah Lissa.     

"Ya kau benar, karena simpati publik saat ini sedang tertuju pada organisasi itu," sambung Davine segera.     

"Aku pikir mereka sangat cerdas dalam membaca situasi, namun belum ada kabar pasti apakah organisasi masa itu tertarik untuk ikut terjun ke dunia politik atau tidak," jelas Lissa, ia sedikit mengutarakan pendapatnya.     

Davine mengangguk setuju akan pernyataan yang Lissa berikan, ia tidak menyangka jika wanita itu sangat jeli dalam memahami berbagai hal dan situasi yang sedang terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.