Another Part Of Me?

Part 3.12



Part 3.12

0Siska mencoba melihat beberapa foto yang terdapat di laci milik Hanna itu secara bergantian, semua foto itu menampilkan seorang wanita cantik yang tidak ia kenal, namun jika melihat dari perawakannya, Siska dapat menyadari jika wanita itu mungkin memiliki umur yang sama dengannya. Namun bukan itu yang menjadi poin penting dalam foto itu, pikirnya.     

Yang membuatnya terkejut bukanlah wanita yang berada di foto itu, melainkan sosok lelaki yang selalu terlihat masuk ke dalam frame pada foto tersebut. Jika dilihat dengan sekilas memang hal itu tidak akan begitu kentara, namun jika seseorang mengamati setiap foto itu maka mereka akan mendapati sebuah kesamaan dalam beberapa foto yang di ambil dalam beberapa angle berbeda itu.     

Untungnya saat itu secara kebetulan atau tidak, hal pertama yang ia lihat dalam foto itu memang bukanlah wanita yang menjadi objek utama dari foto tersebut, melainkan seorang lelaki yang terlihat selalu berdiri tidak jauh dari wanita tersebut dalam beberapa foto yang diambil. Bagaimana tidak, ia sangat hafal perawakan lelaki itu, ia bahkan selalu menghabiskan kesehariannya bersama lelaki tersebut.     

Butuh beberapa waktu bagi Siska saat itu untuk mencoba memahami maksud dan situasi yang tersirat dalam foto itu. Bagaimanapun ia coba mengelak, namun ia tidak dapat menyangkal jika lelaki dalam foto itu tidak lain adalah Davine yang merupakan kekasihnya sendiri. Lantas mengapa Davine selalu terlihat berada di dalam beberapa foto yang di ambil itu, apakah mungkin itu adalah sebuah kebetulan semata. Tentu saja tidak, pikirnya. Itu bahkan sangat mustahil bagi seseorang yang tanpa sengaja masuk dalam frame yang diambil secara berulang-ulang, mengingat foto-foto itu juga terlihat diambil dalam waktu yang berbeda pula.     

Yang menjadi perhatiannya bukan hanya itu saja, lantas mengapa foto-foto itu bisa berada di tangan Hanna. Sedangkan ia tahu betul apa pekerjaan sepupunya itu. Perasaannya mulai tidak baik, banyak sekali skenario buruk yang saat itu tiba-tiba saja terlintas di kepalanya. Siska, ia berharap kekasihnya itu tidak terlibat hal-hal yang sangat ia takutkan saat itu.     

Siska yang masih sangat penasaran dengan apa maksud dari foto-foto itu akhirnya menemukan sebuah titik terang, ia mendapati sebuah tulisan tangan milik Hanna pada salah satu bagian belakang foto tersebut. Di sana tertuliskan sebuah nama, tanggal dan waktu.     

Begitu terkejutnya Siska saat membaca nama itu, ia bahkan sampai mengulang-ulang kembali dan mengeja nama tersebut dengan penuh rasa tidak percaya, "Annie, wanita itu adalah Annie!" gumamnya.     

Siska bahkan tanpa sadar melepaskan foto-foto itu dari genggamannya, sedang otaknya terus saja mencoba memproses segala informasi yang baru saja ia terima itu. Ia bahkan beberapa kali menggelengkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, ia berusaha untuk tidak mempercayai apa yang baru saja ia lihat. Namun semua bukti itu menjurus keras pada sebuah pemikiran jika Davine bisa saja terlibat dalam kasus kematian Annie.     

Mungkin saat itu hubungan mereka memang telah berakhir, namun bagaimanapun juga Siska tidak bisa menanggalkan kekhawatirannya pada mantan kekasihnya itu. Semenjak mereka putus Siska memang sudah tidak pernah berhubungan lagi dengan Davine, terakhir kali ia bertemu hanyalah saat mantan kekasihnya itu di rawat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu. Sebelum kejadian itu menimpanya juga Davine memang tengah berusaha menghindarinya setiap kali mereka bertemu, hal itu cukup menyakitkan bagi Siska, namun ia yakin jika Davine pasti memiliki alasannya tersendiri untuk melakukan itu, dan beberapa hari ini juga Davine bahkan tidak pernah terlihat lagi di kampusnya.     

Lalu apa penyebab Davine tidak terlihat di kampusnya dalam beberapa hari ini? Apa lelaki itu hanya sedang malas untuk mengikuti kelasnya, atau malah ada sesuatu yang sedang terjadi padanya.     

Siska segera meraih smartphone miliknya, saat itu ia ingin sekali segera menghubungi Davine, dan menanyakan bagaimana kondisinya saat itu, namun hal itu diurungkannya, mengingat kini ia hanyalah orang asing bagi mantan kekasihnya itu. Siska, wanita itu hanya bisa berdoa agar semua pemikiran buruk yang bersarang di otaknya saat itu tidaklah benar.     

Seketika Siska kembali teringat akan kejadian yang ia alami beberapa waktu yang lalu, ketika ia tanpa sengaja melihat Davine dengan gilanya memberikan sebuah pelajar keras pada para lelaki tongkrongan yang kerap kali mengganggunya. Di sana ia kembali terpikir betapa gila dan tak berperasaannya sang mantan kekasihnya itu ketika melakukan aksinya. Namun apakah ia juga tega untuk melakukan hal keji seperti membunuh Annie, sedangkan Davine juga selalu berkata jika Annie adalah sahabat yang sangat penting baginya.     

Namun di satu sisi Siska masih sangat mempercayai jika Davine bukanlah orang seperti itu, lelaki itu tidak mungkin tega menyakiti orang yang ia kasihi. Sama halnya seperti yang selama ini Davine lakukan pada Siska, lelaki itu tidak pernah sekalipun bersikap kasar ataupun main tangan kepadanya.     

Seketika itu pun Siska kembali tersadar, kini ia telah terpikirkan kemungkinan yang lain, kemungkinan itu tidak seburuk pemikirannya yang sebelumnya. Berkaca dari pengalaman pribadinya, apakah mungkin telah terjadi sesuatu pada Annie? Apakah Annie sedang terancam bahaya hingga Davine berusaha terus memantau dan memperhatikan pergerakannya. Jika dipikirkan bukankah Davine juga pernah mengikutinya dalam beberapa waktu yang lalu, namun Siska tahu benar apa alasan Davine melakukan hal tersebut saat itu. Hal itu tidak lain untuk memastikan jika Siska baik-baik saja dan tak ada lagi seseorang yang mengganggunya, mengingat ia yang kerap kali mendapat gangguan dari para lelaki yang kerap kali nongkrong di sebuah jalan yang menghubungkan antara halte ke arah rumahnya itu.     

Hal itu terjadi tepat di hari berikutnya setelah mantan kekasihnya itu memberikan pelajaran keras pada para lelaki itu, dan mulai saat itu pula Siska menyadari jika Davine kerap kali mengawasinya di sepanjang perjalanan pulangnya dalam beberapa hari ke depan. Hal itu terus Davine lakukan hingga ia merasa jika kini Siska baik-baik saja dan tak ada lagi yang mengganggu kekasihnya itu, hingga beberapa saat, dan setelah memastikan jika kini Siska telah aman tanpa adanya gangguan dari para lelaki itu, akhirnya Davine pun mulai terlihat berhenti untuk mengawasinya lagi hingga saat ini.     

Lantas apakah hal itu pula yang terjadi pada Annie, pikir Siska. Apakah Davine juga melakukan hal yang sama pada Annie karena saat itu sahabat dari kekasihnya itu sedang tidak baik-baik saja, sehingga membuat Davine memutuskan untuk mengawasi pergerakannya seperti halnya yang ia lakukan pada Siska beberapa waktu yang lalu, walau nyatanya itu juga adalah hal yang kurang tepat untuk dilakukan.     

Siska meremas kasar dadanya, nafasnya terasa sesak hanya karena memikirkan hal itu. Tentu saja saat ini Davine akan sangat dicurigai oleh pihak Kepolisian dan Hanna, pikirnya. Bukti dari foto-foto itu jelas mengarah keras pada mantan kekasihnya itu. Siska ingin sekali mencoba membantah hal itu, namun di sisi lain tentu saja pihak Kepolisian tidak akan menerima alibi yang tidak beralasan seperti itu. Siska, wanita itu kini tampak sangat frustrasi dibuatnya.     

Siska terduduk lemas di kasur milik Hanna, ia tidak mungkin menanyakan hal itu langsung pada Kakak sepupunya itu. Ia juga sadar mengapa Hanna tidak pernah membahas perihal tentang Davine padanya, tentu saja karena Davine adalah mantan kekasihnya.     

Hanna tidak salah, ia hanya mencoba menjalankan semua pekerjaannya dengan baik, hal itu juga demi keamanan kota kecil yang saat ini terasa dipenuhi teror dari kasus pembunuhan berantai yang telah memakan cukup banyak korban jiwa itu. Siska, wanita itu benar-benar dilema dibuatnya. Saat itu ia hanya bisa berdoa agar setiap skenario yang telah terpikirkan olehnya saat ini adalah salah.     

******     

Pukul 09.30 p.m. Siska masih berada di perjalanan pulangnya, tak terasa kini ia telah hampir sampai di tujuan.     

Siska menatap jauh ke luar jendela, sedang pikirannya tentu saja masih sangat berkecamuk saat itu. Kini ia tahu jika saat ini Davine pasti sedang dalam pencarian oleh pihak Kepolisian kota itu, walau saat pertemuan sesaat yang lalu, lelaki itu tidak menjelaskan dengan benar apa yang sedang terjadi pada dirinya, namun Siska dapat mengetahui itu dengan pasti, dan alasan Davine yang menghilang dalam beberapa hari belakangan ini pastilah sebab hal itu.     

Lamunan Siska sesaat pecah begitu saja, ia mendapati beberapa mobil patroli dari pihak Kepolisian terlihat melaju ke arah yang berlawanan dengan bus yang saat itu sedang ia tumpangi. Hal itu cukup menarik perhatian Siska kala itu.     

Siska kembali melihat jam yang berada di smartphone miliknya, saat itu tengah menunjukkan pukul 09.32 p.m. Seketika itu juga perasaannya semakin kian bercampur aduk, karena tak biasanya pihak Kepolisian melakukan patroli pada jam tersebut. Menurut apa yang telah ia jalani selama penerapan jam malam di kotanya itu, maka biasanya pihak Kepolisian seharusnya tidak melakukan patroli pada jam tersebut.     

Pihak Kepolisian memang dengan rutin melakukan patroli selama mulai diberlakukannya jam malam di kota itu. Namun hal itu biasanya dilakukan pada waktu di mana jam malam itu akan segera diberlakukan, biasanya hal itu mereka lakukan pada sekitar pukul 10.30 p.m. Mengingat jam malam itu akan diberlakukan tepat pada pukul 11.00 p.m., hal ini dilakukan untuk sekedar meningkatkan pengamanan dan menertibkan beberapa warga yang masih saja kerap mengacuhkan peraturan yang telah ditetapkan langsung oleh pemerintah kota tersebut.     

Lantas mengapa kini mereka melakukan hal itu di jam yang tidak seharusnya, apakah ada sesuatu hal lain yang memang sedang mereka lakukan. Pikiran itu terus saja berkecamuk dalam benak Siska, membuatnya tidak dapat merasa tenang saat itu.     

Beberapa mobil terlihat melintasi area itu, Siska yang masih sangat penasaran pun terus saja memperhatikan beberapa mobil patroli dari pihak Kepolisian yang berpapasan langsung dengan bus yang sedang ia tumpangi itu.     

Bertapa terkejutnya ia mendapati sosok Hanna berada dalam salah satu mobil patroli itu. Siska dapat melihat sosok itu dengan sangat jelas, karena saat itu kaca mobil yang sedang di tumpangi kakak sepupunya itu memang sedang tidak tertutup sepenuhnya, membuat Siska dapat dengan jelas melihat lelaki yang sedang berada di salah satu mobil patroli yang saat itu sedang melaju ke arah berlawan dengan bus yang sedang ia tumpangi kala itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.