Another Part Of Me?

Part 3.14



Part 3.14

0Davine segera mematikan senter kecil yang dibawanya, ia tak ingin cahaya kecil dari benda itu nantinya malah menarik perhatian para personil dari pihak Kepolisian yang saat itu terlihat mulai menyisir beberapa bagian di sekitar mulut hutan yang menjadi tempat persembunyiannya saat itu.     

Saat itu Davine benar-benar tidak memiliki pilihan lain, ia segera berjalan dengan perlahan untuk memasuki hutan itu, berusaha sebisa mungkin akan keberadaannya tidak disadari oleh beberapa personil yang saat itu sedang menyisir di beberapa bagian sisi hutan tersebut.     

Itu bukanlah pilihan baik, saat ini Davine masih belum begitu hafal dengan lokasi hutan itu. Sebelumnya ia telah membuat beberapa tanda yang tidak begitu mencolok pada rute yang sebelumnya ia ambil untuk kembali ke kota itu, dengan harapan ia bisa kembali melalui rute yang sama di perjalanan pulangnya nanti.     

Namun keadaan berkata lain, kini ia bahkan harus mengambil rute yang sangat berbeda dari rute yang ia gunakan sebelumnya. Tentu saja kemungkinan ia akan tersesat di hutan itu menjadi sangatlah tinggi.     

Keadaan gelap malam itu juga menjadi kendala tersendiri bagi Davine, tentu saja hal itu membuat pandangannya menjadi sedikit terbatas.     

Davine terus berjalan untuk masuk lebih dalam lagi ke hutan itu, saat itu ia tidak begitu memikirkan dengan rute yang akan ia ambil, yang terpenting hanyalah bagaimana ia dapat segera menjauh dan keluar dari kota itu tanpa disadari keberadaannya. Jelas saja apa yang pihak Kepolisian lakukan malam itu sangatlah mencurigakan, bukanya melakukan patroli di tengah kota guna meningkatkan keamanan, entah mengapa mereka malah memilih berkumpul dan menyisir area yang menjadi perbatasan kota itu. Tentu saja hal itu mempunyai suatu tujuannya tersendiri, pikir Davine.     

Tak perlu dipikirkan berulang kali, Davine dengan mudah dapat menyimpulkan jika saat itu memang dirinyalah yang sedang mereka cari. Tentu saja mereka telah melacak titik lokasinya lewat GPS yang aktif pada smartphone miliknya beberapa saat yang lalu, kendati tak mendapatkan hasil setelah melakukan penyisiran di area tersebut maka kini mereka mencoba mengubah area pencarian mereka ke titik yang berbeda. Mengingat saat pengejaran yang mereka lakukan pada Davine beberapa waktu yang lalu, maka mereka menyimpulkan bisa saja saat ini Davine tengah mencoba kembali melarikan diri melawati jalur hutan itu, seperti halnya yang pernah ia lakukan saat pengejaran yang terjadi padanya beberapa waktu yang lalu itu.     

Sayangnya saat itu mereka telah terlambat, Davine tengah berhasil memasuki area hutan itu lebih dulu dari kedatangan mereka. Melakukan penyisiran ke dalam hutan pada malam hari tentu saja adalah hal yang sangat bodoh untuk dilakukan, Davine tahu itu, ia sangat yakin jika pihak Kepolisian hanya akan menyisir pada area yang menjadi perbatasan antara hutan dan kota itu saja untuk saat ini.     

Davine kini telah berada cukup jauh di dalam hutan itu, ia benar-benar tak tahu di mana arah untuk dapat kembali menemukan pondok milik Lissa, sedang malam kini mulai semakin larut. Saat itu ia memang telah berhasil meloloskan diri dari pencarian oleh pihak Kepolisian. Namun tepat seperti dugaannya, kini ia harus mendapati dirinya tersesat seorang diri di tengah hutan tersebut.     

Davine yang kini merasa jika keadaannya telah cukup aman kembali menyalakan senter kecil yang sebelumnya sengaja ia matikan agar tidak menarik perhatian dari para personil kepolisian yang saat itu sedang mencarinya. Walau jarak jangkauan cahaya dari senter itu tidaklah luas, namun hal itu kini sedikit lebih membantunya. Davine segera mengarahkan cahaya senter itu ke beberapa arah yang ia inginkan, beberapa kali pula cahaya senter itu memantulkan cahaya dari pupil beberapa hewan liar yang terlihat beraktivitas di dalam hutan itu.     

Tentu saja berada di tengah hutan pada malam hari bukanlah hal baik bagi Davine, beberapa hewan memang ada yang beraktivitas di malam hari, tidak menutup juga kemungkinan adanya hewan buas yang bisa saja membahayakan nyawanya saat itu. Memikirkan hal itu saja sudah cukup membuat bulu kuduknya sedikit merinding. Untungnya ia bukan tipe orang yang begitu percaya akan hal-hal gaib ataupun hal yang berbau mistis.     

Davine terus masa memasuki hutan itu semakin dalam lagi, ia ingin memastikan jika saat itu pihak Kepolisian benar-benar tidak dapat melacak keberadaannya. Namun entah mengapa kini ia kembali mulai merasakan sebuah rasa sakit di kepalanya saat itu, "Sial ini tidak baik, jangan sekarang," gumam Davine, ia memegang erat kepalanya yang mulai terasa sangat sakit itu.     

Davine bukannya tidak pernah mengalami hal itu, ia bahkan sudah sangat tahu jika sesaat lagi ia bisa saja jatuh pingsan karena sakit yang begitu terasa di kepalanya itu.     

Seperti biasa, saat itu Davine kembali memasuki sebuah sudut pandang yang berbeda. Saat itu ia kembali terlihat sedang mengendap dan berusaha bersembunyi pada sebuah pohon yang cukup rindang yang terdapat di bahu jalan. Dalam sudut pandang itu, Davine tampak sedang memperhatikan seorang wanita yang tengah berjalan beberapa meter dari tempatnya berdiri saat itu. Dalam sudut pandang itu Davine terlihat seolah terus mencoba mengatur jarak antara dirinya dan wanita itu, sedang sang wanita tampaknya masih tidak menyadari keberadaannya.     

Di satu sisi Davine yang saat itu berhasil kembali beralih ke sudut pandang dirinya yang sebenarnya terus mencoba mempertahankan kesadarannya. Saat itu ia seolah terus saja berganti antara kedua sudut pandang yang berbeda dalam jangka waktu yang hampir bersamaan. Tentu saja hal itu semakin membuat kepalanya jauh terasa lebih sakit lagi, rasanya otak miliknya saat itu telah bekerja di luar batas kemampuannya.     

Menahan rasa sakit yang begitu kuat, Davine bahkan hampir saja sedikit berteriak karena rasa sakit yang tak tertahankan itu.     

Pandangannya kini mulai memudar, hal ini tepat seperti dugaannya, ia tahu jika sesaat lagi mungkin saja ia akan tidak sadarkan diri lagi. Di saat-saat terakhir saat itu Davine kembali beralih pada sudut pandangnya yang lain, entah mengapa ia merasa sedikit familier dengan situasi jalanan yang sedang ia lalui dengan sedikit mengendap itu. Dalam sudut pandang itu, ia masih saja terus mengikuti seorang wanita yang berjalan tidak jauh di depannya.     

Kembali ke sudut pandang yang sebenarnya. Kini Davine benar-benar merasa di ambang batasnya, ia berusaha meraih apa pun yang ia bisa untuk mempertahankan pijakannya saat itu. Namun hal yang lebih buruk datang di saat yang tidak tepat.     

Tepat di depan Davine kini terlihat sekelompok hewan dengan mata yang terlihat menyala, hewan itu tampak terus berjalan dengan perlahan mendekati Davine. Entah hewan apa itu, sekelompok anjing hutan atau sekelompok serigala. Davine tidak dapat membedakannya karena pada dasarnya perawakan kedua hewan itu memanglah hampir sama, ditambah situasi hutan yang gelap saat itu, membuat Davine tak dapat mengetahui jenis hewan itu dengan benar. Namun terlepas dari hewan apa yang kini tengah berada tepat di depannya saat itu, ia tahu jika situasinya kini sedang tidak baik-baik saja.     

Davine berusaha berjalan mundur dengan perlahan, tubuhnya mulai tak bertenaga saat itu, dan yang lebih buruk lagi penglihatannya kini semakin terasa kabur. Jelas ia tidak boleh pingsan di saat itu, jika tidak ia bisa saja menjadi santapan empuk bagi kawanan hewan buas yang tampaknya sedang kelaparan itu.     

Namun semakin Davine berusaha menjauh dari kawanan itu, semakin pula hal itu kian memancing kawanan hewan buas itu untuk semakin mendekatinya. Terlihat salah satu hewan yang kini berada depannya itu mulai berjalan terus untuk mendekati Davine yang saat itu sudah benar-benar terpojok, hewan itu menunjukkan gesture seolah siap menerkamnya kapan saja, sedang suara erangan kini mulai terdengar saling bersahutan dari kawanan hewan tersebut.     

Davine berusaha meraih handgun miliknya yang sedari tadi memang telah ia selipkan di antara ikat pinggangnya, ia tidak bermaksud untuk menembakkan senjata itu, tentu saja hal itu akan sangat berbahaya, mengingat banyaknya pos-pos jaga yang kini berada di area antara perbatasan hutan dan kota itu. Suara yang dihasilkan pastilah akan memancing pihak Kepolisian untuk menyelidiki dari mana sumber suara itu berasal.     

Davine menggenggam erat handgun miliknya, ia bermaksud untuk menggunakannya hanya sebagai alat pukul untuk melakukan perlawanan, kalau-kalau saja para hewan buas itu menyerangnya. Mungkin itu tidak akan cukup membantu, namun satu-satunya hal yang bisa ia lakukan dalam situasinya saat itu hanyalah, berusaha sebisa mungkin mengatasi para hewan buas itu tanpa menimbulkan banyak suara bising yang dapat memancing perhatian dari pihak kepolisian.     

Davine segera bersiap dengan segenap sisa kesadaran dan tenaga yang ia miliki saat itu, sang hewan yang menjadi pemimpin kawanan itu tampaknya tak mau menunggu lebih lama lagi untuk segera menyerang Davine.     

Hewan buas itu segera berlari dan menerkam dengan sangat cepat ke arah Davine, hewan itu tampak terlihat seperti anjing, namun ukuran tubuhnya terasa jauh lebih besar dari beberapa anjing yang selama ini pernah Davine temui, dan jika dilihat dengan lebih teliti lagi hewan itu rasanya terlihat lebih seperti serigala.     

Hewan itu segera mendaratkan gigitannya pada lengan kiri Davine, untungnya saat itu ia Davine sedang memakai sebuah hoodie yang cukup tebal sehingga gigitan dari hewan itu tak serta-merta masuk menembus kulitnya.     

Hewan itu masih saja dengan erat mencoba mempertahankan gigitannya yang saat itu tengah bersarang di lengan Davine, hewan itu bahkan dengan sangat beringas mencoba mengerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, berusaha sekuat mungkin mengoyak Hoodie yang saat itu sedang Davine kenakan.     

Davine yang menerima hal itu dengan sekuat tenaganya mendaratkan pukulan demi pukulan menggunakan gagang handgun yang di bawanya.     

Bak ...buk ... bak ... buk ...     

Hantaman benda tumpul itu beberapa kali mendarat tepat pada kepala hewan itu.     

Darah kini mulai mengalir, baik itu dari lengan Davine yang terkena gigitan kasar dari hewan buas itu, begitu juga dari kepala sang hewan yang saat itu menerima beberapa kali hantaman keras yang dilayangkan Davine tepat di kepala hewan tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.