Another Part Of Me?

Part 3.13



Part 3.13

0Siska segera mencoba kembali menghubungi Davine, setelah melihat Hanna dan beberapa mobil patroli yang saat itu berpapasan dengannya, ia tahu jika saat itu pihak Kepolisian pastilah sedang berusaha mencari mantan kekasihnya itu.     

Panggilan itu tidak terjawab, awalnya ia mencoba menghubungi mantan kekasihnya itu via internet, namun tampaknya saat itu jaringan internet pada smartphone milik Davine sudah dinonaktifkan. Kini Siska beralih dengan mencoba melakukan panggilan via jaringan seluler langsung pada nomor milik Davine, namun sekali lagi nomor itu juga telah dinonaktifkan, tampaknya Davine juga telah menyadari hal itu. Tentu saja pihak Kepolisian pasti akan segera melacak keberadaannya lewat smartphone milik Davine, baik itu lewat fitur GPS ataupun melalui jaringan seluler miliknya. Namun tampaknya Davine sendiri telah memikirkan akan hal itu dengan sangat matang, itulah sebabnya ketika Siska berkata jika saat itu Davine mungkin saja tidak memiliki banyak waktu, maka lelaki itu juga tak membantahnya. Davine, lelaki itu bahkan mengambil sebuah risiko yang sangat besar hanya untuk menemui Siska di hari ulang tahunya.     

Siska segera menghapus beberapa pesan yang dikirimkan oleh Davine via aplikasi online yang ada di smartphone miliknya, tampaknya Davine juga sudah mengantisipasi hal itu sebelum mereka bertemu, itulah mengapa Davine lebih memilih mengirimkan pesan itu via aplikasi online daripada harus mengirimkan pesan langsung lewat jaringan seluler yang ia pakai, hal itu tentu bertujuan agar pesan itu tidak dapat dilacak oleh pihak Kepolisian mengingat saat ini kemungkinan saja mereka telah bekerja sama dengan pihak operator jaringan tersebut. Jelas sekali terlihat jika lelaki itu tidak ingin Siska ikut terlibat dalam situasi yang sedang ia hadapi saat ini.     

Untungnya sesaat sebelum Siska keluar dari rumahnya saat itu, ia tidak memberitahukan ke mana dan bersama siapa ia akan pergi. Saat itu Hanna sempat menanyakan perihal tersebut sebelum kepergian Siska dari rumahnya, namun Siska hanya menjawab jika ia ingin menemui salah satu teman kuliahnya di suatu tempat, itu saja. Ia juga memang sengaja merahasiakan jika sebenarnya ia sudah mengetahui perihal Davine yang mungkin saja saat ini tengah dicurigai oleh Hanna maupun pihak Kepolisian sebagai pelaku pembunuhan Annie. Ia mungkin tidak dapat menyangkal hal itu, bahkan jika ia mengutarakan ke tidak kesetujuannya pada Hanna, hal itu hanya akan dibantah dengan keras oleh kakak sepupunya itu, mengingat Hanna memang memiliki sebuah bukti yang bisa dibilang cukup valid sebagai bahan landasannya, sedangkan Siska, tentu wanita itu hanya mengandalkan perasaan dan kepercayaannya beserta sebuah pengalaman yang dulu pernah ia alami selagi masih menjalin hubungan bersama Davine.     

******     

Beberapa saat sebelumnya. Hanna mendapat sebuah panggilan pada smartphone miliknya, itu adalah panggilan dari Sersan Hendrik. Saat itu Sersan Hendrik mengabarkan jika ia telah mendapat titik lokasi Davine terkini. Dari laporan yang diterima, diketahui titik lokasi Davine saat itu ada di bagian timur kota, tepatnya berdekatan dengan lokasi sebuah dermaga yang berada tidak jauh dari titik awal kemunculannya.     

Saat itu Sersan Hendrik segera memerintahkan anak buahnya yang berada paling dekat dengan titik lokasi itu, sayangnya titik lokasi itu segera hilang begitu saja. Hal itu kemungkinan karena saat itu Davine dengan segera menonaktifkan fitur GPS yang ada di smartphone miliknya, membuat pihak Kepolisian tidak dapat melacak titik terkini dari sang target.     

Beberapa personil dengan segera menyisir area yang menjadi titik terakhir dari sang target, namun sialnya mereka tidak dapat menemukan keberadaan Davine saat itu, sedang Hanna, Sersan Hendrik dan beberapa personil lainnya segera menuju ke titik area tersebut.     

"Terus lakukan pencarian, kita akan memperluas area penyisiran meliputi beberapa lokasi yang mungkin saja saat ini adalah tujuan dari sang target!" ujar Hendrik pada salah satu personil yang telah lebih dulu berada di lokasi terakhir target.     

Dalam perjalanan, Hanna terus berkutat dengan pikirannya sendiri. Ia merasa sedikit aneh, bagaimana bisa Davine yang merupakan targetnya saat ini melakukan hal yang bisa dikatakan cukup ceroboh seperti itu, apalagi jika mengingat Davine adalah tipe orang yang cukup intelektual, yang di mana seharusnya selalu memikirkan setiap konsekuensi atas setiap tindakannya dengan sangat matang.     

Lalu jika dipikirkan lagi, apa gunanya bagi Davine untuk kembali memasuki kota itu setelah ia dengan susah payah berhasil melarikan diri dari operasi yang mereka jalankan beberapa waktu yang lalu itu, apa alasannya. Mungkinkan ia sedang kembali mengincar seseorang sebagai target berikutnya, namun bukankah itu sangat ceroboh jika mengingat saat ini Davine pasti telah tahu jika ia merupakan target dan orang yang telah ditetapkan sebagai terduga pelaku pembunuhan berantai yang telah terjadi di kotanya, hal itu dapat Hanna pastikan dari reaksi yang Davine tunjukan saat pengejaran yang ia lakukan bersama Sersan Hendrik beberapa waktu yang lalu.     

"Ia sangat pandai, tak mungkin ia tidak menyadari jika saat ini ia telah menjadi target operasi dari pihak Kepolisian. Terlepas tahu atau tidaknya ia akan perihal kecurigaan dari pihak Kepolisian bahwasanya ia adalah terduga dalam kasus pembunuhan Annie, namun tetap saja seharusnya ia tidak akan melakukan hal ceroboh dengan kembali memasuki kota saat ini!" gumam Hanna, matanya menerawang jauh ke luar jendela mobil patroli yang sedang ia tumpangi saat itu.     

Benar saja sesampai di titik lokasi seorang petugas yang telah berada di tempat itu segera menghampiri dan melaporkan hasil penyisiran sementara oleh mereka, yang di mana hasilnya pun adalah nihil.     

Sersan Hendrik dengan segera memerintahkan beberapa personil lainya untuk segera memperluas area penyisiran mereka, berharap jika malam itu ia dapat menemukan keberadaan Davine yang menjadi target mereka.     

Saat itu tim dibagi menjadi tiga grup yang di mana masing-masing dari grup tersebut ditugaskan untuk menyisir beberapa area lokasi yang berbeda. Hanna dan Sersan Hendrik saat itu memilih untuk segera melakukan penyisiran mereka ke arah dermaga.     

Tempat itu terlihat sangat sunyi saat itu, tidak banyak warga yang masih beraktivitas di sana, sebagian hanyalah mereka yang memang mencari nafkah dari tempat tersebut. Di satu sisi entah mengapa Hanna sangat merasa yakin jika mungkin saja tujuan dari targetnya malam itu adalah dermaga tersebut.     

Mereka mencoba menyisir area itu dengan sangat teliti, namun nyatanya ia tidak juga menemukan keberadaan Davine di area itu.     

Beberapa saat berlalu, ketiga tim yang saat itu tengah bertugas untuk menyisir area masing-masing yang telah mereka tentukan sebelumnya kini kembali berkumpul di satu tempat, sayangnya mereka juga tidak menemukan keberadaan Davine sedikit pun. Mereka juga telah mencoba menanyakan hal itu pada warga-warga yang saat itu tengah berada di lokasi yang menjadi area penyisiran mereka masing-masing, namun sialnya tidak ada satu pun dari warga sekitar yang mengatakan atau melihat seseorang dengan ciri-ciri yang telah mereka sebutkan. Jelas sudah, hasil penyisiran mereka malam itu adalah nihil.     

Hanna memang tidak terlalu terkejut mendapati hasil yang mengecewakan itu, ia tahu dengan pasti bahkan sebelum operasi itu dimulai, jika ia tidak akan dapat dengan mudah menemukan keberadaan Davine di kota itu. Berkaca dari operasi yang mereka jalankan sebelumnya, bukan tidak mungkin jika informasi itu juga telah bocor pada sang target.     

Namun di balik hal itu mereka masih dapat menemukan sesuatu yang sangat penting. Dengan terdeteksinya titik lokasi target saat itu, dengan begitu mereka kini masih dapat menyimpulkan jika saat ini Davine masih berada di sekitar kota itu.     

******     

Davine berjalan dengan sedikit tergesa, ia tidak ingin berada di kota itu terlalu lama, terlebih akan sangat berbahaya baginya jika masih berkeliaran di kota itu saat jam malam telah diberlakukan. Mengingat banyaknya pihak dari Kepolisian yang akan bertugas di jam-jam itu, guna menambah tingkat keamanan di kota tersebut.     

Jam menunjukkan pukul 10.00 p.m. kini ia telah sampai pada perbatasan kota yang dipisahkan oleh hutan yang mengelilingi kota tersebut. Terlihat di sana ada beberapa pos baru yang sebelumnya tidak ada di tempat itu, tampaknya kini pihak Kepolisian lebih serius lagi untuk menambah tingkat keamanan di kota tersebut.     

Ditambah dengan mencuatnya berbagai opini publik yang kini terus menyudutkan pemerintah kota saat ini, sudah sewajarnya bagi mereka menanggapi hal itu dengan cara terus menambah pos-pos jaga yang berada di kota saat ini.     

Davine masih mencari celah, ia bahkan telah berjalan sedikit memutar dari tempat di mana sebelumnya ia masuk ke kota itu. Setelah dirasa cukup aman ia segera berjalan dengan sedikit terburu untuk memasuki kawasan hutan itu, namun ia juga dengan tidak mengurangi kewaspadaannya akan situasi sekitar saat itu.     

Yang menjadi masalah saat itu adalah bagaimana caranya agar dapat menemukan jalan untuk kembali ke pondok milik Lissa yang berada di hampir bagian tengah hutan itu. Untungnya saat itu Davine telah membeli sebuah senter kecil pada sebuah minimarket saat ia baru saja sampai di kota itu. Ia juga sempat sedikit mengisi daya pada smartphone miliknya di minimarket itu, mengingat benda itu telah kehabisan daya dari beberapa hari yang lalu. Davine saat itu tidak punya pilihan lain, ia memang mau tidak mau harus kembali mengaktifkan smartphone itu guna menghubungi Siska, karena maksud kedatangannya kembali ke kota itu memanglah semata-mata ingin berjumpa dengan mantan kekasihnya itu di hari ulang tahunya.     

Namun ada sebuah risiko besar yang harus ia tanggung ketika memutuskan hal itu, fitur GPS di smartphone miliknya itu pasti akan otomatis aktif ketika ia kembali mengaktifkan smartphone miliknya itu nanti. Davine bukanya tidak memikirkan hal itu, namun kali ini ia dengan penuh kesadaran tetap berniat melakukannya saat itu. Rasa rindunya akan sosok Siska membuatnya sedikit tidak dapat berpikir dengan jernih.     

Di tengah kegelapan Davine tiba-tiba saja di dikagetkan dengan kedatangan beberapa mobil patroli yang merapat ke area yang menjadi perbatasan antara hutan dan kota itu, entah mengapa malam itu mereka tiba-tiba saja datang ke tempat itu. Para personil dari pihak Kepolisian itu seolah sedang mencari sesuatu di tempat itu.     

"Sial, apa mereka telah mengetahui keberadaanku?" umpat Davine. Lelaki itu sedikit memaki.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.