Another Part Of Me?

Part 3.20



Part 3.20

0Andre kembali menyuntikan barang haram itu ke lengannya, sedangkan dua gadis panggilan yang menemaninya itu sudah teler tampak terkapar di atas kasur. Malam itu seperti biasa, ia kembali melakukan pesta narkoba dengan di temani gadis-gadis panggilannya itu.     

Botol-botol minuman keras dengan merek terkenal berhamburan begitu saja, sedang asap kian mengepul di ruangan itu, bahkan blower pun tak mampu menanggulanginya, mereka berpesta dengan sangat gila malam itu. Kedua wanita panggilan itu bahkan hampir tidak mampu mempertahankan kesadarannya, mereka terkapar tanpa busana, terbaring teler di ranjang kamar hotel yang terbilang mewah itu.     

"Cih ... pelacur tak berguna, kalian bahkan sudah teler hanya karena hal seperti ini," maki Andre pada kedua wanita yang sudah merasa tak mampu mengimbangi lelaki itu, entah dalam mabuk-mabukan, memakai narkoba, melakukan seks, ataupun hal lainnya.     

Andre yang saat itu tengah ¹pedaw (merasa berada di puncak kenikmatan karena narkoba), kini mulai merasakan efeknya yang berlebih. Ia mulai merasakan halusinasi dan delusi hebat, serta perasaan cemas yang kerap timbul tanpa didasari hal apa pun. Sedari tadi ia bahkan tengah merasa seperti ada sesuatu yang sedang memperhatikannya, namun jelas itu adalah perasaan tak beralasan yang keluar dari pikirannya saja. Saat itu ia bahkan sedang berada di dalam kamar hotelnya, tentu privasi sangat terjaga di tempat itu. Lalu bagaimana bisa ia merasa seakan sedang diawasi seperti itu, pikirnya.     

Berkali-kali Andre juga mendengar suara langkah kaki yang terdengar berada tepat di depan pintu kamar hotelnya. Ia telah berulang kali mengecek keadaan di luar sana, namun setiap kali ia keluar, setiap kali itu juga ia tak mendapati apa pun atau siapa pun yang berada di sana.     

Merasa ia sudah terlalu terpengaruh akan zat psikotropika itu, Andre memutuskan untuk keluar untuk sekedar mencari udara segar di sekitar taman yang terdapat di luar hotel itu.     

Andre juga tidak lupa untuk segera membereskan kekacauan karena pesta liar yang ia lakukan di kamar hotelnya itu. Ia segera menyimpan segala alat dan beberapa barang haram miliknya yang masih tersisa itu dengan sangat rapi, tentu saja di tempat yang sangat tersembunyi pula.     

Andre mencoba membangunkan kedua wanita panggilannya itu, namun kedua wanita itu benar-benar sudah sangat teler saat itu. Tak mau terlalu mengambil pusing, akhirnya Andre hanya menyelimuti tubuh telanjang kedua wanita itu, dan memutuskan untuk meninggalkan mereka di kamar hotelnya begitu saja. Lagi pula ia hanya akan mencari sedikit suasana dan udara segar di luar sebentar saja, pikirnya.     

Setelah dirasa cukup, Andre pun segera meninggalkan kamar hotelnya itu. Namun sekali lagi, dalam perjalanannya menuju taman yang terdapat di luar hotel itu, ia kembali merasakan ada sesuatu yang seolah sedang mengikutinya, beberapa kali ia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun nyatanya tidak ada seorang pun yang berada di sana, mengingat waktu memang sudah sangat larut kala itu.     

Sesekali Andre juga merasa sekilas melihat sebuah bayangan hitam yang seolah berlalu dengan sangat cepat di ujung matanya, mendapati hal itu Andre segera mencoba mengucek kedua matanya, ia masih merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat itu, apakah itu nyata, atau mungkin hanya halusinasinya saja. Mengingat ia juga sudah terlalu banyak mengonsumsi narkoba dan minuman keras saat itu.     

Andre tak henti-hentinya memaki, ia masih saja kesal dengan apa yang ia alami saat itu. Pengaruh narkoba yang ia konsumsi juga membuatnya tak dapat mengontrol emosinya.     

"Apa-apaan ini!" makinya kesal pada diri sendiri.     

Dengan masih dipenuhi perasaan cemas, Andre segera melesat dengan cepat melewati koridor sepi itu. Ia rasanya hampir gila karena halusinasi dan delusi yang ia rasakan, saat itu ia bahkan hampir tidak dapat membedakan yang mana kenyataan dan yang mana yang merupakan khayalannya saja.     

Sampai di lobby, kini perasaannya jauh lebih baik, akhirnya kini ada beberapa petugas dari hotel itu yang ia dapati, setidaknya tempat itu tidak sepi seperti koridor yang baru saja ia lalui itu.     

Salah satu petugas yang berjaga di lobby itu segera menyapa Andre, selain karena itu adalah bagian dari sistem operasional mereka, hal itu juga karena Andre yang saat ini memang sedang cukup terkenal.     

"Selamat pagi Kak," sapa petugas itu.     

Andre segera mengangguk ramah untuk membalas sapaan itu, ia harus tetap menjaga pencitraan yang selama ini telah ia bangun.     

Saat itu waktu telah menunjukkan pukul 01.45 a.m. tentu jam malam saat itu sedang berlangsung. Salah seorang petugas hotel yang saat itu sedang berjaga di bagian resepsionis segera mempertanyakan perihal apa yang sedang Andre inginkan di waktu yang sudah cukup larut itu.     

"Mohon maaf sebelumnya Kak, berhubung di kota ini sedang menerapkan jam malam, kami sebagai pihak hotel menyarankan agar tidak melakukan aktivitas di luar gedung hotel ini ya Kak!" ujar petugas itu. Sesaat sebelum Andre terlihat hendak keluar dan meninggalkan hotel tersebut.     

Andre yang memang sedang ¹pedaw kala itu, benar-benar lupa akan jam malam yang sedang diberlakukan, ia segera menepuk jidatnya saat itu juga, bagaimana bisa ia melupakan hal itu, pikirnya.     

"Astaga, maaf saya benar-benar lupa akan hal itu," jawab Andre, penuh dengan rasa malu.     

"Awalnya saya berniat untuk sekedar merokok dan mencari udara segar pada taman yang berada di depan sana!" jelas Andre pada petugas itu. sedangkan tangan kananya menunjuk sebuah taman yang berada tidak jauh dari sana.     

"Maaf sekali Kak, jika Kakak, keluar untuk pergi ke taman itu, maka Kakak, akan dianggap telah melanggar jam malam yang diberlakukan oleh pemerintah kota saat ini. Namun jika Kakak, hanya ingin merokok dan sekedar mencari udara segar, maka Kakak, bisa ke area merokok yang telah hotel ini sediakan!" tawar petugas itu pada Andre.     

Andre pun segera menerima tawaran itu, setidaknya ia butuh tempat yang sedikit terbuka saat ini. Entah mengapa ia merasa sangat sesak jika harus terus berada di kamarnya saat itu.     

Di luar dugaan, area merokok yang disediakan oleh hotel itu ternyata sangatlah nyaman. Tempat itu cukup luas dan terbuka, namun masih terlihat menyatu dengan gedung hotel itu sendiri, ia bahkan bisa merasakan embusan angin yang menyapu masuk ke ruangan yang memang tidak memiliki sekat pembatas dan terbuka begitu saja, yang secara langsung menghadap ke arah taman yang terdapat di bagian depan hotel tersebut.     

Andre segera mengeluarkan sebungkus rokok mild yang berada di kantongnya, menarik keluar salah satu batang rokok tersebut dan segera membakarnya.     

Dengan suasana itu, kini ia sedikit merasa jauh lebih tenang. Andre, lelaki itu terus menikmati setiap isapannya pada rokoknya itu.     

"Astaga, ini terasa jauh lebih baik," gumam Andre, sembari terus menikmati kegiatan yang sedang ia lakukan saat itu.     

Tak terasa hampir setengah jam Andre menghabiskan waktunya di area merokok itu. Merasa kini pikirannya sudah mulai jernih akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke kamar hotelnya.     

Sesampainya di depan kamar hotelnya, Andre mendengar sebuah suara tangisan yang bersumber dari dalam kamar hotelnya tersebut. Suara tangisan itu terdengar samar, namun ia yakin jika hal itu pasti bersumber dari dalam kamar itu.     

Andre segera memasuki kamar hotelnya, ia mendapati salah satu dari dua gadis panggilannya itu sedang menangis di pojok tempat tidur kamar hotel itu, sedang salah satu gadis lainya terlihat masih tak sadarkan diri akibat teler oleh narkoba dan minuman keras yang ia konsumsi sebelumnya.     

"Hey, mengapa kau menangis begitu?" tanya Andre yang masih tidak mengerti akan apa yang sedang terjadi di kamar itu.     

Gadis itu masih terus menangis, ia tak menjawab dengan benar pertanyaan yang Andre berikan. Wanita itu hanya menunjuk temannya yang saat itu terlihat masih tidak sadarkan diri tak jauh dari tempatnya.     

Andre yang saat itu masih tidak dapat mengontrol emosinya, lantas segera mendekati dan langsung menjambak rambut gadis itu.     

"Hey pelacur. Aku bertanya padamu, apa yang sedang terjadi!" tanya Andre lagi, kali ini ia bahkan sedikit memaki gadis yang masih menangis di pojok tempat tidur itu.     

Mendapat perlakuan itu, membuat tangis gadis itu kini menjadi semakin pecah. Ia terus berusaha mengatakan sesuatu, namun ia benar-benar tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Gadis itu, ia hanya bisa terus menunjuk temanya yang saat itu masih terlihat tidak sadarkan diri.     

Andre yang mulai merasa sangat kesal, lantas segera menghampiri teman dari gadis yang saat ini masih tidak sadarkan diri itu. Andre berkali-kali mencoba menyadarkan gadis itu, ia bahkan mengguncang tubuh gadis yang sedang tak sadarkan diri itu sangat kencang dengan kedua tangannya. Namun anehnya gadis itu benar-benar tidak bereaksi sama sekali.     

Tentu hal itu membuat Andre sedikit kebingungan, sedangkan gadis yang satunya lagi masih saja terus menangis tanpa bisa mengatakan apa pun pada Andre.     

"Hey dia kenapa?" tanya Andre penuh dengan kekesalan.     

Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, terlihat jelas jika saat itu ia sedang berusaha sebisa mungkin untuk mengatakan sesuatu pada Andre.     

"Hey, apa kau tuli. Aku tanya dia kenapa!" tanya Andre kembali pada gadis itu.     

"Di ... dia ... tak bernafas!" jawab gadis itu terbata-bata.     

"Hah? Apa maksudmu?" tanya Andre yang masih tak mengerti.     

"Di ... dia ... mati!" jawab gadis itu.     

Andre mengerutkan keningnya, ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang barusan ia dengar dari gadis itu.     

Andre pun segera memastikan hal itu. Andre dengan segera kembali mencoba menggoyang-goyangkan tubuh gadis yang saat itu masih belum sadarkan diri itu. Namun benar saja, gadis itu masih saja tidak meresponsnya sedikit pun. Andre yang saat itu telah mulai panik segera mencoba meletakan jari telunjuknya pada kedua lubang hidung wanita itu. Ia benar-benar tersentak, ia berharap apa yang baru saja ia dengar dari gadis lainnya itu hanyalah sebuah kesalahan.     

Tubuh Andre segera gemetar hebat, ia tak dapat merasakan embusan nafas yang keluar dari kedua lubang hidung sang gadis pada jari telunjuknya itu.     

"Ini bohong kan!" ucap Andre panik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.