Another Part Of Me?

Part 3.24



Part 3.24

0Situasi jalan di kota itu terlihat ramai lancar, akan sangat menyebalkan bagi Andre jika ia harus terkena macet bersama kedua mayat gadis yang saat ini berada di jok belakang mobilnya itu.     

Waktu menunjukkan pukul 07.30 a.m. Sebenarnya Andre sendiri belum bisa memastikan di mana nantinya ia akan mencoba melenyapkan kedua mayat gadis itu, entah dengan cara dibuang, atau dikubur di suatu tempat. Ia hanya berusaha terus berjalan keluar dari tengah kota saat itu.     

Sialnya tanpa diduga-duga tepat beberapa meter pada ruas jalan yang berada di depannya itu, terlihat beberapa personil kepolisian lalu lintas sedang mengadakan sebuah razia guna menertibkan para pengemudi yang mungkin saja tidak mematuhi peraturan lalu lintas, maupun bagi mereka yang mengemudi tanpa memiliki surat-surat yang lengkap, entah itu surat kendaraan ataupun surat izin mengemudi itu sendiri.     

Andre yang saat itu sudah tidak dapat untuk memutar balikan mobilnya, kini tak punya pilihan lain selain harus mengikuti proses penertiban yang sedang dilaksanakan itu.     

Tak kehabisan akal, Andre segera menyiapkan beberapa lembar uang guna menyogok para personil kepolisian itu, karena sudah menjadi rahasia umum jika mereka yang tergabung dalam bagian tersebut merupakan para polisi-polisi korup yang dengan mudah bisa saja disuap hanya dengan beberapa lembar uang dengan jumlah yang menggiurkan. Walau tak semua personil mereka seperti itu, hanya sebagian yang masih memegang kode etik mereka.     

"Maaf, selamat pagi pak," ujar salah satu personil kepolisian lalu lintas itu pada Andre.     

Andre segera menurunkan kaca mobilnya, ia tidak menurunkan kaca itu dengan penuh saat itu.     

"Selamat pagi pak," jawab Andre.     

"Ada keperluan apa ya pak?" tanya Andre, ia hanya berpura-pura tidak mengetahui apa yang para polisi lalu lintas itu sedang lakukan.     

"Maaf pak, kami akan sedikit mengganggu perjalanan Anda sejenak. Saya harap Anda bisa bekerja sama!" tukas salah satu polisi lalu lintas yang saat itu sedang menangani Andre.     

"Saya perlu mengecek sedikit, mengenai kelengkapan surat dan mungkin memeriksa beberapa barang bawaan Anda!" jelas sang polisi itu.     

"Mungkin untuk pertama-tama Anda bisa menurunkan semua kaca jendela mobil Anda saat ini agar saya dapat melihat keadaan di dalamnya!" titah sang polisi itu pada Andre.     

Tentu hal itu adalah hal yang paling Andre takutkan saat ini, ia bukanya tidak memiliki surat kendaraan lengkap dengan izin mengemudinya, hanya saja ia tidak mau para personil kepolisian itu melihat apa yang saat itu sedang ia bawa.     

Menanggapi hal itu, Andre segera keluar dari mobilnya dan berusaha berbicara secara dan memberikan alibi kuat agar ia tidak perlu memperlihatkan barang-barang yang sedang ia bawa di dalam mobilnya itu.     

"Maafkan saya Pak, saat ini saya sedang sedikit terburu-buru karena suatu hal yang sangat penting yang harus segera saya lakukan, dan di dalam mobil itu ada kedua saudari saya yang sedang tertidur karena kelelahan. Maksud saya, tentu mereka akan terganggu jika saya menurunkan semua kaca mobil ini," dalih Andre saat itu.     

"Maaf, ini sudah prosedurnya. Sebagai pengendara yang baik seharusnya Anda bisa mematuhi hal itu!" tegas sang polisi lalu lintas itu penuh wibawa.     

Namun Andre yang sudah hafal benar dengan perangai para petugas korup itu segera menyelipkan sejumlah uang pada saku polisi lalu lintas itu. Sang polisi awalnya kaget akan apa yang Andre lakukan.     

"Bisakah kita mempermudah hal ini?" bisik Andre pelan.     

Sang petugas tentu tidak langsung merespons hal itu seperti apa yang Andre inginkan, ia punya harga diri yang harus ia jaga. Namun ketika ia melihat jumlah uang yang terbilang sangat besar itu, sang polisi lalu lintas itu pun dengan sangat mudahnya segera membuang harga dirinya itu di depan Andre.     

"Apa itu cukup?" bisik Andre lagi.     

Sang petugas itu dengan segera kembali mengantongi uang hasil suap yang diterimanya dari Andre saat itu.     

"Baiklah, kali ini saja!" ucap sang polisi itu.     

Andre tersenyum mendengar hal itu. Tepat seperti dugaannya, para polisi korup masih saja dengan mudah dapat ditemui.     

Andre pun dengan segera kembali ke mobilnya, ia tidak ingin membuang lebih banyak waktu lagi, ia harus dengan segera membereskan masalahnya itu.     

"Cih ... dasar lintah!" gumam Andre, lelaki itu sedikit memaki sembari masuk kembali ke mobilnya.     

"Maaf, apa Anda mengatakan sesuatu?" tanya polisi itu.     

"Ah, tidak. Tidak ada apa pun!" jawab Andre, ia berusaha ramah, walau nyatanya ia sudah sangat muak pada polisi lalu lintas itu.     

Kini Andre dapat dengan bebas kembali melajukan kendaraannya, ia memutuskan untuk pergi ke sekitar hutan yang terdapat di daerah sekitar barat daya kota itu. Menurutnya hutan itu adalah tempat yang paling strategis untuk mengubur kedua mayat gadis yang kini tergeletak kaku di jok belakang mobilnya itu.     

Tak banyak kendala yang ia temui kali ini, perjalanannya menuju hutan itu terasa cukup lancar. Andre pun tidak lupa untuk singgah dan membeli sebuah sekop pada sebuah toko bangunan yang terdapat di rute jalan yang sedang ia lalui saat itu.     

Sampai pada lokasi tujuannya, Andre tidak serta merta langsung turun dari mobilnya begitu saja, ia terlebih dulu memastikan keadaan sekitar dari dalam mobilnya. Tentu lelaki itu tidak ingin ada seorang pun yang melihat aksinya kala itu.     

Andre segera memarkirkan mobil miliknya tepat di belakang sebuah pabrik yang telah lama terbengkalai. Pabrik itu berada di sebuah distrik di daerah sekitar barat daya yang terletak jauh dari pemukiman warga kota itu.     

Tentu itu adalah tempat yang sangat strategis dan sangat masuk akal bagi Andre untuk melenyapkan bukti pembunuhan yang telah ia lakukan.     

Andre telah lama mengetahui adanya distrik terbengkalai itu jauh sebelum kasus pembunuhan berantai yang saat ini terjadi di kota itu. Ia pertama kali mengetahuinya pada kunjungannya ke kota itu sekitar setahun yang lalu. Entah apa alasan distrik itu kini terbengkalai begitu saja, banyak rumor yang beredar akan hal tersebut, namun nyatanya sampai saat ini belum ada satu pun alasan pasti mengapa sebab distrik itu ditinggalkan oleh penduduknya begitu saja.     

Setelah memastikan situasi saat itu aman dan tak ada satu pun orang selain dirinya yang berada di tempat itu, Andre pun segera turun dari mobilnya guna mematikan keadaan tempat itu sekali lagi.     

Andre sedikit berkeliling di area distrik kecil itu, suasana mencekam sangat kentara di tempat itu. Tentu ia juga masih tidak habis pikir mengapa bisa ada sebuah distrik yang tak berpenghuni di sudut kota itu, apa sebenarnya yang telah terjadi di tempat itu, tentu ada hal besar yang membuat distrik itu ditinggalkan begitu saja, pikirnya.     

Setelah merasa cukup yakin jika tidak ada satu pun orang selain dirinya di tempat itu, Andre pun segera kembali ke mobil miliknya untuk segera memindahkan mayat para gadis yang saat telah terbujur kaku di jok belakang mobilnya itu. Sesat ketika Andre meraih gagang pintu mobilnya itu, terdengar sebuah suara samar yang berasal dari dalam sebuah pabrik terbengkalai yang berada tepat di depan mobilnya terparkir saat itu.     

Suara itu begitu samar, hingga rasanya hanya terdengar sedikit di ujung telinganya saja. Namun Andre merasa yakin benar jika saat itu ia tidak sedang berhalusinasi belaka, suara itu rasanya benar-benar nyata. Suara itu terdengar seperti suara rintihan dari anak kecil yang sedang menangis pilu. Tentu hal itu membuat bulu kuduk lelaki itu berdiri seketika.     

"Sial, apa-apaan ini!" gumam Andre, ia menghentikan niatnya untuk membuka pintu mobilnya saat itu.     

Dengan dipenuhi perasaan yang kian bercampur aduk, Andre segera mendekati sumber suara itu, bagaimana mungkin ada seorang anak kecil yang merintih dari dalam pabrik yang terlihat jelas sudah sangat tidak terawat itu.     

Andre segera mendekati sumber suara itu, kini ia berada di antara rasa penasaran sekaligus rasa takut yang menyelimuti dirinya. Andre masih kekeh dengan pendiriannya, ia benar-benar merasa sangat yakin jika ia baru saja mendengar sesuatu dari arah pabrik terbengkalai itu. Namun semakin dekat lelaki itu dengan pabrik tersebut, entah mengapa kini suara itu malah terasa semakin menghilang di pendengarannya.     

Andre meraih pagar yang kini telah dipenuhi karat yang mengelilingi pabrik itu. Sesekali ia mencoba melayangkan pandangannya ke dalam pabrik yang saat itu kondisinya sudah sangat memprihatinkan itu. Namun sekali lagi ia merasa sangat yakin jika tak ada apa pun di dalam sana, itu hanyalah sebuah pabrik kosong yang sudah lama tidak beroperasi lagi. Di satu sisi, pagar pabrik itu juga tergembok, tentu tak ada satu pun orang yang bisa masuk ke sana, pikir Andre.     

Setelah lama berdiam diri di depan pagar pabrik itu, Andre kini memutuskan untuk kembali fokus dalam menjalankan aksinya. Ia sudah sangat muak dengan apa yang telah terjadi sampai saat itu. Ia tidak lagi mengambil pusing akan suara yang baru saja ia dengar itu, lagi pula suara itu kini tak lagi terdengar di telinganya, bisa saja itu hanyalah perasaannya saja, mengingat efek dari narkoba yang ia konsumsi tentu saja belum benar-benar menghilang saat itu.     

Sebelum ia mulai menjalankan aksinya, Andre terlebih dulu mencari rute terbaik untuk menuju masuk ke dalam hutan yang berada tidak jauh dari pabrik terbengkalai itu. Ia mencari jalan yang sekiranya mudah untuk ia lalui, mengingat ia harus membawa mayat para gadis itu untuk masuk dan menguburkannya di dalam hutan.     

Setelah merasa telah mendapatkan rute yang dirasa mudah untuk ia lalui Andre pun segera kembali ke mobil miliknya untuk mengambil salah satu mayat gadis itu untuk nantinya ia kuburkan di dalam hutan itu. Andre juga tidak lupa menyiapkan sekop yang telah ia beli sesaat ketika ia menuju tempat itu.     

"Ini benar-benar hari yang menjengkelkan!" keluh lelaki itu.     

Andre segera mengangkat salah satu mayat gadis itu dan segera membopong mayat itu di pundaknya. Kini mayat itu terasa dingin dan sangat kaku, membuat lelaki itu sedikit kewalahan untuk memindahkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.