Another Part Of Me?

Part 3.26



Part 3.26

0Bella berjalan menuju sekumpulan warga yang saat itu tampak sedang menyaksikan sesuatu, ia sendiri bahkan tidak tahu apa yang sedang menjadi perhatian di tempat itu.     

"Mereka telah kembali!" teriak seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuhnya.     

Para warga saat itu tengah berkumpul di sudut jalan, wanita paruh baya itu kian menjadi perhatian bagi para warga yang kebetulan melewati jalan tersebut.     

Bella yang sedikit penasaran akan hal itu, akhirnya turut bergabung guna mencari tahu apa yang saat itu tengah menjadi perhatian para warga itu.     

"Maaf Pak, apa yang sedang terjadi?" tanya Bella pada seorang warga yang turut berada di tempat itu.     

"Tidak mengapa Nak, tampaknya hanya seorang yang dengan gangguan mental saja!" jelas pria paruh baya itu, sembari menunjuk pada seorang wanita yang berumur hampir sekitar 50 tahun ke atas yang sedang menjadi pusat perhatian di tempat itu.     

Bella segera mencari wanita yang sedang menjadi pusat perhatian itu, ia cukup penasaran dengan apa yang sedari tadi wanita itu sedang teriakan di tengah-tengah kerumunan itu.     

"Mereka telah kembali, mereka datang untuk mengambil para anak-anak itu!" teriak sang wanita paruh baya tersebut. Ia terus saja meneriakkan hal itu sembari terus berusaha meraih lengan setiap warga yang berada di dekatnya.     

Dari penampilannya, jelas sekali jika wanita itu memang sedang mengalami gangguan mental. Rambut wanita itu mengembang tak terurus, sedang pakainya terlihat usang dan sangat kotor, wanita itu benar-benar tidak terawat dengan baik.     

Bella yang mendengar apa yang sedari tadi wanita paruh baya itu teriakan, kini mulai bertanya-tanya dengan apa maksud dari perkataan wanita tersebut. Siapa sebenarnya 'mereka' yang dimaksud oleh wanita itu.     

"Kau, apa kau anakku?" wanita paruh baya itu tiba-tiba berjalan menuju ke arah Bella yang sedari tadi sedang memperhatikan wanita itu dari jarak yang cukup jauh.     

"Aku Ibumu Nak, aku Ibumu!" kini wanita paruh baya itu menarik lengan Bella, ia terus saja mengatakan jika Bella adalah anaknya.     

Tentu saja Bella yang mendapat perlakuan itu seketika itu juga segera menarik lengannya dari wanita itu, Bella benar-benar tidak paham dengan tingkah wanita paruh baya yang sedang menjadi pusat perhatian itu.     

"Maaf Bu, bukan saya!" sanggah Bella.     

Mendengar perkataan Bella, wanita itu lantas menangis begitu saja, ia terus saja mengatakan jika ia adalah ibu darinya, namun Bella tentu juga terus menyangkal hal tersebut.     

Kini tingkah wanita itu semakin menjadi, ia kini berusaha merangkul Bella dengan sekuat tenaganya. Bella yang menerima perlakuan yang kurang mengenakan dihatinya itu lantas dengan refleks mendorong wanita tersebut hingga membuatnya jatuh tersungkur. Bella benar-benar tidak sedikit pun bermaksud kasar pada wanita itu, hanya saja rasa panik yang dirasakannya membuatnya tanpa sadar melakukan hal tersebut.     

Bella yang tersadar akan perlakuan buruknya itu segera berusaha untuk membantu wanita paruh baya itu untuk kembali berdiri, ia juga segera meminta maaf atas perlakuan buruk yang ia lakukan tanpa sadar itu.     

"Maafkan saya, saya tidak bermaksud," mohon Bella pada wanita itu.     

Terlihat jelas kondisi kejiwaan wanita itu memang sangatlah buruk, ia yang awalnya menangis kini seketika berubah menjadi sangat marah dan memaki-maki.     

"Kau bukan anakku, kembalikan anakku!" teriak wanita paruh baya itu. Ia bahkan hampir saja menyerang Bella yang saat itu tengah berusaha menolongnya.     

Melihat hal itu, para warga yang berkumpul di tempat itu segera berusaha menghentikan wanita paruh baya itu, namun sialnya wanita itu masih sempat mendaratkan sebuah cakaran kasar pada lengan Bella, membuat lengan wanita itu segera mengeluarkan sedikit darah.     

Wanita paruh baya itu semakin menjadi-jadi, ia mengamuk dengan sepenuh tenaganya, butuh beberapa lelaki untuk menahan dan menghentikan pergerakannya saat itu. Sedangkan Bella, wanita itu segera ditarik untuk menjauh dari wanita paruh baya tersebut.     

"Kau baik-baik saja Nak?" tanya seorang lelaki yang menariknya untuk menjauh dari tempat itu.     

"Ya, saya baik-baik saja Pak, saya hanya sedikit terkejut saja!" jawab Bella, ia segera mengeluarkan tisu yang berada dalam tasnya guna membersihkan sedikit luka cakaran yang ia terima saat itu.     

"Sebaiknya kau segera membersihkan luka itu dengan antiseptik, akan sangat berbahaya jika luka itu terinfeksi, mengingat wanita itu tentu jauh dari kata bersih!" tukas lelaki itu pada Bella.     

Bella mengangguk paham dengan apa yang lelaki paruh baya itu katakan, namun saat itu ia lebih tertarik dengan apa yang sedari tadi wanita paruh baya itu katakan. Tentu ada alasan kuat yang membuat wanita itu kehilangan akal sehatnya hingga seperti itu.     

"Apa bapak tahu apa sebenarnya yang telah terjadi pada wanita itu?" tanya Bella pada lelaki paruh baya yang telah menolongnya itu.     

"Bapak tidak terlalu tahu akan hal itu, namun tampaknya itu ada hubungannya dengan kejadian yang terjadi beberapa tahun silam!" jelas lelaki paruh baya itu.     

"Kejadian?" tanya Bella mengambang, ia masih belum mengerti dengan apa yang dimaksud oleh lelaki paruh baya itu.     

"Mudahnya, wanita itu telah kehilangan anak satu-satunya yang ia miliki beberapa tahun yang lalu, hal itulah yang membuat mental wanita itu kian terguncang hingga saat ini," jelas lelaki itu lagi.     

"Hal itu bahkan telah menjadi rahasia umum bagi para warga yang tinggal di daerah ini!" tambah lelaki paruh baya itu lagi. Namun sayangnya ia tidak menjelaskan dengan pasti apa yang ia maksud dengan kejadian yang menimpa wanita paruh baya itu.     

Sang lelaki paruh baya itu juga menjelaskan, jika para penduduk sekitar juga telah berulang kali memasukkan wanita paruh baya itu pada sebuah panti sosial yang menampung orang-orang dengan gangguan jiwa, namun wanita paruh baya itu selalu saja dapat melarikan diri dan kembali berkeliaran di daerah itu.     

Sebenarnya saat itu Bella masih sangat penasaran dan ingin terus menggali perihal kejadian yang sempat disinggung oleh lelaki paruh baya itu, sayangnya ia tidak memiliki banyak waktu saat itu, ia ada janji temu dengan kekasihnya beberapa saat lagi yang membuatnya harus segera meninggalkan tempat itu saat itu juga.     

Sepanjang perjalanannya menuju tempat di mana janji temu mereka akan dilakukan, Bella terus saja memikirkan kejadian yang baru saja terjadi padanya itu. Walau nyatanya wanita itu hanyalah seseorang dengan gangguan jiwa, namun perkataannya tentang mereka yang telah kembali itu kian membuatnya begitu bertanya-tanya dengan apa maksud dari kata-kata wanita paruh baya itu utarakan sebelumnya.     

Sesampainya pada sebuah cafe yang telah dijanjikan, Bella segera mengeluhkan kejadian yang baru saja menimpanya itu pada Hanna. Wanita itu bukan mempermasalahkan tentang luka yang ia terima kala itu, ia lebih memikirkan keterkaitan dari kata-kata sang wanita paruh baya itu dengan rumor yang tengah beredar luas di kalangan netizen baru-baru ini. Menurutnya jika rumor tentang menghilangnya para anak gelandangan yang tengah beredar di kota itu adalah benar, mungkin saja ada keterkaitan dari pernyataan sang wanita paruh baya dan keadaan yang menimpa kota saat ini.     

"Entahlah, aku hanya merasa sedikit penasaran saja dengan kebenaran tentang rumor menghilangnya para anak gelandangan yang menghilang di kota ini!" tukas Bella. Ia menatap lekat pada Hanna, bisa saja apa yang dikatakan wanita paruh baya itu adalah benar, jika saat ini ada sekelompok golongan yang dengan sengaja menculik dan membawa para anak-anak gelandangan di kota itu dengan tujuan tertentu.     

"Memangnya apa yang wanita itu katakan?" tanya Hanna, ia mulai tertarik dengan apa tengah menjadi pembahasan mereka kala itu.     

"Entahlah, aku tidak begitu mengerti, namun wanita itu berkata, mereka telah kembali," jelas Bella, ia sedikit mengerutkan keningnya.     

"Mereka datang untuk mengambil anak-anak itu!" tambah Bella, ia mencoba mengingat kembali ucapan dari sang wanita paruh baya itu.     

Bella juga menjelaskan penyebab mental wanita paruh baya itu menjadi terganggu, menurut keterangan pria paruh baya yang menolongnya saat itu, pria itu mengatakan jika wanita paruh baya itu dulunya memang kehilangan satu-satunya anak yang ia miliki, menurut lelaki paruh baya yang ia temui itu, mungkin saja itu berkaitan dengan kejadian yang telah terjadi beberapa tahun silam.     

"Kejadian?" tanya Hanna, ekspresinya saat itu benar-benar sama seperti apa yang Bella tunjukan ketika ia baru saja mendengar hal itu dari lelaki paruh baya sebelumnya.     

"Ya, lelaki itu sempat menyinggung sebuah kejadian yang terjadi beberapa tahun silam. Sialnya lelaki paruh baya itu tidak menjelaskan perihal kejadian itu dengan benar!" lurus Bella.     

Hanna mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuknya, lelaki itu tampak terlihat berpikir keras, sedang Bella, wanita itu masih menunggu tanggapan kekasihnya itu dengan cemas.     

Hanna pun segera menjelaskan jika sebenarnya saat ini ia sedang tengah mencari tahu akan kebenaran rumor yang sedang beredar di kota itu, menurut Hanna, 90% bisa ia pastikan jika rumor itu adalah benar. Namun yang menjadi perhatiannya saat ini adalah, adanya sebuah kejanggalan yang sedang terjadi. Menurut Hanna, jika rumor itu adalah benar, entah mengapa tidak ada satu pun dari penduduk kota yang melaporkan kasus hilangnya anak-anak tersebut pada pihak Kepolisian, terlebih bagi mereka yang merupakan para orang tua anak-anak gelandangan itu, entah mengapa mereka sama sekali tidak melaporkan akan kehilangan anak-anak mereka itu pada pihak Kepolisian setempat.     

"Aku telah melakukan survei pada setiap daerah kumuh yang berada di kota ini. Seperti yang telah dirumorkan, aku tidak menemukan keberadaan anak-anak gelandangan itu!" tegas Hanna.     

"Namun ketika aku menanyakan perihal adanya laporan kehilangan yang mungkin saja telah dilaporkan para orang tua anak itu pada pihak Kepolisian, nyatanya tidak ada satu pun laporan yang masuk tentang hal itu!" tambahnya lagi.     

"Maksudmu pihak kepolisian tidak menerima adanya satu pun laporan tentang menghilangnya anak-anak yang terjadi di kota ini!" lurus Bella.     

Hanna menghembuskan nafasnya panjang, matanya kini menerawang jauh tanpa tujuan, terlihat jelas ada sebuah kecemasan yang tertanam di hatinya saat itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.