Another Part Of Me?

Part 3.34



Part 3.34

0Davine terus memutar kotak musik usang miliknya itu secara terus menerus. Ia mendapati sesuatu yang begitu penting yang tanpa sadar ia lewatkan. Menurut ingatan yang ia dapatkan ketika ia terjatuh dari sebuah rumah pohon yang terdapat di hutan itu. Dalam ingatan itu seharusnya kotak musik miliknya itu telah rusak dan tak dapat berfungsi lagi. Namun mengapa saat ini kotak musik itu bisa kembali berfungsi dengan baik. Davine bahkan telah menanyakan hal itu pada Lissa, namun wanita itu mengatakan jika bukan dirinyalah yang memperbaiki benda tersebut, menurut Lissa kotak musik itu memang telah berfungsi dengan sangat baik sedari awal.     

Dan jika dipikirkan baik-baik tentang mimpi yang selama ini kerap kali mengganggunya itu, jelas sekali jika gadis kecil yang berada di dalam mimpi itu tidak lain adalah Annie, dan jika itu bukan hanya sekedar mimpi, melainkan salah satu potongan dari ingatan masa kecilnya yang hilang, bisa dikatakan jika setelah kecelakaan yang menimpa Annie di masa kecilnya itu, mereka tidak benar-benar berpisah seperti apa yang Davine simpulkan dalam ingatan terakhir yang ia dapatkan tentang masa kecilnya itu. Tentu masih ada ingatan yang terpotong sebagai rangkaian dari ingatan tersebut.     

Davine manarik nafas panjang, ia masih belum dapat menyimpulkan apa yang saat itu tengah menjadi pikirannya. Ia berharap jika ingatan itu dapat kembali muncul dan menjelaskan bagaimana hubungannya dengan Annie yang sebenarnya. Apakah benar mereka tetap bersahabat hingga mereka remaja seperti yang selama ini Davine pikirkan, ataukah hal itu hanyalah khayalan Davine semata, yang pada dasarnya tidak dapat menerima kenyataan jika hubungan persahabatan antara Annie dan dirinya telah berakhir semenjak kecelakaan itu terjadi. Davine, lelaki itu berharap di dalam hatinya jika hubungannya bersama Annie memanglah baik-baik saja seperti apa yang selama ini ia pikirkan.     

Davine yang saat itu kian larut dalam pemikirannya sendiri, semakin merasa terbawa oleh dentingan yang dilantunkan oleh kota musik usang miliknya itu. Nada-nada itu seolah menari di pikirannya, rasa tenang semakin menghanyutkan, semakin lama ia terdiam, semakin pula pikirannya seolah terbawa akan lantunan yang dihasilkan oleh kotak musik tersebut.     

Rasa kantuk yang sangat hebat tiba-tiba saja terasa menerpanya. Davine, lelaki itu kini mulai semakin merasa terbawa oleh setiap nada yang dihasilkan oleh kotak musik usang miliknya itu, secara perlahan membawanya pada batas ambang kesadarannya saat itu juga.     

******     

Davine kembali berada di masa kecilnya, saat itu ia tengah mencoba mencari kotak musik miliknya yang seingatnya tertinggal di depan gerbang rumah ketika kecelakaan itu menimpa Annie. Davine terus berusaha mencari kotak musik itu, namun sial baginya, ia tak melihat keberadaan benda itu di mana pun.     

Seminggu telah berlalu semenjak kecelakaan itu menimpa Annie, sedang perseteruan antar kedua keluarga itu kini semakin menjadi-jadi. Keluarga Annie terus saja mengungkit apa yang telah terjadi pada anaknya itu, mereka terus menyalahkan keluarga Harris atas kejadian tersebut. Sedangkan Monna, wanita itu awalnya sudah berusaha meminta maaf atas kejadian yang menimpa anak mereka itu, namun ibu dari Annie selalu menolak mentah-mentah permintaan maaf tersebut.     

Menurut kabar, kini Annie telah keluar dari rumah sakit, anak itu kini dapat kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa, tidak ada cacat yang ditimbulkan sebab kecelakaan yang menimpanya itu, Annie, anak itu kini telah baik-baik saja, walau ada beberapa luka yang masih belum sembuh di beberapa bagian tubuhnya, namun itu hanyalah luka kecil saja.     

Davine yang mendengar kabar kepulangan Annie, dengan segera bermaksud untuk menemui gadis itu. Davine, ia masih merasa sangat bersalah atas apa yang telah menimpa sahabatnya itu, namun jelas Monna melarang hal itu, ia tahu jika Davine melakukan hal itu, ia hanya akan mendapat cacian dari keluarga Annie. Hal itu tentu saja tidak baik untuk mental anak itu ke depannya, pikir Monna.     

Suatu waktu Davine yang tengah merenung menatap ke luar jendela dari dalam kamarnya mendapati Annie yang saat itu sedang berada di sisi luar pagar rumahnya. Annie terlihat menatap Davine dari kejauhan, sedang beberapa perban masih terlihat membalut di beberapa bagian tubuhnya.     

Annie segera melambaikan tangannya pada Davine, ia juga tidak lupa memberikan sebuah isyarat dengan meletakan jari telunjuk tepat di bibir mungilnya itu, Davine, anak itu segera mengerti jika saat itu Annie tidak ingin kedatangannya diketahui oleh orang lain, terutama keluarga Davine sendiri.     

Davine segera berusaha untuk menemui Annie yang saat itu tengah menunggunya di salah satu sisi pagar rumah itu. Davine mencoba menahan rasa gembiranya, saat itu ia bahkan ingin sekali segera berlari untuk menemui anak gadis itu, namun ia berusaha sebisa mungkin untuk menahannya, ia tidak ingin tingkahnya itu menarik perhatian dari para anggota keluarganya yang lain.     

Di perjalanan menuju keluar rumahnya Davine sempat berpapasan dengan Monna, wanita itu menanyakan ingin ke mana Davine saat itu, ia bahkan kembali mengingatkan pada Davine jika ia tidak boleh pergi untuk menemui Annie, karena keluarga Annie melarang keras hal itu. Davine yang menerima peringatan itu hanya mengangguk, ia berdalih hanya ingin keluar karena merasa bosan seharian berada di kamarnya.     

Sesampainya di luar, Annie segera memanggil Davine dengan sedikit berbisik, gadis kecil itu segera mengajak Davine untuk meninggalkan tempat itu, Davine yang saat itu sudah sangat rindu akan satu-satunya sahabatnya itu, tanpa pikir panjang segera menyetujui ajakan Annie tanpa menanyakan ke mana mereka akan pergi sebelumnya.     

Annie terus berjalan, sedang Davine mengikuti gadis kecil itu dari belakang. Mereka pergi cukup jauh meninggalkan daerah rumah mereka saat itu, hingga akhirnya mereka memasuki kawasan sebuah hutan yang menjadi pembatas antar kota itu dengan kota lainnya.     

Dalam perjalanan itu Davine sempat menanyakan bagaimana keadaan Annie, seakan tidak pernah terjadi apa-apa Annie segera menjawab jika ia sudah baik-baik saja saat itu. Merasa masih sangat bersalah akan kejadian yang telah menimpa sahabatnya itu, Davine pun segera meminta maaf dan kembali menanyakan apakah saat itu Annie membencinya. Namun di luar dugaan gadis kecil itu segera menggenggam tangan Davine dan berkata jika ia sama sekali tidak pernah membenci Davine sedikit pun, walau ia juga mengatakan jika saat ini ia telah dilarang oleh keluarganya untuk kembali berteman dengan Davine. Namun ia dengan keras kepala tidak mau menuruti perintah itu.     

Sampai pada sebuah lokasi yang dirasa cukup baik, Annie segera menyodorkan jari kelingkingnya, ia meminta Davine untuk berjanji jika mulai saat itu mereka akan secara rutin untuk bertemu di tempat itu. Annie juga mengatakan jika suatu saat ia ingin Davine membuatkan sebuah rumah pohon untuk mereka berdua di salah satu pohon yang terdapat di tempat itu.     

Saat itu hati Davine merasa sangat bahagia, ia tidak pernah menyangka jika persahabatan mereka masih dapat terus berlanjut selepas kejadian itu, Davine bahkan sempat menangis haru karena Annie yang masih mau menerimanya sebagai seorang teman, bahkan setelah perlakuan buruknya pada sang gadis.     

Waktu berjalan dengan sangat cepat, dalam ingatan itu Davine seolah meloncat dari satu waktu ke waktu lainya dengan sangat cepat. Masa sekolah mereka berlalu begitu saja, mereka tidak bersekolah di satu tempat yang sama, hal itu karena keluarga Annie yang memang dengan sengaja menghindari di mana keluarga Harris menyekolahkan anak mereka saat itu, faktor ekonomi juga menjadi salah satu alasan mereka tidak bersekolah di tempat yang sama, karena keluarga Harris cenderung menyekolahkan Davine pada sekolah-sekolah elite yang tentu saja tidak terjangkau bagi keluarga Annie, yang terbilang menengah ke bawah itu.     

Namun hal itu tidak menjadi penghalang bagi Davine dan Annie untuk tetap dapat menjalin persahabatan mereka. Sesuai janji yang telah mereka sepakati, kini setiap pulang sekolah mereka selalu menyempatkan diri untuk bertemu di dalam hutan yang telah mereka janjikan semenjak mereka masih kecil dulu.     

Tak banyak yang mereka lakukan di tempat itu, waktu mereka hanya dihabiskan untuk bermain bersama. Mereka juga secara perlahan mulai mengumpulkan bahan-bahan guna membuat sebuah rumah pohon yang nantinya akan mereka jadikan markas rahasia untuk mereka berdua.     

Hari-hari yang mereka lalui terasa sangat indah, tak terasa kini mereka telah berada di penghujung masa SMP mereka. Davine bahkan telah melupakan ke mana kotak musik yang sangat berarti baginya itu menghilang, bagi Davine kini persahabatan mereka jauh lebih penting dari sekedar benda tersebut.     

Kini rumah pohon itu telah hampir selesai, butuh waktu lama bagi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan itu, karena pada dasarnya mereka memang lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk sekedar bermain-main di dalam hutan itu daripada berfokus untuk menyelesaikan pembangunan rumah pohon mereka. Bagi mereka cukup dengan bersama saja maka waktu akan terasa sangat cepat berlalu.     

Menginjak masa SMA, kini mereka telah selesai dengan proyek rumah pohon yang telah mereka buat saat itu. Annie berkata jika ia akan memberikan sebuah hadiah yang sangat istimewa sebagai perayaan berdirinya rumah pohon itu dengan sempurna. Davine pun kian bertanya hadiah apa yang Annie akan berikan padanya, namun Annie mengatakan jika itu adalah rahasia. Annie berkata jika ia akan menaruh hadiah itu di dalam rumah pohon itu nanti, dan Davine tidak boleh mengambilnya hingga mereka lulus dari masa SMA-nya.     

"Itu adalah sebuah kejutan untukmu, pastikan kau tidak mencoba melihat hadiah itu sebelum kita lulus dari sekolah kita masing-masing!" ujar Annie sedikit mengancam.     

"Lalu ... dengan kata lain, aku benar-benar tidak boleh masuk ke dalam rumah pohon itu?" tanya Davine.     

"Lalu, untuk apa aku dengan susah payah membuatnya!" protes Davine.     

"Bukankah sedari awal aku memintamu untuk membuatkan rumah pohon itu untukku, jadi aku punya hak penuh atas hal itu!" jawab Annie, gadis itu sedikit meledek sahabatnya itu.     

Davine yang merasa sedikit kesal segera mendaratkan jari-jemarinya pada perut gadis tersebut.     

******     

Hari kembali berganti. Seperti biasa, mereka kembali melakukan janji temu tepat di rumah pohon yang telah mereka buat. Namun kali ini Annie sedikit terlambat, Davine bahkan telah datang dan menunggu gadis itu cukup lama di tempat itu. Davine yang merasa Annie tidak pernah terlambat seperti itu mulai merasa resah, ia takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada sahabatnya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.