Another Part Of Me?

Part 3.42



Part 3.42

0Berhasil mendapatkan sedikit informasi yang ia inginkan, Davine segera pergi dari tempat itu, ia harus sedikit merencanakan untuk sebuah aksi gila yang akan ia lakukan.     

Menurut keterangan sang pemilik toko, tampaknya pria paruh baya itu kerap kali terlihat keluar dari kediamannya pada sekitar pukul 10.00 p.m. sampai 01.00 a.m. walau nyatanya sang pemilik toko tidak mengetahui pasti ke mana pria paruh baya itu pergi, namun ia dengan sangat percaya diri menyatakan jika pria paruh baya itu memang kerap dan bahkan terlihat rutin meninggalkan kediamannya pada jam-jam tersebut.     

Berbekal informasi itu kini Davine mendapat dengan segera merancang rencananya, ia akan memanfaatkan informasi tersebut guna dapat menemui sang pria paruh baya itu. Davine, lelaki itu telah bertekad untuk mengungkap apa yang telah terjadi pada sahabatnya itu, dan apa pula hubungan antara pria paruh baya dan sahabatnya itu.     

09.30 p.m. Davine meluncur dengan menggunakan sebuah sepeda motor dengan jenis scooter matic miliknya untuk menuju ke area rumah milik pria paruh baya itu.     

10.05 p.m. ia telah sampai di lokasi. Sesuai informasi yang telah ia dapatkan, seharusnya pria paruh baya itu akan segera keluar dari rumahnya di sekitar jam tersebut. Davine juga telah memilih untuk menunggu pria paruh baya itu pada sebuah ruas jalan yang memang terlihat sangat sunyi yang terdapat di sekitar area rumah milik pria paruh baya tersebut.     

Davine tidak berpikir untuk menemui pria berengsek itu dengan cara baik-baik, ia tak akan puas hanya dengan berbicara secara empat mata dengan pria paruh baya itu, mengingat apa yang telah pria itu lakukan pada sahabatnya, tentu Davine masih sangat menyimpan amarahnya pada pria berengsek itu.     

Pukul 10.15 p.m. masih belum terlihat pergerakan dari pria paruh baya.     

Pukul 10.20 p.m. terlihat sebuah pergerakan dari dalam rumah mewah milik pria paruh baya itu. Terlihat lampu dari sebuah mobil yang menyala berasal dari sebuah bagasi rumah mewah itu. Tepat seperti dugaan, tampaknya pria paruh baya itu akan segera beranjak dari rumahnya, Davine yang melihat hal itu segera memposisikan scooter matic miliknya sedemikian rupa, ia telah siap di sisi jalan itu, dan bersiap untuk melakukan aksinya.     

Tak berselang lama, tampak sebuah mobil berwarna hitam keluar dari rumah pria paruh baya yang diketahui bernama Jason itu. Davine pun segera menyalakan mesin scooter matic miliknya, ia telah menanti kesempatan itu sedari tadi.     

Terlihat Pak Jason segera melesat meninggalkan rumah mewahnya, tentu saja saat itu ia tidak menyadari akan adanya suatu hal buruk yang sedang menantinya. Pak Jason mengemudikan mobilnya dengan cukup santai, hal itu memberi waktu bagi Davine untuk segera membuntuti pria paruh baya itu dari belakang.     

Davine masih mencari lokasi yang sekiranya cukup sepi untuk segera melakukan aksinya, ia tidak ingin ada seorang pun saksi mata yang nantinya akan melihat apa yang akan dilakukannya saat itu.     

Sampai pada sebuah jalan lurus yang cukup panjang, Davine segera memacu laju scooter matic miliknya, ia berusaha memposisikan dirinya tepat berada di depan mobil Pak Jason.     

Setelah melihat keadaan sekitar yang tampaknya tak ada orang lain selain mereka, Davine dengan segera sengaja menyerempetkan scooter matic miliknya itu pada mobil pria paruh baya itu, ia membuat hal itu seolah-olah adalah kesalahan dari pria paruh baya tersebut. Yang di mana juga membuat Davine terhempas dengan cukup keras dari scooter matic miliknya.     

Bruuuuaaakkk ...     

Tubuh Davine menghantam aspal jalan itu, membuatnya terlempar cukup jauh, namun untungnya ia berhasil menghempaskan scooter matic miliknya itu tepat di depan mobil milik pria paruh baya itu. Pak Jason yang terkejut karena kejadian itu segera menginjak pedal rem miliknya, ia tak dapat melanjutkan perjalanan itu karena scooter matic milik Davine yang kini tergeletak tepat di depan mobilnya.     

Pak Jason bukanlah tipe pria yang bertanggung jawab, ia sebenarnya ingin segera kembali melajukan mobil miliknya itu dan meninggalkan Davine begitu saja, namun scooter matic milik Davine yang kini tergelatak tepat di depan mobilnya itu menjadi kendala bagi pria paruh baya itu untuk melakukan aksi pelarian yang ingin ia lakukan.     

Merasa tak punya pilihan lain, Pak Jason akhirnya mau tidak mau harus keluar dari mobilnya guna segera menolong Davine yang saat itu telah ia tabrak. Davine yang menyadari hal itu tersenyum tipis, ia terus berpura-pura tergelatak dan seolah tak dapat melakukan apa pun saat itu. Untungnya luka yang Davine terima karena aksi gilanya itu tidaklah fatal.     

"Kau tidak apa-apa Nak,?" tanya Pak Jason, ia segera memeriksa bagaimana keadaan Davine saat itu.     

Davine yang merasa rencananya itu telah berhasil, segera membuat keadaan seolah menjadi sangat kacau saat itu, ia berteriak dan merintih kesakitan, walau sebenarnya hal itu hanya akal-akalannya semata.     

Pak Jason yang melihat reaksi Davine saat itu segera berusaha untuk menolongnya, ia tak mungkin meninggalkan Davine begitu saja dalam keadaan seperti itu.     

"Tenanglah Nak, saya akan segera mengantarmu ke rumah sakit!" ujar pria paruh baya itu sedikit panik.     

Dengan segera Pak Jason berusaha membopong Davine untuk masuk ke dalam mobilnya, ia harus segera mengantar Davine ke rumah sakit terdekat guna segera mendapatkan perawatan atas luka yang diterimanya.     

"Bertahanlah Nak, kita akan segera menuju ke rumah sakit terdekat!" ujar Pak Jason, ia berusaha menenangkan Davine yang saat itu terus saja merintih kesakitan. Tentu saja pria paruh baya itu tidak menyadari jika hal itu hanyalah akting dari lelaki itu saja.     

Pak Jason segera membukakan pintu mobilnya, dan menepatkan Davine di jok bagian belakang mobil tersebut. Ia juga menyuruh Davine agar merebahkan tubuhnya secara horizontal di sana. Tentu saja Davine dengan senang hati menerima hal itu, karena sedari awal memang itulah yang ia inginkan.     

Masih dengan sangat panik, Pak Jason segera kembali pada setir mobil miliknya, ia segera menyalakan mesin mobil itu guna mengantarkan Davine untuk segera mendapatkan perawatan di rumah sakit terdekat. Terlebih dulu ia memundurkan mobil tersebut, ia tak dapat segera melaju karena adanya scooter matic milik Davine yang menghalangi tepat di depan mobilnya itu.     

Beberapa kali terlihat pria paruh baya itu tampak mengumpat, jelas sekali ia dibuat sangat kesal karena kejadian itu. Baginya hal itu pasti hanya akan sangat merepotkannya saja.     

Di tengah kekesalannya itu, ia kembali terhenti karena Davine yang kembali merintih dengan sangat keras, lelaki itu tampak memegang lututnya, berusaha seolah ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada lututnya tersebut.     

"Astaga, apa kau baik-baik saja Nak, bertahanlah sebentar lagi kita akan menuju rumah sakit terdekat.     

"Maaf kan saya Pak, tapi rasanya lutut saya sakit sekali!" keluh Davine.     

Pak Jason yang sudah mulai muak dengan hal itu, untuk sekali lagi harus dengan mau tidak mau kembali memberhentikan mobilnya. Ia kini tampak berusaha melihat bagai mana keadaan lutut Davine saat itu dari tempatnya mengemudi. Sesaat ketika Pak Jason mencondongkan tubuhnya ke arah belakang untuk memeriksa keadaan Davine saat itu, ia sangat dikagetkan dengan serangan yang Davine lancarkan secara tiba-tiba saat itu juga.     

Davine segera menjambak rambut pria paruh baya itu dengan kedua tangannya, dan dengan segera menghantamkan kepala pria itu pada lututnya dengan sangat keras.     

Buuuuukkkk ...     

Cukup sekali serangan, kini hidung pria paruh baya itu tampak mengalirkan darah segar.     

Pak Jason yang menerima hal itu tentu segera berusaha memberikan perlawanannya pada Davine, ia benar-benar tak menduga jika lelaki itu malah akan menyerangnya seperti itu. Namun karena cengkeraman keras yang Davine lakukan pada rambut pria paruh baya itu, dan lagi posisi sang pria yang sangat tidak baik saat itu, membuatnya tak dapat melakukan usaha perlawanannya dengan maksimal, sementara Davine yang saat itu memang masih sangat leluasa, segera kembali mendaratkan lututnya tepat di wajah pria paruh baya itu secara berulang kali.     

Baaaakkk ... buuukkk ... baaaakk ... buuuukkk ...     

Berulang kali wajah Pak Jason menghantam lutut milik Davine dengan sangat keras, tentu saja hal itu dengan segera menyebabkan patah pada tulang hidung pria paru baya itu.     

Namun Davine dengan gilanya terus saja melakukan hal itu, ia bahkan tertawa terbahak-bahak karena kembali merasa sebuah euforia hebat yang terasa mengalir di tubuhnya.     

"Rasakan ini berengsek!" maki Davine, sambil terus melakukan aksinya itu.     

Kini tubuh Pak Jason telah tampak lemas, sepertinya pria paruh baya itu tengah pingsan karena tidak sanggup menerima perlakuan gila yang Davine berikan saat itu, darahnya bahkan tercecer dengan sangat banyak dan terlihat menempel pada celana jeans yang saat itu Davine kenakan.     

Davine yang menyadari hal itu segera menghentikan aksinya, ia mencoba kembali mengatur nafasnya, sedang detak jantungnya masih terasa berdegup dengan sangat kencang. Ia menarik kasar kepala pria paruh baya itu dan segera menghempaskannya begitu saja.     

Davine menghempaskan tubuhnya yang terasa lelah pada jok mobil itu, ia masih merasakan perasaan yang sangat aneh di dalam dirinya, entah mengapa ia sangat menikmati hal yang baru saja ia lakukan pada pria paruh baya itu.     

Setelah kembali merasa cukup tenang kini ia kembali berfokus pada tujuan awal yang menjadi alasan mengapa ia m lakukan hal itu. Ia harus mencari tahu apa gerangan hubungan pria paruh baya itu dengan Annie. Davine bisa saja menanyakan hal itu secara langsung pada Pak Jason terkait hal itu, dengan catatan ia tidak boleh membuat pria paruh baya itu pingsan dan tak sadarkan diri. Namun menurutnya itu juga bukan hal yang tepat untuk dilakukan karena nantinya pasti hanya akan berimbas pada Annie sendiri, karena jika hal itu ia lakukan, dengan otomatis pria paruh baya itu akan mengetahui jika dirinya ada hubungan dengan Annie, yang di mana nantinya hal itu malah akan semakin membuat wanita itu berada dalam masalah.     

Mempertimbangkan hal itu, akhirnya Davine memutuskan untuk membuat pria paruh baya itu tak sadarkan diri, agar hubungan antara dirinya dan Annie tak diketahui pria tersebut, walau dengan catatan ia harus mencari tahu sendiri apa sebenarnya yang sebenarnya terjadi di antara pria paruh baya itu dengan wanita yang sangat ia kasihi itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.