Another Part Of Me?

Part 3.43



Part 3.43

0Davine merenggangkan setiap tubuhnya, lelaki itu memeriksa beberapa luka yang ia dapatkan akibat terhempas dari scooter matic miliknya beberapa saat yang lalu. Setelah memastikan jika ia tampak baik-baik saja Davine segera melakukan aksinya.     

Kali ini entah mengapa atensinya tertuju pada sebuah kejanggalan pada jok mobil yang saat itu tengah ia duduki, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres di sana, entah mengapa jok itu terasa tidak seperti seharusnya, jok itu terasa sedikit keras dan tampak sangat kaku. Untuk seukuran mobil yang cukup mewah tentu saja hal itu adalah sesuatu yang cukup janggal, terlebih bagi Davine yang memang sudah terbiasa menaiki mobil-mobil mewah milik keluarganya itu.     

Merasa sedikit terganggu akan hal itu, Davine segera berusaha membandingkan jok yang sedang ia duduki itu dengan jok lainnya yang terdapat di dalam mobil itu. Hasilnya benar saja. Tepat seperti dugaannya, terasa perbedaan yang terasa begitu kentara di antara kedua jok tersebut.     

Di sela pemikirannya, Davine segera di alihkan oleh bunyi sebuah nada dering tampak yang berasal dari smartphone milik pria paruh baya itu. Davine yang mendengar hal itu segera memeriksa dan mencari dari mana arah sumber suara itu berasal berasal. Tak butuh waktu lama bagi Davine untuk menemukan smartphone yang menjadi sember suara itu. Ia mengambil paksa smartphone milik Pak Jason yang saat itu tengah berada di salah satu saku celana jeans yang pria paruh baya itu kenakan.     

Davine menatap layar smartphone itu, terdapat sebuah panggilan dengan private number tertera di layar smartphone itu. Merasa cukup tertarik akan hal itu, Davine segera meraih salah satu jari milik pria paruh baya yang tengah pingsan itu, tampaknya smartphone milik pria itu membutuhkan akses sidik kari untuk dapat membuka layar kuncinya. Benar saja hanya dalam satu kali percobaan Davine telah berhasil untuk mengakses sistem kunci layar pada smartphone tersebut.     

"Kami akan menunggu di dermaga, segera antarkan barang itu secepatnya!" ujar seorang pria dalam panggilan dengan private number itu, Davine yang dengan sengaja mengangkat panggilan tersebut karena rasa penasarannya yang begitu besar di dalam dirinya, sedikit tercengang dan berusaha mencerna apa maksud dari pria itu.     

Dalam panggilan itu Davine sengaja tidak menjawab suara yang berada di seberang panggilan itu, ia hanya diam dan terus menyimak apa yang sedang di sampaikan oleh pria yang tampak sedang berbicara dengannya lewat panggilan tersebut.     

Sama halnya dengan yang Davine lakukan, tampaknya pria yang berada di seberang panggilan itu juga tak begitu mengharapkan jawaban dari apa yang telah ia katakan saat itu. Hal itu terbukti dari bagaimana pria yang berada di seberang panggilan itu segera memutuskan panggilan teleponnya setelah ia merasa telah mengatakan apa yang saat itu ingin ia katakan pada Pak Jason. Pria itu bahkan tampak tak memberikan Davine kesempatan untuk menjawab panggilan itu dan segera memutuskannya begitu saja.     

Davine mengerutkan keningnya, tentu saja hal itu tampak sangat mencurigakan, mengingat panggilan itu juga menggunakan private number, jelas ada sesuatu yang sengaja mereka sembunyikan di antara mereka satu sama lain. Lalu barang apa yang dimaksud oleh pria yang berada di seberang telepon barusan, hal itu kini menjadi sebuah pertanyaan baru bagi diri Davine, yang pasti mereka tampaknya telah berjanji untuk melakukan suatu transaksi saat itu, pikirnya lagi.     

Setelah panggilan itu berakhir, kini atensi Davine kembali ia alihkan pada tujuan awal ia dalam melakukan aksinya itu, untuk sementara ia sedikit menanggalkan rasa penasaran yang ia miliki atas panggilan yang baru saja ia terima itu.     

Davine kini berusaha untuk memeriksa setiap percakapan pada pesan atau chat yang terdapat pada smartphone milik pria paruh baya itu, sedari awal hal itu memanglah tujuan utama Davine dalam melakukan aksi gilanya itu, ia berpikiran tentu saja pasti ada sebuah jejak yang mungkin saja bisa menjadi salah suatu petunjuk guna mengungkapkan apa yang sebenarnya telah terjadi antara Annie, ayahnya, dan pria paruh baya itu sendiri.     

Ketika sedang mengecek hal itu, Davine kembali mendapatkan jejak dari sebuah pesan yang terdapat di smartphone itu, dalam pesan itu tampak seseorang tengah memerintahkan Pak Jason untuk segera mengantar pesanan mereka, dalam pesan itu juga mencantumkan di mana, dan berapa besar jumlah barang yang saat itu harus Pak Jason hantarkan pada mereka. Sekali lagi pesan itu tampak dikirim dengan private number, sama halnya dengan panggilan yang baru saja ia terima beberapa saat yang lalu, membuat pesan itu seolah menjadi satu arah, karena pesan yang dikirim dengan metode private number seperti itu tentu tak dapat dibalas sebab sistem private yang tengah digunakan oleh sang pengirim pesan tersebut. Hal ini seolah kembali menyatakan jika transaksi yang tampaknya akan mereka lakukan itu bersifat sangat rahasia, bahkan antara mereka satu sama lain sekalipun.     

Davine yang membaca pesan itu kini tak dapat menanggalkan lagi rasa penasarannya itu, ia segera berusaha mencari barang yang dimaksud, tampaknya Pak Jason saat itu sedang melakukan sebuah transaksi secara ilegal, pikirnya. Davine berusaha mencari di setiap bagian di dalam mobil itu, namun tidak hasil yang ia temukan saat itu. Davine bahkan telah memeriksa bagasi mobil tersebut, kalau-kalau saja pria paruh baya itu menyimpan barang yang dimaksud di tempat itu, walau Davine sendiri tahu pasti, jika itu adalah barang ilegal maka tak mungkin pria paruh baya itu dengan ceroboh meletakan barang tersebut di tempat yang sangat mudah ditemukan oleh orang lain seperti itu.     

Merasa tak menemukan apa pun Davine kembali duduk di jok belakang tempatnya semula, di saat yang bersamaan ia mulai merasa curiga dengan jok yang sedari tadi ia rasakan tampak sedikit mencurigakan itu, berbekal hal tersebut Davine dengan segera memutuskan untuk membongkar dan memeriksa apa yang tersembunyi di balik kulit jok tersebut. Ia kini merasa yakin jika barang yang dimaksud saat itu pastilah disembunyikan oleh Pak Jason di dalam jok tersebut.     

Davine segera mengeluarkan sebuah pisau lipat yang saat itu ia bawa untuk sekedar berjaga-jaga dari salah satu saku celana jeans yang sedang ia kenakan saat itu. Tanpa berpikir panjang lagi, Davine segera merobek kulit jok itu menggunakan pisau lipat tersebut. Benar saja. Tepat seperti dugaannya, dibalik jok itu tersimpan sejumlah paket yang saat itu di paking dengan sangat rapi menggunakan sebuah selotip hitam berbentuk kotak dengan ukuran sekitar 5x5 cm, dengan jumlah yang lumayan banyak. Hal itu menjelaskan mengapa jok itu terasa sangat keras dan sedikit tidak nyaman ketika diduduki.     

Davine yang begitu penasaran dengan isi paket yang dengan sengaja disembunyikan di dalam jok itu, segera mengambil salah satu dan membuka paket itu begitu saja. Tak merasa begitu kaget, Davine mendapati benda putih berbentuk serbuk dalam paket itu.     

"Jelas ini adalah narkoba!" gumam Davine. Kini ia tahu apa profesi sebenarnya dari pria paruh baya itu.     

Hal yang cukup menarik bagi Davine saat itu. walaupun itu bukanlah tujuan utamanya saat itu, namun tak dapat dipungkiri ia juga merasa cukup terkejut dengan apa yang saat itu tengah dilakukan oleh pria paruh baya itu. Dibalik rumah mewah yang pria itu miliki, ternyata Pak Jason tak lain adalah seorang pemasok narkoba dalam yang skala yang bisa dikatakan cukup besar.     

Menanggalkan hal itu, Davine kembali berfokus untuk mencari tahu hal yang menjadi tujuan awalnya. Kini ia kembali memeriksa setiap pesan dan fitur chatting yang terdapat pada smartphone pria paruh baya itu. Ia terhenti ketika mendapati sebuah percakapan dalam suatu fitur chat yang terdapat di smartphone tersebut. Di sana Pak Jason tampak sedang melakukan perbincangan dengan ayah dari sahabatnya itu, Davine bisa tahu dari nama yang tersemat di dalam chat tersebut.     

Davine terus membaca chat yang dilakukan oleh kedua pria paruh baya itu, semakin lama ia membaca setiap percakapan yang terdapat di dalam chat mereka, semakin pula lelaki itu dibuat tidak dapat mengontrol emosinya. Davine menggenggam erat smartphone itu, tangannya kian bergetar hebat, bukan karena sedang takut, saat itu ia sedang mencoba menahan semua emosi yang ia rasakan setelah membaca dan menelaah segala maksud dan tujuan dari chat antara dua pria paruh baya itu.     

"Dasar lelaki berengsek!" makinya kasar.     

"Bagaimana bisa seorang ayah tega melakukan hal seperti itu pada anaknya!" tambahnya, Davine segera memukul jok mobil yang berada tepat di depannya untuk melampiaskan amarahnya saat itu.     

"Bajingan, kalian benar-benar bajingan!" makinya lagi.     

Setelah membaca percakapan dalam chat mereka kini Davine tahu apa yang saat itu tengah menimpa sahabatnya, wanita itu benar-benar malang, Davine bahkan menangis hanya karena memikirkan begitu malangnya nasib sahabatnya itu. Kini ia tahu mengapa wanita itu kerap memiliki beberapa memar yang berusaha ia sembunyikan darinya, ia juga tahu alasan wanita itu merahasiakan hal tersebut, tentu ia tidak dapat mengatakan pada siapa pun tentang apa yang sedang menimpanya saat itu. Kini semua tampak sangat masuk akal bagi Davine, mengapa wanita itu berusaha menjauh dan memilih merahasiakan hal tersebut darinya.     

Davine kembali memeriksa semua file yang terdapat di dalam smartphone itu, firasatnya mengatakan jika sang pria paruh baya itu pasti memiliki sebuah rekaman atas apa yang ia lakukan pada Annie bersama ayah dari anak itu sendiri. Di era modern seperti ini biasanya para pria bajingan sepertinya akan selalu mengabadikan hal tersebut, guna mendapatkan kepuasan tersendiri, atau hanya sebagai bahan koleksi bagi mereka.     

Benar saja, tak butuh waktu lama bagi Davine untuk mendapatkan rekaman video itu. Ada sekitar lima video yang saat itu tampak direkam dalam waktu yang berbeda. Rekaman itu tidak panjang, hanya berdurasi sekitar 4 sampai 5 menit saja, namun isi dari video itu benar-benar membuat Davine sangat emosi ketika melihatnya.     

Dalam video itu terlihat sang pria paruh baya itu bersama ayah dari Annie sedang melakukan hal yang sangat membuat darah Davine terasa mendidih bukan main, ia tak menyangka bagaimana mungkin seorang ayah tega melakukan hal seperti itu pada anaknya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.