Another Part Of Me?

Part 3.47



Part 3.47

0Davine segera mengikuti Annie dan ayahnya itu, ia tampak sangat khawatir dengan apa yang telah ia lihat saat itu, bahkan setelah dua tahun berlalu, sang ayah masih saja terlihat memperlakukan anaknya itu dengan sangat kasar.     

Meninggalkan pantai itu, kini Annie dan ayahnya segera pergi entah ke mana, sedang Davine, lelaki itu hanya bisa terus mengikuti mereka dengan mobil sport mewah yang tengah ia kendarai, sedang Annie, wanita itu tampak pasrah dibonceng oleh pria brengsek itu.     

Mereka terus berjalan, tepat seperti dugaan Davine, pria brengsek itu tampaknya tak berniat menjemput Annie untuk segera pulang ke rumah mereka saat itu. Sampai pada sebuah rumah terbengkalai yang berada di daerah kota bagian timur laut, ayah dari Annie tampak menghentikan kendaraannya, sedangkan Annie, untuk ke sekian kalinya wanita itu hanya tampak pasrah mengikuti apa yang saat itu ayahnya perintahkan.     

Davine berusaha untuk tetap tidak terlalu kelihatan mencolok, ia menghentikan mobilnya tepat beberapa meter jauhnya dari tempat mereka berada saat itu. Davine masih berpikir keras untung apa sang ayah tampak membawa Annie ke sebuah rumah terbengkalai seperti itu. Apa sebenarnya yang pria itu inginkan, mengingat Pak Jason yang kini masih mendekam di dalam penjara untuk waktu beberapa tahun ke depan, lantas kepada siapa lagi pria brengsek itu akan membawa Annie, pikir Davine. Apakah kali ini pria berengsek itu akan melakukan hal yang pernah ia lakukan pada Annie bersama dengan rekannya dulu, namun kali ini hanya dengan seorang diri. Memikirkan hal itu saja sudah membuat darah di kepala Davine terasa mendidih begitu saja.     

Sang ayah dari Annie tampak menarik dan memaksa wanita itu untuk segera memasuki rumah terbengkalai itu, Annie yang menolak tentu saja segera kembali mendapatkan sebuah tamparan kasar di wajahnya. Jelas sekali terlihat jika wanita itu seolah sedang berada di situasi yang sangat serba salah. Di satu sisi ia terlihat sangat enggan untuk menuruti apa kemauan dari ayahnya itu namun di sisi lain, tampak ada sesuatu yang juga membuatnya harus secara mau tidak mau untuk menuruti segala kemauan dari pria tersebut.     

Annie terus saja menangis, terlihat wanita itu tampak memohon dan terus menggeleng-gelengkan kepalanya guna menolak apa yang diinginkan oleh ayahnya itu. Namun karena tempat yang saat itu memang sangatlah sepi, Annie seolah kembali tak dapat berbuat apa-apa. Beberapa kali sang ayah terlihat membentak kasar dan mencerca wanita itu dengan kata-kata yang sangat tidak pantas untuk dituturkan oleh seorang ayah pada anaknya.     

Dari kejauhan sanga ayah tampak menjambak dan menarik Annie untuk segera memasuki rumah terbengkalai itu, sedang Annie hanya bisa terus menangis menerima semua perlakuan kasar yang diberikan oleh pria berengsek itu. Davine yang melihat hal itu dengan segera turun dari mobilnya dan mulai mengendap untuk mendekati rumah terbengkalai yang mereka masuki. Firasat Davine memang sangatlah buruk akan hal itu, ia sudah menduga apa yang akan diperbuat oleh sang ayah terhadap Annie di dalam bangunan itu.     

Sampai pada pintu rumah terbengkalai itu, Davine tampak mencoba mengintip situasi sekitar, ia berusaha mencari keberadaan ayah dan anak itu, namun tampaknya mereka telah masuk lebih dalam ke salah satu ruangan yang terdapat di dalam rumah terbengkalai tersebut.     

Davine berjalan perlahan, ia tak ingin langkahnya terdengar oleh sang ayah saat itu, ia juga tak ingin Annie menyadari keberadaannya, karena ia yakin jika saja Annie tahu kenyataan jika dirinya sebenarnya telah mengetahui dengan keadaan seperti apa yang tengah wanita itu hadapi, tentu saja Annie akan semakin kehilangan muka dan tak akan pernah mau lagi untuk menemui atau berada di sisi lelaki itu. Hal itu sangat jelas, mengingat kata-kata yang dulu pernah Annie ucapkan di saat pertemuan terakhir mereka sebelum kepindahan Davine dari kota itu.     

Tak tampak seperti yang terlihat dari luar, Davine cukup di buat terkejut mendapati bagian dalam rumah terbengkalai itu yang bisa dikatakan terlihat tak begitu berantakan, walau jelas beberapa barang telah terlihat sangat berdebu dan berserakan di beberapa bagian rumah itu, namun setidaknya beberapa kamar yang terdapat di rumah itu masih terbilang sedikit layak untuk digunakan.     

Mendengar suara isak tangis yang berasal dari salah satu kamar yang berada di rumah itu, Davine segera menyadari jika kedua ayah dan anak itu pastilah tengah berada di kamar tersebut. Pintu kamar itu tampak tertutup, sedang pencahayaan di dalam tempat itu sangatlah minim.     

Isak tangis itu terus saja terdengar, jelas sekali Annie sedang sangat menderita saat itu. Hanya mendengar suara rintihan itu saja sudah cukup membuat hati Davine terasa begitu teriris.     

Davine mencoba meraih gagang pintu tempat di mana suara itu berasal, ia dengan perlahan dan sangat hati-hati segera membuka pintu tersebut. Davine tersentak bukan main, ia bukanya tidak menduga jika hal seperti itu yang memang akan sang ayah dari Annie itu lakukan, namun bagaimanapun melihat pemandangan itu secara langsung memang terasa benar-benar sangat menyakitkan bagi Davine. Ia bahkan berusaha untuk memalingkan wajahnya dari perbuatan biadab yang tengah sang ayah itu lakukan pada anaknya sendiri. Di balik celah pintu itu, Davine dapat melihat dengan sangat jelas apa yang tengah pria berengsek itu perbuat pada Annie. Saat itu lengan Annie tampak diikat olehnya pada kedua sisi ranjang yang terdapat di kamar itu, sedang sang pria berengsek itu terlihat sesekali terus saja menyiksa dan melakukan kegiatan itu dengan penuh nafsu. Sedangkan Annie, wanita itu tampak bergelimang air mata, mencoba menahan rasa sakit yang begitu dalam, bukan hanya yang terjadi pada fisiknya saja, namun juga batinnya. Bagaimana tidak, sang ayah yang notabenenya bertugas menjaga anak-anaknya, kini malah melakukan hal keji yang tampak bagaikan bintang itu.     

Davine dapat melihat dengan jelas apa yang sedang terjadi di dalam ruangan gelap yang hanya disinari oleh sebuah sinar redup dari flashlight smartphone milik sang ayah. Melihat hal itu Davine mulai meneteskan air matanya, ia tak dapat membayangkan apa yang saat itu tengah dirasakan oleh Annie, tentu wanita itu sangat menderita karenanya. Bagi Davine, Annie adalah wanita yang sangat tegar. Terbukti dari bagaimana wanita itu masih dapat terus bertahan dengan situasi yang mungkin saja terus ia alami selama beberapa tahun terakhir ini. Jika membayangkan bagaimana hari-hari yang telah Annie lalui selama ini, tentu saja membuat hati Davine kian begitu terasa hancur, Davine bahkan tanpa sadar meremas kasar dadanya saat itu. Ia tak dapat lagi menahan semua perasaan yang kini kian bercampur aduk di dalam hatinya, rasa benci, sedih, marah, seolah bertarung hebat di sana.     

Davine memejamkan matanya ketika melihat tangan kasar dari pria bajingan itu terus saja menampar wajah Annie. Ia tak dapat melihat hal itu secara terus menerus. Sedangkan sang ayah tampak sangat menikmati hal itu, ia bahkan terdengar tertawa terbahak di atas penderitaan yang ia berikan pada anaknya itu.     

Cukup lama kegiatan itu berlangsung, rasanya hampir 30 menit hingga akhirnya sang ayah mengakhiri aksi gila terhadap anaknya itu. Davine segera menutup kembali pintu kamar itu, ia tak mau jika keberadaannya diketahui oleh kedua orang itu.     

Dengan perlahan Davine melangkahkan kakinya dari tempat itu. Ia masih menyimpan sejuta perasaan yang saat itu bisa saja meledak kapan saja. Ia juga menyesali ke tidak tanggapannya dalam menyadari hal itu, andai saja ia sedikit lebih cepat dalam mengetahui perihal yang sedang terjadi pada sahabatnya itu, mungkin saja saat ini Annie tak perlu lagi terus menerima perlakuan keji itu dan menyimpannya sebagai beban yang harus ia tanggung seorang diri, pikirnya.     

Jika saja ia memiliki waktu lebih saat itu, mungkin saja ia juga dapat melenyapkan sang ayah dari kehidupan Annie, sama halnya seperti yang telah ia lakukan dua tahun yang lalu pada Pak Jason. Davine memaki kesal pada dirinya sendiri. Sedari awal ia memang telah merasa gagal untuk dapat melindungi sahabat miliknya satu-satunya itu.     

Davine telah kembali berada di dalam mobil sport miliknya, ia masih menunggu ayah dan anak itu untuk keluar dari rumah terbengkalai yang baru saja ia sambangi. Tangannya menggenggam keras setir mobil miliknya, Davine, lelaki itu tampak dengan sekuat tenaga menahan luapan emosi yang saat itu sedang meledak-ledak di dalam dirinya.     

Tak berselang lama, kini kedua ayah dan anak itu tampak keluar dari rumah terbengkalai itu. Annie terlihat beberapa kali mencoba menyapu air mata yang mengalir di pipinya, namun semakin ia mengusapnya semakin pula air mata itu terus mengalir dengan sangat hebat. Sang ayah yang mulai kesal melihat hal itu segera membentak Annie, ia bahkan terlihat menendang wanita itu hingga membuatnya jatuh tersungkur.     

"Pria biadab!" maki Davine yang menyaksikan hal itu. Ia terus saja memukul setir mobilnya guna melampiaskan kekesalan yang ia rasakan.     

"Kau akan menerima akibatnya, aku bersumpah, kau pasti akan menerima akibatnya!" gumam Davine, matanya berubah tajam saat itu.     

Davine terus mengikuti Annie dan ayahnya itu dari jarak yang cukup aman, ia sebisa mungkin membuat agar ia tak dicurigai oleh kedua orang itu. Kali ini rute yang diambil oleh sang ayah tampak benar, sepertinya kali ini mereka akan benar-benar pulang ke rumah mereka.     

Tepat beberapa meter sebelum mereka sampai ke rumah itu, mereka kembali berhenti di salah satu ruas jalan. Saat itu sang ayah memberikan waktu untuk Annie agar dapat sedikit memperbaiki penampilannya, Annie juga tampak menambahkan sedikit riasan untuk menutupi bekas tamparan yang kian memerah di pipinya. Jelas sang ayah tidak ingin ada satu orang pun dari keluarga mereka yang tahu akan apa yang telah ia perbuat pada anaknya itu.     

Sesampainya di rumah, mereka segera di sambut oleh keluarga mereka, saat itu Annie dan ayahnya berlagak seolah tidak terjadi apa pun di antara mereka. Jika dilihat sekilas mereka bahkan tampak seperti sebuah keluarga yang sangat harmonis, namun tak seperti kelihatannya, ada seorang anak yang saat itu menanggung sebuah rasa sakit yang begitu besar di tengah keluarga kecil itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.