Another Part Of Me?

Part 3.54



Part 3.54

0Beberapa hari belakangan Lissa tampak tak seperti biasa, entah mengapa Davine merasa jika ada sesuatu yang membuat wanita itu merasa tidak nyaman. Davine juga kerap mendapati tangan Lissa seolah bergetar ketika ia sedang memegang pisau dapur saat wanita itu tengah mengolah makanan, tentu itu bukan hal normal bagi Davine, mengingat selama ini ia kerap kali membantu Lissa dalam mengerjakan pekerjaannya itu.     

Dalam beberapa hari terakhir ini Lissa juga terlihat kerap pulang dan pergi dari hutan itu, entah apa keperluan wanita itu, Davine merasa sedikit sungkan untuk menanyakannya. Namun tak seperti biasa, Lissa biasanya hanya akan meninggalkan hutan itu sekitar seminggu sekali. Tentu Davine sudah hafal benar akan hal itu.     

Kekhawatiran Davine tak lagi bisa terbendung, kini telah dua hari lamanya Lissa bahkan tak pulang ke pondok itu. Wanita itu juga tidak pernah mengatakan ke mana ia akan pergi, dan urusan apa pula yang tengah ia kerjakan dalam beberapa waktu belakangan ini. Hal itu tentunya membuat Davine sedikit banyak menjadi kian bertanya-tanya tentang apa yang tengah wanita itu lakukan.     

Sekali waktu Davine pernah mendapati Lissa yang sedang menulis sebuah jurnal, entah apa isi dari jurnal tersebut, namun Lissa tampak berusaha menyembunyikan hal itu dari Davine. Terbukti ketika ia mencoba mendekati Lissa yang tengah sibuk dengan jurnal miliknya, wanita itu dengan segera menutup dan menyembunyikannya ketika Davine datang untuk menghampiri. Hal itu semakin membuat Davine bertanya-tanya, apa sebenarnya yang tengah wanita itu kerjakan.     

Davine yang sangat penasaran dengan jurnal yang ditulis Lissa itu berusaha untuk mencari di mana Lissa menyimpan jurnal tersebut. Namun sayangnya ia tak menemukan di mana letak jurnal itu Lissa simpan. Jika dipikirkan lagi, rasanya tidak sulit untuk menemukan benda itu di tengah pondok yang terbilang kecil itu. Lain halnya jika Lissa memang dengan sengaja menyembunyikan benda itu di suatu tempat yang sangat tersembunyi.     

Davine bukanlah tipe lelaki yang suka mencampuri urusan orang lain, namun rasa penasarannya yang begitu besar memaksanya untuk melakukan hal itu, dengan melihat isi dari jurnal itu mungkin saja ia bisa tahu apa yang tengah Lissa kerjakan dalam beberapa waktu belakangan in, pikirnya.     

Memanfaatkan kepergian Lissa, Davine mencoba untuk menemukan jurnal itu. Namun sial, setelah mencoba mencarinya ke setiap sudut pondok itu, ia tak jua menemukannya. Bahkan jurnal itu juga tak berada di kotak kayu tempat Davine menemukan beberapa buku milik Lissa sebelumnya. Dengan begitu, kini jelas tersirat jika isi dari jurnal itu sanggatlah penting, yang membuat Lissa harus menyembunyikan benda itu degan sangat teliti, mungkin Lissa tidak ingin ada seorang pun yang membaca jurnal miliknya itu, pikir Davine.     

Sedari awal Davine memang tengah menaruh kecurigaannya pada Lissa, jika dipikirkan lagi, bagaimanapun rasanya sangat tidak masuk akal jika seorang wanita sepertinya memilih tinggal di sebuah hutan seperti itu, apa Lissa memang berusaha menghindari sesuatu sama sepertinya. Mengapa wanita itu memilih mengasingkan diri di dalam hutan itu seorang diri, tentu alasan yang wanita itu berikan rasanya tidak cukup untuk membuat Davine mempercayainya. Siapa sebenarnya wanita itu? Apa yang membuatnya memilih mengasingkan diri di hutan tersebut, dan apa pula yang tengah ia kerjakan dalam beberapa hari belakangan ini masih menjadi tanda tanya yang sangat besar bagi Davine.     

******     

Suatu pagi Davine dibangunkan oleh sebuah suara langkah kaki yang memasuki pondok itu, langkah kaki itu terdengar sangat tergesa-gesa, jelas ada sebuah kepanikan tersirat di dalamnya. Davine yang mendapati hal itu segera keluar dari kamar yang berada di pondok itu untuk mengecek apa yang sebenarnya telah terjadi. Betapa terkejutnya lelaki itu mendapati darah yang tercecer di beberapa bagian lantai pondok tersebut.     

Merasa panik, Davine segera memanggil Lissa secara berulang kali, ia khawatir jika itu adalah darah milik wanita itu. Tak mendapatkan jawaban, Davine segera mengikuti jejak dari darah yang tercecer di lantai pondok itu. Benar saja ia mendapati Lissa sedang berada di dapur pondok itu dengan sejumlah darah yang tercetak pada baju yang wanita itu kenakan. Tampaknya perut wanita itu sedang terluka cukup parah.     

Davine yang melihat hal itu seketika merasa panik di buatnya, ia segera menghampiri Lissa yang saat itu terlihat sedang membasuh luka yang ia derita dengan sejumlah air. Tampaknya itu adalah luka dari serangan benda tajam.     

Saat itu Lissa sudah lengkap dengan peralatan medis yang ia miliki, setelah memberikan sejumlah antiseptik pada luka yang bersarang di perutnya itu, kini wanita itu tampak akan segera melakukan jahitan guna menutup luka terbuka yang ia derita saat itu.     

Davine yang belum sempat menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi kembali dikagetkan dengan suara berisik yang terdengar dari luar pondok itu. Tak berpikir panjang Davine segera keluar untuk mengecek sumber suara yang baru saja ia dengan, bisa saja sumber suara itulah yang menjadi penyebab luka yang saat ini Lissa derita.     

Davine tengah bersiap dengan handgun yang berada di tangannya. Hal itu untuk berjaga-jaga kalau saja ada seorang penyerang yang bisa saja membahayakan nyawanya saat itu.     

Sampai di luar pondok, Davine mendapati sebuah gerakan pada suatu semak yang berada tidak jauh dari pondok mereka. Tentu saja lelaki itu tak mensia-siakan hal itu dan segera berusaha berlari ke arah sumber suara tersebut. Ia tak akan membiarkan sesuatu yang berada di balik semak tersebut menghilang begitu saja. Tentu ia juga sudah sangat murka melihat luka yang Lissa terima saat itu. Ia tak akan membiarkan apa pun yang berada di balik semak itu melarikan diri begitu saja, entah itu hewan buas ataupun manusia, bagi Davine mereka harus menerima akibat dari apa yang telah ia lakukan pada Lissa.     

Davine menerobos kasar semak itu, saat itu ia masih mendapati suara yang berada di balik semak itu, walau kini sumber suara itu terdengar mulai menjauh, Davine juga mendapati beberapa gerakan yang terlihat menggetarkan beberapa semak lainya yang terdapat di hutan itu. Tampaknya sesuatu yang menjadi sumber suara itu tengah berusaha melarikan diri dari tempat itu. Davine yang sudah sangat kesal, terus berlari mengikuti sumber suara tersebut, walau sampai saat itu ia masih belum bisa melihat apa yang ada di balik sumber suara yang semakin lama terdengar semakin meninggalkannya itu.     

Davine memaki kesal, ia tahu jika saat itu ia tidak akan dapat mengejar sesuatu yang di balik sumber suara itu, medan hutan yang sangat sukar dilalui itu cukup menghambat pergerakannya. Mengingat keadaan yang saat itu tengah Lissa alami, Davine akhirnya memutuskan untuk kembali ke pondok mereka, ia lebih menghawatirkan bagaimana keadaan Lissa saat itu.     

Kembali ke pondok, Lissa tampaknya telah selesai dengan pengobatan dirinya sendiri, kini wanita itu terkulai lemah, tampaknya ia cukup kehabisan banyak darah sebab luka terbuka yang di deritanya saat itu. Davine segera mengangkat wanita itu dengan sangat perlahan, dan segera merebahkan tubuh wanita itu di atas kasur. Lissa tampak tak bisa banyak berbicara, mata wanita itu terlihat sayu, kondisinya sangat lemah kala itu.     

Davine yang tidak begitu tahu akan apa yang harus ia lakukan saat itu hanya bisa menatap wanita itu penuh dengan kekhawatiran. Ia tak langsung menanyakan sebab sebenarnya dari luka yang wanita itu terima. Ia lebih memilih untuk memberikan waktu bagi Lissa untuk beristirahat.     

Lissa saat itu masih terlihat sangat syok, wajah wanita itu pucat, sedang keringat dingin bercucuran di beberapa bagian tubuhnya. Davine menatapi lekat setiap tubuh dari wanita itu, ia hanya ingin memastikan jika tidak ada luka lain yang diderita oleh Lissa saat itu.     

Beberapa waktu berlalu, Davine tampak hanya diam dan masih tak dapat berkata apa pun saat itu, lelaki itu hanya menundukkan kepalnya, ia tak tahu harus menyikapi situasi itu seperti apa, ia takut jika saat itu Lissa sedang terlibat akan sesuatu yang berbahaya.     

Tangis Lissa pecah begitu saja, entah rasa sakit karena luka yang diterimanya, atau ada hal lain yang membuat wanita itu tiba-tiba saja menangis kala itu. Lissa tampak memalingkan wajahnya dari Davine, sedang air mata dari wanita itu terus saja mengalir dengan derasnya.     

Davine membelai lembut rambut wanita itu, ia berusaha sedikit menenangkannya, namun bukanya berhenti, tangis wanita itu malah semakin bertambah jadi. Entah mengapa saat itu Lissa seolah sedang menumpahkan segala beban yang sedang ia tanggung lewat air mata itu.     

"Apa yang sebenarnya telah terjadi?" tanya Davine lembut pada wanita itu.     

Namun Lissa tampak masih enggan untuk menjawab pertanyaan Davine saat itu. Ia hanya terus menangis tersedu, sedang Davine masih mencoba memahami apa yang Lissa rasakan saat itu. Lelaki itu masih menunggu tangis dari wanita itu mereda. Cukup lama sampai akhirnya Lissa mulai mengatakan sesuatu.     

"Aku tak ingin melakukannya lagi!" ujar wanita itu lirih, suaranya tampak bergetar.     

Mendengar hal itu Davine segera mengerutkan keningnya, ia masih tidak mengerti dengan apa yang Lissa bicarakan saat itu.     

"Aku tak ingin kejadian itu terulang kembali!" ujar Lissa lagi.     

"Mereka tak pantas untuk diperlakukan seperti itu!" tambahnya, sebelum akhirnya tangis wanita itu kembali pecah.     

Tampaknya Davine masih tak dapat mencerna apa yang saat itu tengah Lissa bicarakan, namun ia juga tak dapat memaksa agar Lissa menjelaskannya saat itu. Mental wanita itu tampak sedang terguncang, Davine tak ingin menambah beban yang tengah dirasakan oleh wanita itu.     

"Semua akan baik-baik saja!" ujar Davine, lelaki itu masih mencoba menenangkan Lissa yang masih saja terus menangis.     

"Percayalah!" tambahnya lagi. Ia membelai lembut rambut wanita itu.     

Beberapa saat berlalu, kini akhirnya Lissa tertidur dengan sangat pulas, sedang Davine masih terus berada di samping wanita itu untuk menjaganya. Kini semakin banyak pertanyaan yang berenang di otaknya. Ia masih berusaha untuk memahami semua perkataan yang baru saja Lissa ucapkan saat itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.