Another Part Of Me?

Part 3.56



Part 3.56

0Siska hampir merasa gila, sudah beberapa hari ini rasanya ia terus saja bertemu Kevin tanpa disengaja, membuatnya berpikir jika mungkin saja itu bukan sebuah kebetulan biasa semata. Entah mengapa lelaki selalu saja seolah berada di tempat yang tepat di waktu yang tepat pula, membuat Siska mau tidak mau harus dengan setengah hati meladeni lelaki tersebut.     

Jam menunjukkan pukul 14.00 p.m. saat itu Siska baru saja selesai dengan kelas terakhirnya. Ia tak berniat langsung pulang ke rumahnya siang itu, ada sesuatu hal yang harus ia buktikan sendiri mengenai Kevin, apakah hari ini ia akan tanpa sengaja kembali bertemu dengan lelaki itu lagi.     

Sebenarnya saat itu Siska tidak memiliki tempat tujuan pasti yang akan ia datangi, ia hanya berusaha berjalan ke mana langkahnya akan membawanya, ia bahkan tak benar-benar menentukan tujuannya.     

Awalnya Siska telah mencoba memberikan kesempatan pada lelaki itu, ia pikir tidak ada salahnya jika ia hanya sebatas berteman dengan lelaki tersebut. Namun semakin hari ia merasa semakin mendapati kejanggalan dari sikap lelaki itu. Sebenarnya Kevin adalah lelaki yang baik, ia ramah, dan tampak sangat mudah bergaul. Namun ada sesuatu yang membuat Siska menaruh curiga pada lelaki itu, kenyataan jika ia selalu saja bertemu dengan tanpa sengaja di setiap harinya membuat wanita itu mulai merasa bertanya-tanya, apakah benar itu adalah sebuah kebetulan semata. Namun jika dipikirkan lagi, rasanya cukup aneh jika hal itu terjadi hampir di setiap hari, pikirnya.     

Lelah berjalan tanpa tujuan, Siska akhirnya memutuskan untuk mengunjungi sebuah pantai yang terdapat di timur kota itu, pantai itu adalah tempat di mana mayat Annie ditemukan beberapa bulan yang lalu.     

Pikiran Siska melayang pada sosok Davine, ia masih sangat mengkhawatirkan mantan kekasihnya itu. Ia bahkan tak tahu di mana keberadaan lelaki malang itu sekarang, hatinya hancur jika mengingat apa yang mungkin saja sedang lelaki itu hadapi saat ini.     

Siska melangkahkan kakinya setapak demi setapak di bibir pantai itu, sedang ombak sesekali menghempas kakinya. Tak banyak pengunjung di pantai itu, karena pada dasarnya tempat itu memang tidak terlalu populer di kalangan warga kota. Kaum milenial memang lebih tertarik dan memilih untuk pergi ke tempat-tempat yang cukup modern untuk menghabiskan waktunya.     

Sekali waktu Davine pernah mengajaknya ke pantai itu dulu. Tak banyak yang mereka lakukan, hanya sebatas berjalan dan saling bergandengan tangan menyusuri bibir pantai, namun saat itu terasa indah sekali. Tempat yang tepat bersama orang yang tepat, tentu itu menjadi faktor utama apa yang dirasakannya saat itu.     

Siska dikagetkan dengan sebuah jepretan kamera dari seseorang yang ditujukan padanya. Tampaknya ada seseorang yang dengan sengaja mengambil gambar dirinya yang sedang berjalan di pinggir pantai itu seorang diri.     

Siska segera berusaha mencari sumber suara yang ia rasa berasal dari arah belakangnya saat itu. Benar saja, Kevin kembali muncul di hadapannya. Siska tak habis pikir mengapa hal seperti itu bisa kembali terjadi, ia bahkan tak pernah sekalipun memberitahukan di mana keberadaannya pada lelaki itu.     

"Kevin?" Siska mengerutkan keningnya.     

"Bagaimana bisa kau berada di tempat ini?" ujar wanita itu.     

Namun seperti biasa, Kevin selalu berkelit jika hal itu hanyalah kebetulan semata, ia mengatakan jika dirinya memang hanya sedang ada pekerjaan di tempat itu. Tentu saja Siska yang sudah sangat enek dengan alasan semacam itu makin dibuatnya habis kesabaran.     

Namun sekali lagi, lelaki itu tampak tak terlalu memedulikannya, ia bahkan terus saja mengambil foto demi foto wanita itu dengan kameranya. Merasa telah sampai pada batasnya, Siska segera meraih kamera milik Kevin dan membantingnya dengan sangat kasar.     

Tentu saja Kevin yang menerima perlakuan itu dibuat kaget bukan kepalang. Ia tak mengerti mengapa saat itu Siska tampak sangat marah dan meledak-ledak padanya seperti itu.     

"Astaga, apa yang kau lakukan?" Kevin segera memungut kamera miliknya yang baru saja dihempaskan oleh wanita itu. Ia tampak memeriksa keadaannya benda tersebut, untungnya kamera itu masih tampak baik-baik saja.     

"Tak usah pura-pura tidak tahu. Kau sengaja mengikutiku kan!" bentak Siska, ia masih berada di puncak emosinya saat itu.     

"Apa maksudmu?" tanya Kevin, ia tampak tidak mengerti dengan apa yang tengah wanita itu bicarakan.     

Siska yang sudah merasa sangat muak segera berbalik dan berusaha meninggalkan lelaki itu, ia juga sempat mengatakan jika ia tak ingin bertemu dengan lelaki itu lagi.     

Mendengar hal itu, Kevin segera meraih lengan wanita itu, ia masih tidak mengerti akan sikap yang ditunjukkan Siska saat itu.     

"Hey, tunggu dulu, apa yang salah dariku?" tanya Kevin, tentu saja ia tak bisa hanya tinggal diam menerima perlakuan dari wanita itu. Tentu saja lelaki itu butuh penjelasan.     

"Astaga, mau sampai kapan kau berpura-pura bodoh seperti itu!" cela Siska, ia berusaha melepaskan genggaman tangan lelaki itu dari lengannya.     

"Ini hanya sebuah kebetulan, aku memang memiliki sebuah pekerjaan di tempat ini. Jika kau tak percaya, kau bisa melihat ini!" Kevin segera menunjukkan beberapa pekerjaan yang baru saja ia selesaikan di tempat itu.     

"Mengapa kau bisa berpikiran sepihak seperti itu padaku?" tambah lelaki itu. Sorot matanya penuh dengan kekecewaan.     

Melihat semua bukti hasil pekerjaan dari lelaki itu, kini Siska menjadi merasa sedikit bersalah. Bisa saja apa yang dikatakan lelaki itu adalah benar, dengan adanya bukti hasil pekerjaan yang lelaki itu lakukan, membuat Siska kembali berpikir ulang atas dugaan yang ia berikan pada Kevin saat itu.     

Kevin hanya berdiam diri, lelaki itu masih menunggu bagaimana sikap yang akan diberikan Siska selanjutnya, ia benar-benar sedikit merasa disudutkan tanpa ada alasan yang jelas.     

"Baiklah, aku mengerti. Mungkin aku hanya salah menduganya!" ujar Siska, tampaknya wanita itu masih sedikit menyimpan curiga pada lelaki itu.     

"Lalu?" sambut Kevin, lelaki itu tampak menunggu sesuatu yang seharusnya Siska ucapkan dalam keadaan itu.     

"Ya, Aku minta maaf!" ujar Siska, wajahnya sedikit merona karena rasa malu yang ia rasakan saat itu. Ia bahkan tanpa berpikir panjang telah melakukan hal yang tentu saja tak menyenangkan terhadap lelaki itu.     

Namun tampaknya Kevin sudah cukup puas dengan permintaan maaf itu, ia mengatakan jika ia akan melupakan kejadian itu. Kevin juga mengatakan jika sebaiknya wanita itu tidak berpikiran terlalu jauh tentang dirinya, semua pertemuan yang terjadi pada mereka tentu saja hanya kebetulan semata. Tentu ia tidak ada sedikit pun niatan seperti apa yang telah diduga oleh wanita itu.     

"Jadi, apa kau percaya jika ini hanyalah sebuah kebetulan?" tanya Kevin kembali memastikan.     

Siska hanya bisa mengangguk lemas saat itu, tentu saja ia tak dapat membantah hal itu tanpa memiliki sebuah bukti yang valid.     

"Itu bagus, apa kita masih bisa berteman seperti biasanya?" tanya lelaki itu lagi.     

Sekali lagi Siska hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Ia juga sedikit merasa tidak enak hati sebab perlakuan yang baru saja ia berikan pada lelaki itu.     

"Untuk kamera milikmu, aku sangat meminta maaf dari hatiku yang paling dalam, jika ada kerusakan karena ulahku barusan, aku juga siap untuk mengganti ruginya," ujar Siska, ia masih saja menundukkan kepalanya, rasanya kini berbalik ia yang tersudut dalam situasi itu.     

Namun Kevin segera meraih dagu wanita itu dan segera menengadahkannya. Ia tak ingin Siska terus bersikap sepeti itu padanya. Ia juga menegaskan jika ia tak merasa sakit hati atas sikap yang baru saja wanita itu berikan padanya, ia sedikit banyaknya dapat memahami alasan mengapa Siska sampai berpikiran seperti itu, ia sendiri pun rasanya sangat bingung mengapa mereka selalu saja bertemu tanpa sengaja di suatu tempat seperti itu.     

"Tak usah kau pikirkan, benda ini tampaknya baik-baik saja!" jawab Kevin, lelaki itu tampak sibuk membersihkan beberapa pasir pantai yang menempel di kamera miliknya itu.     

Pada akhirnya situasi di antara mereka kembali berjalan seperti semula, Kevin membuat seolah-olah kejadian itu bahkan tak pernah terjadi di antara mereka, tampaknya ia lelaki yang cukup dewasa, pikir Siska.     

Tak terasa waktu berlalu begitu saja, mereka telah menghabiskan beberapa jam untuk sekedar bercerita satu sama lain, walau nyatanya kebanyakan dari percakapan itu berasal dari Kevin, lelaki itu bahkan hampir seperti berbicara satu arah, sedang Siska, wanita itu tampak hanya mendengarkan dan sedikit berkomentar saja.     

Saat itu Kevin kembali menawarkan dirinya untuk mengantar Siska pulang ke rumahnya, sebenarnya Siska enggan untuk menerima tawaran itu, namun mengingat apa yang telah ia lakukan pada lelaki itu, ia menjadi tak enak hati untuk menolak tawaran tersebut.     

Di perjalanan pun tampaknya Siska tak banyak berbicara, ia hanya diam dan sesekali menanggapi apa yang tengah Kevin bicarakan di tengah perjalanan pulang mereka saat itu. Tampaknya Kevin sangat tertarik pada Siska, terbukti dari sikap manis yang selalu ia tunjukan pada wanita itu, bahkan setelah ia mendapat perlakuan yang sedikit kasar darinya beberapa saat yang lalu.     

"Mengapa kau sangat baik padaku?" tanya Siska, kini ia sedikit merasa penasaran dengan lelaki itu.     

"Apa itu salah?" jawab Kevin, lelaki itu balik bertanya.     

"Tentu saka tidak, hanya saja aku merasa kau terlalu baik sebagai seorang lelaki!" tukas Siska.     

"Untuk hal itu, aku juga tak mengerti!" jawab Kevin. Lelaki itu tampak melihat ke arah Siska lewat salah satu kaca spion scooter matic yang sedang ia kendarai.     

"Mungkin aku tertarik padamu!" tambah lelaki itu.     

Perkataan itu seketika membuat percakapan itu terhenti. Siska tidak tahu harus menanggapi hal itu seperti apa, sedang ia masih tak bisa melupakan mantan kekasihnya sampai saat itu. Kevin pun begitu, ia juga tak lagi mengatakan apa pun setelahnya, ia tahu jika respons yang diberikan Siska padanya saat itu memanglah kurang baik. Saat itu ia berharap Siska mengatakan sesuatu yang bisa terus mendorongnya untuk melakukan pendekatan yang lebih lagi terhadap wanita itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.