Another Part Of Me?

Part 3.57



Part 3.57

0Siska mengacak kasar rambutnya, wanita itu benar-benar tidak tahu harus menyikapi Kevin seperti apa. Ia bukannya tak mau jika harus berteman dengan lelaki itu, namun di satu sisi tentu ia juga tidak ingin memberikan sebuah pengharapan padanya.     

Bagi Siska, Kevin tergolong sangat gigih, ia juga tak mengerti apa yang membuat lelaki itu kian tertarik padanya. Setelah bersikap dingin pun, entah mengapa lelaki itu seolah semakin gencar untuk mendekatinya.     

Siska merogoh tas miliknya yang selalu ia bawa, wanita itu sedang mencari tisu wajah yang seingatnya ia letakan di dalam sana guna membersihkan make up tipis yang ia kenakan saat itu. Karena merasa cukup enggan, wanita itu hanya merogoh tas itu tanpa melihat isi di dalamnya, hingga ia merasa dikagetkan saat jari-jemarinya menyentuh sebuah benda asing yang seharusnya tidak berada di tempat itu.     

Siska menarik keluar benda kecil itu, ia tampak bingung dengan benda apa yang tengah di pegangnya saat itu.     

"Benda apa ini?" gumam wanita itu, ia terlihat memperhatikan setiap sudut dari benda tersebut. Rasanya ia tak pernah merasa memiliki benda seperti itu sebelumnya.     

Benda itu berbentuk bulat dan terlihat sangat asing di matanya. Tentu saja Siska tidak mengerti dengan apa fungsi dari benda tersebut. Namun setelah ia ingat-ingat benda itu sangat tampak seperti sebuah alat pelacak yang biasa digunakan dalam film-film yang bertema penyelidikan dan kasus kriminal.     

"Astaga apa ini sebuah alat pelacak?" gumamnya lagi.     

Namun jika itu benar, lantas siapa yang dengan sengaja menaruh benda itu di dalam tas miliknya, pikir Siska.     

Wanita itu benar-benar tak habis pikir dibuatnya, entah apa maksud dan tujuan seseorang yang dengan sengaja meletakan benda seperti itu di dalam tasnya, tentu saja hal itu sangat mengganggu privasi yang ia miliki. Namun jika dugaannya benar, maka tidak ada orang lain yang seharusnya sudah sangat akrab dengan benda seperti itu.     

Siska segera memaki kesal.     

"Hanna, aku tahu ini pasti perbuatanmu!" wanita itu segera naik darah dibuatnya.     

Siska yang sudah sangat kesal segera melesat dengan sangat cepat menuju kamar milik Hanna, ia bahkan mengentak-entakkan kakinya guna melampiaskan kemarahannya saat itu.     

Tanpa mengetuk pintu lagi, wanita itu segera masuk dan melabrak kakak sepupunya itu.     

"Hanna, aku tahu ini pasti perbuatanmu!" Siska segera melabrak dan melempar benda kecil itu pada Hanna. Sedang kan Hanna, tentu saja lelaki itu dibuat kaget bukan kepalang dengan kedatangan Siska yang disertai penuh amarah seperti itu.     

Melihat benda kecil yang adik sepupunya itu lemparkan padanya, membuatnya tak dapat berkata apa pun saat itu. Memang benar ialah orang yang dengan sengaja menyisipkan benda itu di antara barang-barang milik Siska yang berada di tasnya.     

"Sekarang katakan benda apa itu?" tanya Siska, wajahnya bahkan tampak memerah.     

Hanna menarik nafasnya panjang, ia tahu hal yang telah ia perbuat pada adik sepupunya itu adalah salah. Namun di satu sisi ia melakukan hal itu dengan tujuan baik seperti untuk berjaga-jaga jika saja terjadi sesuatu pada wanita itu.     

"Baiklah, aku akui jika benda itu milikku!" jawab Hanna, namun ia segera menjelaskan apa maksud di balik perbuatan yang ia lakukan secara diam-diam pada adik sepupunya itu.     

"Itu adalah GPS tracker. Yah mungkin kau juga tahu apa fungsi dari benda itu!" ujar Hanna.     

"Itu berguna agar aku bisa segera mengetahui titik lokasimu, jika saja terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Itu saja!" jelas Hanna.     

"Kau tahu sendiri bagaimana keadaan kota saat ini, aku tidak ingin terjadi hal yang buruk padamu!" tambahnya lagi.     

Siska menghembuskan nafasnya panjang, kali ini giliran dia yang melakukan hal itu. Ia berusaha untuk sedikit meredakan emosi yang tengah ia rasakan saat itu.     

"Kau tahu, hal ini tentu saja mengusik privasi yang aku miliki!" tukas Siska.     

"Ya, aku tahu, itulah sebabnya aku meletakan benda itu secara diam-diam di dalam tas milikmu," jawab Hanna.     

"Baiklah, aku mengaku salah. Namun kau juga harus mengerti akan niat yang berada di balik tindakanku itu!" tambah kakak sepupunya itu.     

Siska kembali mengacak kasar rambutnya, tak bisa dipungkiri jika apa yang Hanna katakan itu tentu ada benarnya, namun ia juga tidak bisa membiarkan lelaki itu mengusik privasi miliknya sepeti itu.     

Setelah berhasil meredakan emosinya, Siska akhirnya memilih menyudahi masalah itu, sedikit banyaknya ia juga dapat mengerti akan kekhawatiran kakak sepupunya itu terhadap dirinya.     

"Pastikan kau tidak melakukan hal seperti itu lagi. Aku bisa menjaga diriku sendiri!" tukas wanita itu.     

Hanna tampak mengangguk, ia paham benar bagaimana perasaan adik sepupunya itu. Bukan hanya Siska, setiap orang pun rasanya akan sangat kesal jika mendapati beda seperti itu tanpa mereka ketahui terselip di antara barang-barang mereka, pikir Hanna.     

******     

Siska membereskan beberapa materi kuliah yang berserakan di meja kuliahnya saat itu, sedang kelas baru saja selesai. Siksa di buat tak habis pikir, bagaimana tidak, ia kembali mendapati sebuah GPS tracker yang terselip di salah satu buku materi kuliah miliknya. Bagaimana bisa ia kembali menemukan benda itu, walau tampak berbeda seperti apa yang baru saja ia temukan semalam, jelas benda itu adalah sebuah alat pelacak yang sama fungsinya dengan apa yang semalam ia temukan di dalam tasnya itu.     

"Astaga, Hanna ...!" keluh wanita itu, kesal.     

Ia segera mengambil smartphone miliknya, saat itu Siska berencana segera menghubungi kakak sepupunya itu untuk kembali menanyakan hal tersebut. Namun seketika ia teringat akan sesuatu. Menurut keterangan yang Hanna berikan semalam, kakak sepupunya itu bersumpah, jika itu adalah satu-satunya barang yang ia letakan secara diam-diam pada tas milik Siska. Di satu sisi Siska juga tahu, jika Hanna bukankah lelaki yang tidak dapat di pegang omongannya, dan jika dipikirkan lagi, apa gunanya menaruh dua alat pelacak di satu tempat yang sama, pikir Siska. Tentu itu adalah hal bodoh yang tak mungkin dilakukan orang seperti Hanna. Lantas siapa yang menaruh benda yang baru saja ia dapatkan itu di dalam tasnya.     

Seketika itu juga pikirannya tertuju pada Kevin. Jika dipikirkan lagi bagaimana lelaki itu seolah selalu bisa mengetahui titik lokasi dari dirinya, apa benar itu sebuah kebetulan semata seperti yang lelaki itu selalu katakan. Sedari awal Siska memang sudah menaruh curiga pada Kevin. Bagaimana tidak, mereka hampir setiap hari tanpa sengaja bertemu bahkan di tempat dan waktu yang berbeda. Mengalami hal seperti itu, wajar baginya jika ia merasa atau menaruh curiga pada lelaki itu.     

Siska menggenggam erat GPS tracker itu, ingin rasanya segera menghempas dan menginjak-injak barang tersebut, namun ia tak segera melakukannya, ia harus membuktikan jika barang itu memanglah milik Kevin. Ia tak akan memaafkan lelaki itu jika saja hal itu bisa ia buktikan.     

Siska segera membuat janji temu bersama lelaki itu, namun ada sebuah rencana yang ingin wanita itu lakukan guna menegaskan jika Kevin memang benar sang pemilik dari GPS tracker itu.     

Siska segera menghubungi Kevin, mendapat sebuah ajakan bertemu seperti itu, tentu membuat lelaki itu sangat antusias, namun di saat itulah Siska melakukan rencananya. Wanita itu hanya memberikan kapan waktu janji temu itu akan mereka lakukan, Siska dengan sengaja tak memberitahukan tempatnya, ia sebisa mungkin membuat Kevin tak menyadari hal itu dengan permainan kata yang ia buat dengan sangat baik.     

"Aku tak sabar untuk bertemu!" ujar Siska lewat panggilan di smartphone miliknya itu.     

Sesuai dugaan, Kevin yang tampaknya telah terbawa suasana, sepertinya tidak menyadari jika di dalam percakapan itu, Siska tidak sekalipun menyebutkan di mana letak pertemuan mereka akan berlangsung.     

"Baiklah, aku juga sangat tidak sabar untuk bertemu denganmu!" jawab Kevin. Lelaki itu terdengar tampak sumringah.     

Sesuai janji yang telah mereka buat, tepat pukul 14.30 Siska menunggu di sebuah cafe yang ia pilih dengan sangat acak kala itu. Ia tak berharap jika saat itu Kevin dapat menemukan keberadaannya, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia juga tak ingin berprasangka buruk seperti itu pada orang lain. Namun hal yang baru saja ia temukan itu rasanya sudah sangat keterlaluan. Tentu ada orang lain selain Hanna yang berusaha mencoba memantau pergerakannya saat itu. Untuk kasus Hanna, ia masih bisa memaklumi mengapa kakak sepupunya itu melakukan hal demikian, lagi pula lelaki itu juga bukan orang asing baginya. Namun untuk yang satu ini, rasanya Siska telah benar-benar habis kesabaran. Sangat picik dan tidak sopan rasanya jika ada orang lain yang dengan sengaja mencoba terus memantau pergerakannya seperti itu. Hal itu juga sedikit membuat wanita itu merinding.     

15 menit berlalu, tampaknya Kevin tak jua kunjung datang, membuat Siska kembali berpikir ulang jika hal itu bukankah perbuatan lelaki itu. Namun baru sesaat ia hendak melangkahkan kaki untuk keluar dari cafe itu, tiba-tiba saja Kevin datang untuk memenuhi janji temu yang telah mereka buat. Siska yang melihat kedatangan lelaki itu berusaha sekuat mungkin menahan segala amarahnya, kini ia tahu jika pasti lelaki itulah yang dengan sengaja menaruh sebuah GPS tracker di dalam tas miliknya, terbukti dengan bagaimana lelaki itu dapat menemukan keberadaan Siska di tempat itu, walau Siska sendiri tidak pernah sekalipun memberitahu Kevin tentang letak tempat di mana mereka akan bertemu.     

Siska memutuskan kembali duduk di meja yang sedari tadi telah ia pesan. Wanita itu masih terus saja berusaha sekuat tenaga untuk menahan kekesalannya saat itu. Ia tak ingin melakukan hal buruk seperti apa yang sempat ia perbuat pada Kevin kemarin.     

"Maaf aku sedikit terlambat, jalanan cukup macet hari ini!" ujar Kevin, nafas lelaki itu masih tampak tak beraturan.     

Siska segera menyambut kedatangan lelaki itu, ia bahkan segera menyodorkan sebotol air mineral yang telah ia pesan sebelumnya. Ia tak serta merta langsung melabrak lelaki itu. Wanita itu sedikit memberikan waktu agar lelaki itu tampak sedikit lebih tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.