Another Part Of Me?

Part 3.59



Part 3.59

0Bella menghampiri Hanna, wanita itu terlihat membawa dua botol coffee kemasan kaleng di tangannya.     

"Ambil ini!" Bella segera menyodorkan salah satu minuman berkafein itu pada Hanna.     

Hari itu Hanna mengajak Bella untuk melakukan ziarah ke kubur milik ibunya. Hanna memang merupakan anak yatim, ibunya telah meninggal saat ia masih berusia sekitar 10 tahun. Hanna tak banyak mendapatkan kasih sayang dari ibunya, setelah perceraian di antara kedua orang tuanya, Hanna hanya di asuh oleh ayahnya, lantar hak asuh memang jatuh kepada ayahnya saat itu, sedang ibunya di anggap tidak berkemampuan dan kurang kompeten dalam menerima hak asuh tersebut. Atas dasar itu pula para hakim yang memimpin pengadilan saat itu menjatuhkan hak asuh itu pada ayahnya.     

Tak banyak yang Hanna ketahui perihal perpisahan itu bagaimana bisa terjadi, apa yang menjadi dasar perceraian itu, yang ia rasakan hanyalah dampak dari keputusan yang diambil oleh kedua orang tuanya saja.     

Bagi Hanna keutuhan dalam keluarga adalah hal yang sangat ia dambakan, ia bahkan kerap merasa sangat iri ketika melihat keluarga lain yang sangat harmonis dalam menjalani kehidupan mereka, namun ia juga tak bisa berpikir dengan sangat egois seperti itu, apa pun keputusan yang di ambil oleh kedua orang tuanya dahulu pastilah memiliki alasan mereka tersendiri, yang mungkin tak dapat diterima untuk anak seumura dirinya kala itu.     

Ayah Hanna adalah tipe lelaki yang sangat fokus dengan pekerjaannya, membuat lelaki itu dengan terpaksa harus sering menitipkan Hanna pada bibinya yang tak lain adalah ibu dari Siska, hal itu juga yang membuat Hanna dan Siska kian dekat, karena pada dasarnya mereka memang menghabiskan masa kecil mereka bersama.     

Ibu dari Siska sangat menyayangi Hanna, ia bahkan hampir menjadi seorang ibu pengganti bagi lelaki itu, membuat luka yang dirasakan Hanna sebab perceraian itu sedikit banyaknya mulai terobati, kehadiran Siska sebagai adik sepupunya juga memberikan dampak yang sangat baik untuknya, itulah mengapa Hanna juga sangat menyayangi adik sepupunya itu.     

Namun akhirnya mereka harus di pisahkan karena ayah dari Hanna yang saat itu memutuskan untuk pindah dari kota itu karena tuntutan pekerjaan yang ia miliki, sedangkan ibu dari Hanna, wanita itu telah lebih dulu pindah dari kota tersebut, hanya beberapa bulan sebelumnya. Sang ibu mengatakan jika ia mendapatkan sebuah promosi dari perusahaan tempatnya saat itu bekerja dan mengharuskannya untuk mengurus suatu proyek yang cukup besar di kota lain.     

Tak punya pilihan lain Hanna pun mau tidak mau menuruti apa keputusan yang telah ayahnya ambil saat itu. Kedua orang tuanya memang mau tidak mau harus pindah dari kota itu untuk urusan pekerjaan mereka masing-masing.     

"Maafkan aku, apa aku boleh tahu apa penyebab meninggalnya almarhum ibumu?" tanya Bella dengan sangat hati-hati.     

Mendengar pertanyaan itu pikiran Hanna segera melayang sangat jauh, ia berusaha mengingat apa yang dahulu telah terjadi. Lelaki itu tampak termenung, sedang Bella, tentu saja wanita itu tampak merasa bersalah karena telah menanyakan perihal itu pada Hanna.     

Sesaat keadaan menjadi sangat hening, Bella yang mendapati ekspresi yang terukir di wajah kekasihnya itu tahu, jika hal itu seharusnya ia tidak menanyakan hal itu begitu saja. Tentu wanita itu seketika menundukkan kepalanya karena merasa tak enak hati.     

Hanna yang menyadari jika kekasihnya itu tengah merasa bersalah karena telah menanyakan perihal itu padanya segera membelai lembut rambut wanita itu. Ia tahu Bella tidak sedikit pun bermaksud untuk membuatnya mengingat kembali akan kematian ibunya.     

Hanna menghembuskan nafasnya panjang, sedang matanya menerawang jauh ke arah langit yang tampak sendu hari itu, sebelum akhirnya mata lelaki itu mulai berkaca-kaca.     

Bella yang mendapati hal itu segera meminta agar Hanna tak perlu menjawab pertanyaan yang ia berikan barusan, wanita itu tidak ingin kembali membebani pikiran kekasihnya itu.     

"Maaf, lupakan saja, kau tak perlu menjawab pertanyaan itu!" ujar Bella, wanita itu segera menggenggam lembut tangan Hanna.     

Namun Hanna hanya tersenyum pada wanita itu, ia menegaskan jika Bella tak perlu mengkhawatirkannya, ia telah baik-baik saja.     

Hanna pun segera menjelaskan sebab yang menjadi penyebab kematian ibunya.     

"Ia mengalami sebuah depresi, hingga akhirnya wanita itu memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri," jelas Hanna.     

Bella yang mendengar hal itu segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya, ia sangat terkejut dengan kenyataan yang baru saja ia dengar dari mulut kekasihnya itu.     

Hanna pun segera melanjutkan ceritanya itu pada Bella, Hanna mengatakan jika sebenarnya ia juga tidak terlalu mengerti dengan kondisi yang terjadi pada ibunya saat itu, ia memang jarang sekali bertemu muka dengan sang ibu sejak perceraian antara kedua orang tuanya itu terjadi. Hal itu terjadi di masa SMA-nya, saat itu Hanna pun rasa tak bisa mempercayai apa yang telah terjadi, karena sepengetahuan Hanna sendiri, ia merasa ibunya itu baik-baik saja, ia memang jarang sekali bertemu dengan sang ibu, namun tiap kali mereka bertemu, sang ibu tampak terlihat sangat sehat dan baik-baik saja, ia bahkan tidak tahu jika ibunya itu mengalami gangguan depresi saat itu.     

Walau telah bercerai dengan ayahnya, namun kedua orang tuanya saat itu memang sedang berada di kota yang sama karena tuntutan pekerjaan mereka masing-masing, hal itu pula yang membuat Hanna masih bisa bertemu muka dengan sang ibu, walau tidak rutin, namun Hanna masih menyempatkan waktu untuk menemui ibunya itu untuk sekedar menanyakan kabar dari wanita itu.     

Dalam pertemuan mereka, sang ibu tak pernah sedikit pun menunjukkan gelagat yang aneh ataupun mencurigakan di depan Hanna. Tampaknya sang ibu memang berusaha untuk sebisa mungkin menutupi hal itu. Hingga suatu saat kabar duka terdengar di telinga lelaki itu. Hanna benar-benar tidak percaya dengan kenyataan pahit yang saat itu menimpanya, ia tak pernah sekalipun berpikir jika ibunya akan memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri seperti itu. Hanna bahkan sangat terpuruk karenanya, ia merasa sangat bersalah karena tak mampu memberikan perhatian yang lebih terhadap ibunya itu, karena pada dasarnya, ia sendiri tidak pernah mengetahui perihal depresi yang ibunya itu alami, sang ibu sangat pandai dalam menyembunyikan hal itu di depan Hanna.     

Kematian itu sangat berdampak bagi Hanna sendiri, ia tak mengerti mengapa sang ibu memilih untuk mengambil keputusan seperti itu, apa masalah yang sedang ibunya itu hadapi seorang diri. Tentu sedikit banyak Hanna juga turut menyalahkan dirinya karena tak dapat menemani sang ibu dalam melewati masa sulitnya.     

Pemakaman saat itu dilaksanakan di kota asal mereka yang tidak lain adalah kota di mana Hanna dan Bella tinggali saat ini. Hal itu juga dikarenakan permintaan dari pihak keluarga sang ibu, mereka mengatakan jika lebih baik sang ibu dimakamkan di kota yang menjadi kota kelahirannya.     

Hanna dan ayahnya turut menghadiri proses pemakaman itu, tak banyak keluarga dari pihak sang ibu yang menghadiri upacara pemakaman itu, entah mengapa sedari dulu pihak keluarga dari sang ibu memang terasa kurang bersahabat dengan mereka, bahkan Hanna yang merupakan anak dari wanita itu sendiri tidak begitu banyak mengenal setiap keluarga yang berasal dari silsilah ibunya itu.     

Upacara pemakaman itu berjalan sangat hening, tak banyak dari mereka yang dapat mengatakan apa pun saat itu, sedang Hanna hanya bisa terus menatapi mayat sang ibu yang telah terbujur kaku di dalam peti matinya. Sebelum mayat itu di masukan ke liang lahatnya, sebagai anak, Hanna dipersilahkan untuk melihat mayat sang ibu untuk terakhir kalinya. Di sana Hanna melihat jelas jika sang itu tampak seolah tersenyum dalam tidurnya yang kekal itu, membuat Hanna dapat sedikit berdamai dengan hatinya. Namun benarkah itu adalah sebuah senyuman bahagia, pikir Hanna saat itu.     

Proses pemakaman itu berjalan dengan sangat cepat, kini sang ibu telah beristirahat dengan tenang di tempat perhentiannya itu, Hanna menaruh satu buket lily putih sebagai tanda kesedihannya saat itu.     

Dalam beberapa literatur dan kepercayaan di berbagai negara, lily memang kerap digunakan untuk menunjukkan rasa cinta. Namun di beberapa kesempatan lily juga bisa digunakan sebagai cara untuk menunjukkan sebuah rasa empati dalam upacara kematian seperti itu. Bagi sebagian orang, lily putih melambangkan kesucian, kemurnian, dan rasa simpati. Sebuah bunga yang sangat indah, namun memiliki makna akan sebuah kesedihan yang sangat mendalam.     

"Setiap kali aku melihat lily putih, entah mengapa aku selalu kembali teringat akan kematian ibuku!" ujar Hanna, lelaki itu berusaha menutupi kesedihan dengan sebuah senyum tipis di bibirnya.     

Hanna kemudian kembali melanjutkan ceritanya. Saat itu Hanna menerangkan jika ada sebuah anomali aneh yang kerap terjadi pada silsilah keturunan dari keluarga ibunya itu. Setelah ia mencoba mencari tahu lebih dalam lagi, ia mendapati sebuah kejanggalan aneh pada keturunan dari keluarga ibunya itu. Ia mendapati sebuah fakta yang sangat mencengangkan, tak hanya terjadi pada sang ibu, ternyata kasus bunuh diri juga dialami oleh beberapa keluarga mereka yang berada dalam silsilah itu. Entah itu sebuah kebetulan atau tidak, namun nyatanya hal itu benar-benar terjadi, Hanna mengetahui hal itu dari ayahnya, menurut sang ayah mungkin ada sebuah kecenderungan khusus yang membuat keluarga dari sang ibu melakukan hal seperti itu. Walau sang ayah juga tak bisa memastikan hal itu, karena pada dasarnya itu juga hanya opini dari sang ayah semata. Namun ada satu kesamaan dalam setiap kasus bunuh diri yang terjadi, entah mengapa mereka selalu terlihat tersenyum dalam kematian mereka, hal itu sama halnya dengan apa yang terjadi pada mantan istrinya itu, sang ayah bahkan menegaskan jika itu bukan hanya perasaannya saja.     

"Sampai saat ini pun aku memang tak begitu mengenali keluarga dari pihak ibuku!" ujar Hanna.     

"Entah mengapa mereka seolah menarik diri dan enggan untuk berinteraksi dengan keluarga kami, bahkan ketika ayah dan ibu belum berpisah, tak sekalipun keluarga dari ibuku pernah berkunjung untuk sekedar menjalin tali persaudaraan dengan keluarga kami," jelas Hanna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.