Another Part Of Me?

Part 4.3



Part 4.3

0Bella berusaha mengesampingkan segala hal yang terkait akan situasi dan kondisi kota saat itu. Ia mengatakan jika hari ini ada baiknya Hanna melupakan hal itu untuk sementara waktu, dan mencoba menikmati hari itu bersamanya.     

Hanna sangat mengerti apa maksud dan tujuan kekasihnya itu, tentu ia juga butuh sedikit mengistirahatkan pikirannya barang sejenak.     

"Bagaimana jika kita pergi untuk sedikit bersenang-senang hari ini!" tukas Bella.     

Hanna tampak masih berpikir sejenak, ia tak tahu apakah ia bisa benar-benar menanggalkan barang sejenak setiap kasus yang sampai saat ini terus saja melekat di otaknya itu.     

"Astaga, apa yang kau pikirkan, tentu kau butuh sedikit hiburan, jangan terlalu membebankan semua hal yang telah terjadi seolah itu semua adalah tanggung jawabmu seorang diri!" tegas Bella.     

Tentu wanita itu ada benarnya, selama ini Hanna memang selalu membebankan setiap kasus yang sedang ia tangani pada dirinya sendiri, namun begitulah sifat seorang penyidik. Mereka kerap terpaku pada suatu konflik dan membuatnya seolah harus menyelesaikan hal itu seorang diri.     

Tidak punya pilihan lain, hari itu Hanna menyetujui usul dari kekasihnya itu. Ia akan mencoba sedikit melupakan semua kasus yang saat ini sedang terjadi di kota itu, ia akan mencoba sedikit bersantai dan bersenang-senang bersama sang kekasih.     

Setelah selesai makan di restoran itu, Bella mengusulkan agar hari itu mereka pergi ke sebuah taman hiburan guna sedikit bersenang-senang seperti yang telah mereka rencanakan. Sebenarnya Hanna sedikit tidak setuju dengan usulan itu, karena pada dasarnya ia sedikit mempunyai trauma jika harus pergi ke tempat itu. Semasa ia kecil dulu, ia pernah dikerjain Siska habis-habisan di taman bermain yang terdapat di tengah kota itu, bagaimana tidak Hanna yang memiliki sedikit ketakutan akan ketinggian harus mau tidak mau menuruti semua ajakan Siska untuk menaiki dan merasakan setiap wahana ekstrem yang terdapat di taman hiburan itu, dan kali ini giliran Bella yang mengajaknya ke tempat itu. Namun melihat tingkah Bella yang sangat antusias tampaknya lelaki itu tidak lagi dapat menolak permintaan kekasihnya itu.     

Sampai di taman hiburan, Bella segera berlari dengan sangat girang, membuat Hanna sedikit berpikir apakah sebenarnya yang sedang butuh hiburan saat ini adalah kekasihnya itu, lelaki itu sedikit terkekeh melihat tingkah Bella yang terlihat seperti anak kecil.     

"Hey, ayolah kita harus bersenang-senang hari ini!" ujar wanita itu.     

Hanna hanya tersenyum melihat tingkah kekasihnya itu, walau ia sudah merasakan perasaan waswas kalau saja Bella mengajaknya untuk menaiki salah satu wahana ekstrem yang terdapat di tempat itu.     

Benar saja, baru saja Hanna memikirkan hal itu, Bella dengan segera membujuk lelaki itu untuk menaiki salah satu wahana ekstrem yang berada di sana.     

"Bagaimana jika kita menaiki itu, rasanya itu akan sangat menyenangkan!" ajak Bella, wanita itu menunjuk sebuah wahana yang terlihat cukup ekstrem yang berada di tempat itu.     

Hanna menatap wahana itu penuh dengan rasa cemas, wahana itu bernama Tower of terror, dari namanya saja Hanna sudah dapat memastikan jika itu bukanlah hal yang baik baginya. Bagaimana tidak, wahana itu terlihat tinggi menjulang ke atas yang di mana nantinya dengan kecepatan 100 km/jam mereka akan dijatuhkan dari ketinggian itu hingga ke dasar hanya dalam waktu beberapa detik saja. Membayangkannya saja sudah membuat tekanan darah di tubuh Hanna seketika turun dengan drastis.     

"Ada apa, apa kau takut?" ejek Bella. Wanita itu tersenyum nakal.     

Sebagai lelaki yang penuh harga diri, tentu saja Hanna tak bisa membiarkan kekasihnya itu meremehkannya sepeti itu, dan dengan bodohnya ia menyetujui ajakan itu begitu saja.     

"Apa kau meremehkanku, tentu saja aku tidak takut sedikit pun hanya pada hal semacam ini, kau tahu aku ini seorang penyidik yang telah berhasil menangani banyak kasus besar. Ini bahkan bukan apa-apa bagiku!" jawab Hanna, lelaki itu tak rela harga dirinya jatuh begitu saja di depan kekasihnya itu.     

Mendengar omong kosong Hanna, Bella hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk menahan tawanya, ia tahu jika saat itu sebenarnya Hanna sedang ketakutan.     

Benar saja setelah menaiki wahana itu, Hanna tampak sangat pucat, sedang kakinya bergetar dengan sangat hebat. Melihat hal itu Bella tak mampu lagi menahan tawanya, wanita itu akhirnya tertawa lepas di depan Hanna yang masih terlihat berusaha kembali mengatur nafasnya.     

Bella tak henti-hentinya tertawa, sedang Hanna, wajah lelaki itu kita berubah merah karena merasa sedikit malu. Bella segera mengelus-elus rambut Hanna bak seorang anak kecil, membuat Hanna semakin merasa kesal di buatnya.     

"Tampaknya kau sangat menikmati hal ini?" ujar Hanna kesal, sedang Bella hanya terus tertawa dan sesekali mengejek kekasihnya itu.     

Hanna yang sudah sangat kesal segera berusaha meraih kekasihnya itu, namun Bella segera berlari dan berusaha menghindar dari tangkapan Hanna, sebelum akhirnya Hanna berhasil mendekap wanita itu dan memberikan sedikit gelitikan pada perutnya.     

"Ini hukuman untukmu!" ujar Hanna. Mereka tertawa bersama kala itu.     

Kini giliran Hanna yang menentukan wahana apa yang akan mereka singgahi, Hanna tahu benar jika kekasihnya itu sangat takut akan hal mistis seperti hantu dan semacamnya, membuatnya segera memutuskan untuk mengajak wanita itu untuk memasuki sebuah wahana rumah hantu yang terdapat di sana.     

"Apa kau takut?" kali ini Hanna yang balas mengejek wanita itu.     

Tentu saja Bella tak dapat membiarkan Hanna mengejeknya seperti itu, dan kali ini giliran wanita itu yang dengan mau tidak mau harus menuruti ajakan Hanna.     

"Tentu saja tidak!" jawab Bella tak mau kalah.     

Mendengar jawaban wanita itu, Hanna segera tertawa dengan sangat puas, kini ia bisa sedikit membalas kekasihnya itu.     

Keluar dari wahana rumah hantu itu, kini giliran wajah Bella yang terlihat sangat pucat, keadaannya tak jauh beda dengan apa yang dialami Hanna sebelumnya. Di dalam wahana itu Bella bahkan tak henti-hentinya berteriak dan memeluk kekasihnya itu, sedang Hanna hanya tertawa puas melihat tingkah Bella.     

"Bagaimana rasanya?" ejek Hanna.     

"Biasa saja, itu bukan apa-apa bagiku!" jawab Bella masih tak mau kalah, walau masih terlihat dengan sangat jelas jika wajah wanita itu masih sangat pucat karena ketakutan.     

"Benarkah, kau bahkan tak henti-hentinya berteriak dan memelukku!" ejek Hanna lagi.     

"Aku tahu mengapa kau mengajakku untuk memasuki wahana ini, kau hanya ingin memanfaatkan keadaan saja, kau hanya ingin aku peluk saja kan!" balas Bella.     

Mendengar pembelaan dari wanita itu Hanna segera tertawa terbahak-bahak, sedang Bella, wanita itu terlihat memanyunkan bibirnya karena kesal.     

"Bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat yang sepi, saat ini aku bahkan ingin lebih dari sekedar mendapatkan sebuah pelukan darimu! " goda Hanna.     

Seketika wajah Bella berubah menjadi merah padam, namun tampaknya ia juga tak menolak ajakan itu.     

******     

Davine masih memikirkan apa yang baru saja ia alami, selama ini ia berpikir jika penglihatan yang sering datang dengan sangat tiba-tiba itu adalah ingatan yang menghilang darinya yang di sebabkan gangguan disosiatif yang dialaminya. Namun dengan penglihatan yang baru saja ia dapatkan kala itu, kini ia tahu jika anggapannya itu adalah salah. Walau jelas hal itu tak dapat ia percaya, namun ia yakin benar jika saat itu dirinya sedang melihat dari dua sudut pandang yang berbeda dalam satu waktu. Dengan kata lain penglihatannya itu terkoneksi pada seseorang yang berada di tempat yang berbeda namun dalam waktu yang sama pula.     

Hal itu dapat ia pastikan karena tanggal dan waktu yang baru saja ia lihat dalam sudut pandang itu adalah tanggal dan waktu yang sama dengan yang sedang berjalan saat itu. Ia tak pernah menyangka hal seperti itu bisa terjadi, kini ia bahkan meragukan kewarasannya sendiri.     

Namun jika benar penglihatan itu terkoneksi pada seseorang yang menjadi tempat ia mendapatkan sudut pandang itu maka bisa dipastikan jika saat ini Siska sedang dalam bahaya, karena dalam sudut pandang itu, jelas ia terlihat sedang berusaha mengikuti Siska, entah apa maksud dan tujuan dari sang pemilik sebenarnya dari sudut pandang itu, namun Davine merasa jika sang pemilik sudut pandang itu bisa saja membahayakan sang mantan kekasihnya itu.     

Davine segera bergegas mengemasi beberapa perlengkapan pancingnya, walau masih belum mendapatkan hasil apa pun namun ia memilih untuk segera mengakhiri aktivitasnya itu. Beruntung mereka masih memiliki beberapa sayuran hasil dari kebun Lissa yang bisa mereka olah menjadi menu makan malam mereka, karena hari juga sudah mulai gelap saat itu.     

Kini semakin banyak pertanyaan yang bersarang di benak Davine, belum selesai dengan gangguan disosiatif yang ia alami, kini Davine kembali dibuat bertanya-tanya dengan anggapan jika ia memiliki koneksi dalam sudut pandang dengan orang lain, ia benar-benar ingin tak mempercayainya, namun hal itu memang jelas terjadi.     

Setahu Davine ia belum pernah sekalipun mendengar sesuatu yang seperti itu, bahkan dalam sudut pandang ilmu pengetahuan pun rasanya hal itu sangatlah mustahil untuk terjadi, bagaimana bisa satu individu terkoneksi dengan individu lainnya, bahkan orang yang mendengarnya saja pasti akan mengatakan jika itu adalah hal yang sangat konyol, namun di satu sisi jika diingat lagi, rasanya dulu ia juga pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya, ia pernah merasa melihat dirinya yang saat itu hampir kehilangan kesadarannya dalam sudut pandang yang lain, saat itu ia benar-benar merasa jika ia sedang melihat dalam dua sudut pandang yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Saat itu ia hanya tak begitu menggubrisnya, ia pikir itu adalah salah satu gangguan dari halusinasi yang kerap kali ia alami, namun kini ia tahu jika dugaannya saat itu adalah salah.     

Tak ingin memikirkan hal itu lebih lanjut, kini Davine bergegas untuk segera kembali ke pondok milik Lissa, ia cukup cemas karena telah meninggalkan wanita itu seorang diri dengan keadaan yang masih belum pulih sepenuhnya itu.     

Sampai di pondok Davine dibuat panik karena tidak menemukan keberadaan Lissa di kamar yang terdapat di pondok itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.