Another Part Of Me?

Part 4.4



Part 4.4

0Davine berulang kali memanggil-manggil nama Lissa, namun wanita itu masih belum menjawab panggilan itu. Memasuki pondok terdengar suara geresak yang bersumber dari arah dapur, benar saja Lissa terlihat sedang sibuk mengolah beberapa bahan makanan yang masih tersisa di pondok itu.     

"Astaga kau membuatku panik!" tegur Davine.     

Lissa hanya terlihat meringis saja, tampaknya ia telah bosan hanya berdiam diri seperti orang sakit di kasurnya.     

"Apa kau mendapatkan sesuatu?" tanya wanita itu.     

Davine menggeleng lemas, ia hanya membawa beberapa sayuran yang baru saja ia ambil dari kebun milik wanita itu.     

"Dasar payah," ejek Lissa.     

Davine tak dapat mengelak hal itu, andai ia tak mengalami penglihatan itu mungkin saja ia tak akan pulang dengan tangan kosong seperti saat ini.     

"Mengapa kau tak beristirahat?" tanya Davine.     

Tentu saja Lissa berpura-pura tak mendengarnya, wanita itu terlihat sibuk memasak dengan bahan seadanya yang mereka miliki.     

Saat itu Davine masih bergelut dengan pemikirannya, ia benar-benar tak tahu harus menyikapi perihal sudut pandang dirinya yang mungkin sedang terkoneksi dengan individu lainnya itu. Ia tak dapat menjelaskan itu bahkan pada dirinya sendiri, rasa tak percaya, namun hal itulah yang baru saja ia alami.     

"Apa ada masalah?" tanya Lissa yang sedikit bingung dengan tingkah Davine saat itu.     

"Ahh, tidak, aku baik-baik saja!" jawab Davine yang segera tersadar dari lamunannya.     

"Kau tampak sedang memikirkan sesuatu?" tanya wanita itu lagi. Ia sedikit memicingkan matanya pada Davine.     

Davine menghembuskan nafasnya, ia tahu jika Lissa sedang menunggu jawaban darinya. Wanita itu tak akan membiarkan Davine lepas begitu saja dari pertanyaan yang baru saja ia layangkan.     

"Oke, baiklah...!" jawab Davine, ia sedikit ragu untuk menceritakan hal yang baru saja ia alami itu pada Lissa.     

"Apa kau pernah mendengar jika seseorang bisa terkoneksi pada orang lainnya?" Davine balik bertanya, ia tak tahu harus menceritakan hal yang baru saja ia alami itu dari mana.     

"Maksudmu?" jawab Lissa, ia sedikit tidak mengerti akan maksud dari pertanyaan itu.     

"Maksudku, apa mungkin seseorang bisa mengalami apa yang orang lain alami dalam artian yang sebenarnya!" jelas Davine.     

Lissa terdiam dan terlihat sedikit berpikir.     

"Maksudmu ikatan batin?" tukas wanita itu.     

Perkataan yang Lissa ucapkan itu segera menjadi sebuah perhatian tersendiri bagi Davine, walau bukan itu maksud dari apa yang baru saja ia tanyakan, namun perihal ikatan batin itu mungkin juga dapat berhubungan dengan apa yang baru saja ia alami.     

Davine pun segera menjelaskan apa yang baru saja ia alami saat itu pada Lissa, ia menegaskan jika hal itu sangat berbeda dengan bagaimana biasanya ia mendapatkan kembali ingatan-ingatannya yang hilang, jika biasanya ingatan itu selalu datang ketika ia sedang tak sadarkan diri, untuk yang satu ini berbeda, penglihatan itu datang dengan sangat tiba-tiba ketika ia masih benar-benar memiliki kesadarannya.     

"Aku sangat yakin dengan apa yang baru saja aku lihat dalam sudut pandang itu, aku seolah berada di dua sudut pandang dalam waktu yang bersamaan!" jelas Davine.     

"Aku tahu ini terdengar sangat konyol, namun percayalah, hal itu benar-benar aku alami!" tambahnya.     

Lissa masih terdiam, wanita itu terlihat sedang berusaha sebisa mungkin untuk mencerna apa yang baru saja lelaki itu katakan. Tentu saja ia tidak pernah mendengar adanya seseorang yang mengalami kasus seperti yang baru saja Davine utarakan padanya itu. Namun jika dipikirkan lagi, sejatinya manusia memang dapat saling terhubung antara satu sama lain, misalnya saja dengan ikatan batin seperti yang baru saja ia katakan. Seperti sebuah firasat yang kerap kali seseorang rasakan, bukankah itu juga bisa dikatakan sebagai hal yang di luar nalar manusia.     

"Tentu saja aku tidak pernah sekalipun mendengar hal seperti itu bisa terjadi, namun ...," Lissa tampak kembali berpikir.     

"Tentu kau juga tahu apa itu yang disebut dengan firasat?" sambung Lissa.     

"Firasat adalah suatu proses yang memberikan kemampuan untuk mengetahui secara langsung tanpa adanya penalaran analitik, menjembatani kesenjangan antara bagian sadar dan tidak sadar dari pikiran kita, antara naluri dan nalar," jelas Lissa.     

"Hal-hal seperti intuisi, firasat, dan ikatan batin tentu bukankah hal yang dapat di jelaskan dari sudut pandang ilmu pengetahuan secara penuh, namun nyatanya setiap orang pasti bisa merasakan hal-hal tersebut, jadi menurutku hal seperti apa yang sedang kau alami bisa saja terjadi, walau tentu aku tidak bisa mempercayai dan menjelaskannya dalam sudut pandang ilmu pengetahuan!" jelasnya lagi.     

Sebagai contoh Lissa memberikan gambaran jika biasa saja seorang ibu akan merasakan suatu firasat sebelum terjadi hal-hal buruk pada anaknya, ia juga mengatakan jika hal serupa pernah tertangkap dan terabadikan dalam sebuah rekaman video. Dalam rekaman itu memperlihatkan seorang ibu yang sedang tertidur dengan sangat pulas bersama anak balitanya, namun dalam rekaman itu sang anak terlihat tanpa sadar bergerak yang menyebabkan dirinya hampir saja jatuh dari tempat tidur mereka, dan yang terjadi sungguh di luar nalar, sang ibu tiba-tiba bangun dari tidurnya dan segera menangkap sang anak sebelum anak itu benar-benar jatuh dari tempat tidur itu. Apakah itu hanya sebatas respons biasa? Tentu saja tidak. Lantas mengapa hal itu bisa terjadi, satu-satunya hal yang paling masuk akal untuk menjelaskan kejadian tersebut tidak lain adalah, firasat, intuisi, dan ikatan batin.     

Ikatan batin sejatinya bisa terjalin semenjak sang ibu masih mengandung anaknya dalam rahimnya, hormon dopamin berperan penting dalam terjadinya proses tersebut, ketika sang ibu merasakan pergerakan dari janin yang berada di rahimnya, di saat yang bersamaan hormon dopamin atau yang biasa disebut hormon kebahagiaan itu diproduksi oleh tubuh, dan ketika bayi itu lahir ke dunia dengan selamat maka hormon dopamin itu semakin bertambah yang di mana hal itu membuahkan kasih sayang dan ikatan batin yang begitu kuat.     

Jika membicarakan tentang ikatan batin, tentu saja sebagian besar manusia memiliki hal itu, terlebih pada sanak saudara terdekat mereka. Lantas apa hubungan hal yang baru saja diterangkan Lissa pada Davine saat itu. Menurut Lissa tidak menutup kemungkinan jika beberapa orang memang bisa terkoneksi secara tidak langsung dengan beberapa orang lainnya, namun ia tak membenarkan jika hal seperti yang baru saja Davine ceritakan pada Lissa itu adalah benar, yang ia tekankan adalah masih adanya kemungkinan untuk hal itu bisa terjadi.     

Davine mengangguk paham mendengar penjelasan yang telah coba Lissa sampaikan saat itu. Ia tak dapat menyalahkan Lissa jika wanita itu tidak mempercayai apa yang baru saja ia alami, namun penjelasan dari Lissa itu juga sedikit menerangkan bagaimana kemungkinan hal itu bisa terjadi.     

"Apa kau percaya akan keberadaan Tuhan?" tanya Lissa tiba-tiba.     

"Tentu saja aku mempercayainya!" jawab Davine dengan sangat tegas.     

Walau ia bukanlah tipe orang yang sangat taat dalam beragama, namun Davine sangat mempercayai dengan keberadaan zat yang Maha Agung itu. Karena semenjak ia kecil Kakek Robert telah menanamkan hal tersebut dengan sangat baik padanya.     

"Lantas apa kau pernah melihatnya?" tanya Lissa lagi.     

Tentu saja itu bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab.     

"Bagaimana kau bisa mempercayai adanya Tuhan jika kau sendiri tidak bisa membuktikan keberadaannya," sambung wanita itu.     

Pertanyaan demi pertanyaan itu kian semakin memojokkan Davine.     

"Di dunia ini ada beberapa hal yang hanya bisa kita rasakan, bagiku keberadaan Tuhan adalah hal yang absolute, tentu akal sehat dan pemikiran saja tak akan mampu untuk menjangkaunya!" jelas Lissa.     

"Perasaan tenang, rahmat, dan segala sesuatu yang sangat sukar untuk dijelaskan, namun aku benar-benar merasakan hal itu. Itulah mengapa aku memilih untuk mempercayai keberadaan Tuhan," tambah Lissa.     

"Dunia tak mungkin tercipta dengan sendirinya, tentu hal ini adalah maha karya yang tak dapat dilakukan oleh manusia ataupun makhluk hidup lainnya. Jika seseorang pandai dalam mencerna hal ini, maka mereka pastilah akan mempercayai akan keberadaannya sang Maha p     

Pencipta!" terang wanita itu. Ia juga turut menjelaskan mengapa sebagian besar para ilmuwan juga memilih untuk mempercayai keberadaan Tuhan.     

Davine menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang baru saja Lissa terangkan saat.     

"Dan untuk kasus yang sedang kau alami saat ini, aku merasa jika itu bukanlah hal yang tidak mungkin, masih banyak hal yang menjadi misteri dan anomali di dunia ini, yang bahkan ilmu pengetahuan pun masih belum mampu untuk menjelaskan hal tersebut!" tegas wanita itu.     

"Namun setidaknya dengan apa yang telah aku jelaskan, hal itu masih memiliki beberapa faktor yang bisa saja mendukung untuk hal yang tak masuk di akal itu bisa terjadi!" tegasnya lagi.     

"Jadi menurutmu apa yang terjadi padaku masih ada kemungkinan benar adanya, maksudku, aku bahkan hampir menganggap diriku gila karena hal itu. Setelah mendapati kenyataan jika aku mengidap DID aku hampir saja berpikir jika aku juga termasuk salah satu pengidap skizofrenia," sambung Davine.     

Mendapat sedikit pembelaan yang tersirat dari apa yang baru saja Lissa katakan, hal itu kini malah semakin membuat pikiran Davine menjadi semakin tidak tenang. Bagaimana tidak, jika ia mengingat apa yang telah terjadi di dalam sudut pandang itu, tentu saja keselamatan Siska saat ini bisa saja sedang terancam, bagaimana jika sang pemilik sudut pandang itulah orang yang selama ini ia cari, sang pembunuh berantai yang selalu berhasil lolos dari setiap aksi yang telah ia lakukan. Lantas apakah kali ini Siska yang akan ia jadikan target selanjutnya. Davine mengacak kasar rambutnya, ia benar-benar tak tahu harus menyikapi hal itu seperti apa.     

Kekhawatiran dalam diri Davine semakin terasa, semakin ia memikirkan kemungkinan itu semakin pula ia di buat cemas akan keselamatan mantan kekasihnya itu. Sedang posisinya sendiri saat itu tidaklah cukup baik, ia masih saja diburu oleh pihak Kepolisian setempat, namun di satu sisi ia juga merasa harus melindungi sang mantan kekasihnya itu jika saja apa yang telah ia lihat dalam sudut pandang itu benar adanya. Davine, lelaki itu kini dibuat dilema akan situasi yang harus ia hadapi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.