Another Part Of Me?

Part 4.5



Part 4.5

0Malvine mendengus kesal, ia tak habis pikir bagaimana pihak Kepolisian bisa mencurigai Davine sebagai tersangka kasus pembunuhan Annie, sepengetahuannya adiknya itu bahkan telah lama tak pernah berhubungan dengan wanita itu.     

Pihak Kepolisian juga sempat menyambangi kediaman keluarga mereka yang berada di luar kota itu guna mencari keberadaan Davine yang telah menghilang semenjak kegagalan dari operasi yang mereka lakukan beberapa waktu yang lalu. Tentu Malvine menyangkal keras atas segala dugaan yang dituduhkan oleh pihak Kepolisian, keluarga mereka juga mengancam akan menuntut balik jika saja pihak Kepolisian tidak dapat memberikan bukti yang valid terkait akan hal itu.     

Keluarga Harris adalah salah satu keluarga terpandang, tak hanya di kota itu, keluarga mereka bahkan telah sangat dikenal sebagai penguasa di sektor pemasaran alat berat bahkan di tingkat provinsi. Tentu hal itu juga membuat pihak Kepolisian tidak bisa sembarangan dalam menangani kasus tersebut, karena pada dasarnya uang dan materi bisa membeli segalanya, bahkan jika itu hukum sekalipun.     

Banyaknya polisi korup yang ikut memanfaatkan keadaan itu tentu juga menjadi masalah internal bagi pihak Kepolisian itu sendiri. Tak banyak dari mereka yang berusaha mendekati keluarga Harris untuk menawarkan bantuan dengan embel-embel jabatan yang mereka miliki. Tentu keluarga itu tidaklah bodoh, mereka tahu betul jika yang para polisi korup itu inginkan hanyalah uang, dan mereka juga pasti tak akan bisa memberikan bantuan seperti apa yang telah mereka janjikan, hal itu tentu sudah jadi rahasia umum.     

Sebagai contoh, para gembong narkoba yang bisanya mereka manfaatkan untuk mendapatkan penghasilan di luar gajih yang telah mereka miliki. Biasanya para polisi korup itu berjanji jika mereka akan menjadi pelindung dalam aksi peredaran para gembong narkoba itu, yang tentu saja nantinya mereka akan meminta bayaran atas apa yang telah mereka lakukan, namun pada akhirnya, ketika para polisi korup itu telah merasa puas dengan apa yang telah mereka dapatkan, maka para polisi korup itu akan berbalik dan menjadikan para gembong narkoba itu sebagai target operasinya.     

Awal kedatangan pihak Kepolisian ke kediaman keluarga Harris beberapa waktu yang lalu itu tentu menjadi sesuatu yang sangat mengejutkan bagi Monna, ia tak habis pikir bagaimana bisa anak angkatnya itu tiba-tiba di tetapkan oleh pihak Kepolisian sebagai terduga pelaku pembunuhan Annie, yang di mana Monna sendiri sangat yakin jika anaknya itu telah lama tak berhubungan dengan wanita itu lagi setelah kecelakaan yang terjadi semasa mereka kecil dulu.     

Namun pihak Kepolisian tentu juga datang dengan membawa beberapa bukti yang mereka jadikan tiang pendukung dari dugaan mereka. Beberapa foto yang menampilkan keberadaan Davine di setiap frame yang diambil itu tentu menjadi alibi kuat bagi pihak Kepolisian dalam menetapkan Davine sebagai terduga pelaku pembunuhan Annie.     

Dengan adanya dua bukti permulaan yang telah mereka kantongi, yang berupa hasil foto dan kesaksian yang diberikan oleh Ryean dalam catatan dengan format docx yang mereka dapatkan dari sebuah micro card yang tampak dengan sengaja diselipkan Ryean pada tas Bella beberapa saat sebelum kematiannya itu. Membuat pihak Kepolisian dengan lugas dapat menetapkan status Davine sebagai terduga pelaku pembunuhan itu.     

Sebagai keluarga yang berintelektual tinggi tentu pihak keluarga Harris juga mengetahui hal tersebut. Namun mereka masih bersikeras jika hal itu saja masihlah belum cukup untuk membuktikan jika anak angkat mereka itu adalah pelaku dari pembunuhan yang telah menimpa Annie.     

Yang paling merasa terpukul akan hal itu tentu saja adalah Monna, bagaimanapun juga wanita itu telah menganggap Davine sebagai anaknya sendiri, perasaan cemas dan khawatir kian been sarang di hatinya. Berbeda dengan Edward, lelaki itu memang belakangan ini tampak semakin sibuk karena perusahaannya yang dipimpinnya semakin berkembang, membuatnya sedikit tidak punya waktu untuk mengurus masalah yang tengah terjadi di tengah keluarga itu. Namun bukan berarti ia lepas tangan akan kasus yang saat ini tengah Davine hadapi, ia juga telah memerintahkan Malvine untuk mencari keberadaan anak angkatnya itu.     

Malvine memutuskan untuk sedikit menanggalkan urusan pekerjaan yang saat ini tengah ia geluti itu, bagaimanapun ia juga sangat merasa khawatir akan keadaan Davine saat ini, ia tak bisa membiarkan adik angkatnya itu terus dikejar-kejar oleh pihak Kepolisian, walau nyatanya kini ia juga masih belum mengetahui di mana keberadaan adik angkatnya itu.     

Sesuai permintaan ayah dan ibunya, Malvine memutuskan untuk kembali mengunjungi kota di mana Davine berada, ia harus segera menemukan keberadaan adik angkatnya itu, setidaknya sebelum pihak Kepolisian berhasil meringkusnya, Lelaki itu sangat paham bagaimana cara kerja pihak Kepolisian, tentu mereka akan menghalalkan segala cara agar Davine mau mengakui perbuatannya. Malvine juga cukup jeli dalam melihat situasi dan keadaan kota saat itu, kalaupun Davine memang bukanlah pelaku pembunuhan itu, namun pihak Kepolisian tentu akan mencoba memanfaatkan situasi itu, bagaimanapun mereka memerlukan seseorang untuk mereka jadikan kambing hitam dalam kasus pembunuhan berantai yang nyatanya sampai saat ini masih belum bisa mereka pecahkan. Jika dipikirkan baik-baik, sangat banyak orang-orang yang sejatinya tak bersalah harus mendekam di penjara hanya karena mereka tidak memiliki cukup bukti untuk melakukan pembelaan.     

Tak seperti kunjungan sebelumnya pada kota itu, tampaknya kini pihak Kepolisian telah meningkatkan keamanan di kota itu. Ia bahkan harus melewati beberapa proses yang cukup merepotkan hanya untuk bisa memasuki kota tersebut. Hal ini mereka lakukan guna warga kota lain tidak bisa dengan bebas memasuki area kota yang saat ini sedang tidak stabil itu. Berkaca dari kasus kematian Andre yang sejatinya bukanlah warga asli kota tersebut. Tampaknya pihak Kepolisian tak ingin ada keterlibatan warga luar yang nantinya hanya akan semakin menambah buruk situasi kota saat itu.     

"Maaf, mohon tunjukan tanda pengenal Anda!" ujar seorang personil kepolisian yang menjaga area perbatasan kota itu.     

"Baik Pak, mohon tunggu sebentar!" jawab Malvine. Lelaki itu segera merogoh dompet miliknya dan mengeluarkan kartu identitasnya.     

Melihat kartu identitas milik lelaki itu tampaknya sang personil kepolisian itu segera tahu siapa lelaki yang tengah ia hadapi saat itu. Bagaimanapun nama Harris yang tertera di belakang namanya tentu sudah sangat familier di kalangan warga kota dan bahkan pihak Kepolisian sekalipun, siapa yang tak tahu dengan keluarga yang kini menyandang predikat sebagai salah satu keluarga terkaya di tingkat provinsi itu.     

"Saya adalah salah satu pemimpin dari Harris company. Ada sedikit keperluan yang harus saya kerjakan pada cabang perusahaan yang berada di kota ini!" jelas Malvine.     

Perusahaan yang awalnya mereka dirikan di kota itu kini memang tak lagi difungsikan sebagai pusat perusahaan mereka, beberapa tahun yang lalu Edward memang telah memutuskan untuk memindahkan pusat perusahaannya dari kota itu ke kota yang saat ini mereka tempati, hal itu pula yang kini menggeser posisi awal perusahaan yang berada di kota itu, yang awalnya adalah pusat kini menjadi cabang.     

Malvine terlihat sedikit kesal, namun ia masih berusaha mencoba menyembunyikan hal itu di depan personil kepolisian yang sedang bertugas itu, ia memang buka tipe orang yang suka menunggu. Setelah beberapa saat akhirnya Malvine pun dipersilahkan untuk memasuki kota itu. Tak banyak berpikir hal pertama yang akan ia tuju tidak lain adalah apartemen tempat Davine tinggal, walau ia tahu jika adik angkatnya itu tak mungkin masih berada di tempat itu saat ini, namun setidaknya ia berharap bisa sedikit menemukan petunjuk di sana.     

Sampai di tempat Malvine segera menemui wanita paruh baya pemilik apartemen itu, ia hanya ingin sedikit menanyakan perihal Davine pada wanita itu.     

Sang wanita paruh baya segera menjelaskan apa yang telah terjadi, menurut keterangannya saat ini Davine memang telah ditetapkan sebagai terduga pelaku pembunuhan dari Annie, hal itu ia ketahui beberapa waktu yang lalu, ketika pihak Kepolisian itu kembali datang ke tempat itu untuk melakukan penggeledahan ulang pada kamar yang Davine tempati.     

"Ya, saya telah tahu seperti apa posisi Davine saat ini, tampaknya pihak Kepolisian telah mendapatkan beberapa bukti yang mengarahkan kecurigaan mereka pada lelaki itu!" jelas wanita paruh baya itu.     

"Lalu apakah mereka menemukan sesuatu ketika melakukan penggeledahan ulang itu?" tanya Malvine.     

"Sama halnya seperti penggeledahan yang mereka lakukan sebelumnya, tampaknya mereka tak menemukan apa pun di tempat ini!" tegas wanita paruh baya itu.     

Malvine mengangguk paham, tampaknya itu adalah hal yang cukup baik, setidaknya pihak Kepolisian belum bisa membuktikan apa pun sampai saat ini, pikirnya.     

Sang wanita paruh baya itu juga menjelaskan jika status Davine sebagai terduga pelaku masih dirahasiakan sampai saat ini. Pihak Kepolisian bahkan telah memperingatinya agar tak membocorkan informasi itu pada siapa pun, tampaknya pihak Kepolisian juga tak bisa sembarangan menyebarkan hal itu karena belum cukupnya bukti yang mereka miliki. Tentu hal itu sekali lagi sangatlah baik buat Malvine sendiri.     

Setelah mendapatkan beberapa informasi yang ia inginkan, Malvine meminta izin pada wanita pemilik apartemen itu untuk sedikit melihat bagai mana keadaan di dalam kamar milik Davine. Tak berpikir panjang sang wanita paruh baya itu segera mempersilahkan Malvine untuk melakukannya. Tampaknya sedikit karisma yang Malvine miliki membuat wanita itu dengan mudah mengabulkan permintaannya itu begitu saja.     

Sampai di kamar tersebut, sama halnya seperti apa pihak Kepolisian sebelumnya, lelaki itu juga tak mendapatkan hal yang cukup berarti di sana. Kamar itu tampak sangat biasa, seperti kamar milik mahasiswa pada umumnya. Semua barang masih tampak lengkap di tempat itu, semua pakaian milik Davine juga masih lengkap berada di lemari yang terdapat di dalam kamar apartemen itu, hanya saja posisinya memang tampak sedikit berantakan, Malvine memaklumi hal itu, ia tahu jika itu pasti adalah ulah dari pihak Kepolisian yang sebelumnya telah menggeledah kamar tersebut.     

Melihat kondisi kamar dan beberapa barang yang terdapat di sana, Malvine dapat menyimpulkan jika saat itu Davine melarikan diri tanpa adanya persiapan apa pun. Tampaknya adik angkatnya itu benar-benar tak menduga jika saat itu ia telah menjadi target operasi oleh pihak Kepolisian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.