Another Part Of Me?

Part 4.12



Part 4.12

0Hemlock water dropwort atau yang memiliki nama lain Oenanthe crocata ini adalah tumbuhan beracun yang biasanya tumbuh di daerah lembab seperti, sungai, danau, dan rawa-rawa.     

Tanaman ini juga disebut sebagai seledri air, memiliki batang tinggi dan berrongga seperti seledri pada umumnya, dilengkapi bunga-bunga kecil berwarna putih dan memiliki aroma yang harum.     

Tanaman Hemlock water dropwort ini memiliki kandungan racun oenanthotoxin pada akarnya, dan diacetylenic epoxydiol pada bagian bijinya. Racun tersebut bersifat neurotoksik yang dapat menyerang sistem syaraf pusat dan menyebabkan kejang-kejang. Seorang ahli botani mengatakan, jika seseorang mengonsumsi tanaman Hemlock water dropwort akan mengalami disfungsional tubuh seperti, kejang, dan kematian dalam kurun waktu 24 jam.     

Hemlock water dropwort dapat memberikan kematian seolah sedang tersenyum pada korbannya, hal ini dikarenakan racun bersifat neurotoksik yang menyerang saraf, membuat otot wajah berkontraksi, rahang mengalami trismus (terkunci) , dan otot-otot pengunyah menjadi tegang. Tak seperti pada umumnya, racun dari tanaman Hemlock water dropwort tidaklah memiliki rasa pahit dan membakar di lidah, namun lebih memiliki rasa manis yang terkesan menyenangkan.     

Dalam jurnalnya itu, Lissa memberikan beberapa data dari keluarga Cornner yang setidaknya ia ketahui mati dengan cara bunuh diri yang keseluruhannya ia duga mengunakan metode yang sama. Beberapa nama tercantum di sana, tentu Kakek Robert juga termasuk dalam daftar itu. Dan yang paling mencengangkan adalah fakta bahwa ibu dari Lissa juga merupakan salah satu yang ter data dalam kasus bunuh diri itu.     

Lissa juga menyertakan beberapa foto keluarga Cornner yang ia miliki ke dalam jurnal itu. Betapa terkejutnya Davine mendapati wanita yang Lissa katakan sebagai ibunya itu adalah wanita yang sama seperti yang pernah ia lihat dalam sebuah foto yang ia dapati terselip di sebuah buku milik Lissa yang beberapa waktu lalu pernah ia temukan. Wanita dengan mata biru yang terlihat sama dengannya maupun Lissa itu ternyata adalah ibu kandung dari wanita itu, dan yang menarik perhatiannya adalah tanggal dari kematian sang ibu dari Lissa itu bertepatan dengan tanggal lahir Davine sendiri.     

Menurut data yang berhasil Lissa dapatkan, tampaknya metode bayi tabung yang mereka terapkan tidak bisa di katakan sangat berhasil, walau nyatanya mereka bisa memiliki keturunan dengan gen yang mereka anggap mendominasi itu tanpa perlu melakukan hubungan intim secara langsung, sialnya ada beberapa kendala besar yang harus tetap mereka alami, di mana adanya kecenderungan bayi-bayi hasil metode itu mengalami cacat bawaan sejak lahir. Sekitar 4% dari mereka yang berhasil mendapatkan keturunan mereka dengan mengunakan metode bayi tabung tersebut harus menerima kenyataan pahit karena para sebagai dari anak-anak mereka harus mengalami penyakit jantung dan kelainan penis pada para bayi laki-laki. Walau banyak juga yang berhasil lahir dengan sempurna.     

Sebagai kasta pertama yang memegang teguh kemurnian dan kesempurnaan, tentu mereka tak akan mau mengakui para bayi yang terlahir cacat itu sebagai keturunan mereka, karena dinilai tidak pantas dan hanya akan mengurangi status superioran mereka, maka dengan mau tidak mau mereka harus menyingkirkan para bayi yang terlahir cacat itu dengan cara membunuhnya. Kemurnian dan kesempurnaan adalah hal yang sangat mereka pegang teguh, tentu saja hal itu pulalah yang menjadi penghambat dalam berkembangnya individu mereka. Menurut data yang Lissa kumpulkan, kini keluarga kasta pertama dengan darah murni itu bahkan hanya menyisakan beberapa individu saja. Seiring berjalannya waktu kemerosotan individu dalam keluarga itu semakin kian meningkat, tampaknya usaha keji yang sudah coba mereka lakukan hanya berjalan baik di awalnya saja. Waktu demi waktu berlalu, kini keluarga yang sangat memegang teguh kemurnian dan kesempurnaan itu seolah tak dapat bersaing dengan kerasnya kehidupan, membuat individu mereka murni mereka kini bahkan bisa dikatakan hampir terancam punah. Sama halnya dengan keluarga kasta kedua, keegoisan dan ketamakan dari keluarga kasta pertama yang telah mereka layani sedari dulu itu menjadi faktor utama kemerosotan individu yang juga mereka alami, tutup Lissa dalam jurnalnya itu. Tentu saja jurnal itu telah melewati berbagai macam penelitian dan riset secara menyeluruh oleh Lissa sendiri.     

Selesai dengan jurnal milik Lissa itu, kini Davine beralih ke beberapa jurnal medis yang juga terdapat di sana. Sedikit memilah-milah, Davine terhenti pada sebuah jurnal yang tampaknya bertujuan untuk mencatat tiap perkembangan pada suatu objek dalam proses pengembangan bayi tabung yang mereka lakukan, dan yang membuat Davine tak habis pikir adalah siapa yang menjadi objek tersebut. Davine bahkan beberapa kali mencoba mengucek matanya, ia merasa tidak percaya akan apa yang baru saja ia dapati dalam jurnal medis itu.     

Shopia Cornner, yang tak lain adalah ibu kandung dari Lissa ternyata adalah salah satu objek dalam metode pengembangan keturunan oleh pihak keluarga kasta pertama dalam memperoleh keturunan mereka.     

Dalam jurnal medis itu menjelaskan secara gamblang setiap perkembangan proses bayi tabung yang ia jalani dari pekan ke pekan. Tak hanya itu tampaknya mereka juga melakukan sebuah penelitian bagaimana jika seorang pengidap Dissosiatif identity disorder sepertinya ketika dijadikan objek dalam metode bayi tabung yang sedang mereka jalankan itu. Tampaknya Shopia dijadikan sedikit pengecualian dan uji coba bagi mereka.     

Dalam jurnal itu menerangkan jika maksud dan tujuan mereka saat itu selain menginginkan mendapatkan keturunan dengan pengembangan metode bayi tabung yang mereka lakukan pada ibu dari Lissa itu, mereka juga ingin melakukan penelitian, apakah gen dari sang ibu juga berperan penting dan dominan atas setiap kecacatan yang kerap kali dialami oleh para keturunan yang mereka dapatkan dari proses hasil bayi tabung tersebut. Mereka berpikir apakah gen seseorang yang mengalami gangguan disosiatif seperti Shopia itu juga akan menurun pada anak yang mereka hasilkan dengan proses bayi tabung tersebut.     

Belum selesai dengan keterkejutannya atas fakta di mana ternyata Shopia yang merupakan ibu kandung dari Lissa itu yang ternyata turut dijadikan salah satu objek dari pengembangan bayi tabung yang dilakukan oleh keluarga kasta pertama, kini ia semakin dikagetkan, lagi dengan kenyataan jika sang ibu dari Lissa juga memiliki gangguan disosiatif yang sama sepertinya. Hal ini menjelaskan mengapa dalam beberapa buku milik Lissa yang ia temukan beberapa waktu yang lalu, wanita itu tampak memiliki perhatian lebih akan gangguan disosiatif tersebut. Terbukti dengan beberapa catatan milik Lissa yang tanpa sengaja Davine temukan. Dalam catatan itu Lissa tampak membahas sedikit lebih dalam prihal masalah kelainan disosiatif tersebut.     

Hal ini juga berkesinambungan dengan apa yang pernah Lissa paparkan dalam catatannya itu, menurut Lissa faktor utama yang menjadi pendukung seseorang dapat mengalami gangguan disosiatif identity disorder adalah faktor gen atau keturunan. Tampaknya hal ini pula yang dijadikan pacuan dalam penelitian yang mereka lakukan pada ibu kandung dari Lissa itu.     

Tentu saja jika itu keinginan mereka, maka penelitian itu pasti akan menjadi penelitian dalam jangka panjang, tentu saja nantinya mereka harus mengamati setiap tumbuh kembang dari anak hasil bayi tabung itu untuk mengetahui apakah faktor gen benar-benar menjadi faktor penting pada hasil keturunan yang mereka peroleh dengan metode bayi tabung itu. Hal yang sungguh di luar akal sehat, bagaimana bisa mereka menjadikan seorang ibu dan anak sebagai bahan penelitian mereka secara bersamaan. Tentu saja hal itu sangat gila bahkan untuk orang yang baru saja membacanya.     

Jurnal medis itu secara berkala mencatat setiap tumbuh kembang sang bayi yang berada dalam rahim Shopia. Tampaknya tak banyak kendala yang mereka dapati dalam proses pengembangan metode bayi tabung yang mereka lakukan itu. Saat itu Shopia sebagai objek di ketahui mengandung dua anak kembar dalam rahimnya.     

Rasa depresi dan stres tentu kerap di rasakan sang calon ibu dari kedua anak kembar itu, memacu gangguan DID yang ia derita kerap kali kumat dalam proses mengandung kedua anak kembarnya tersebut. Hal ini dicatatat dengan sangat baik dalam jurnal itu. Setiap perkembangan mental sang ibu, dan kondisi kedua anak kembar yang berada di rahimnya itu didokumentasikan dengan sangat baik pada jurnal medis tersebut.     

Tampaknya Shopia mengalami stres yang berlebih hingga membuat mentalnya mulai terganggu, belum lagi dirinya yang memang mempunyai gangguan disosiatif makin memperburuk keadaannya.     

Dalam jurnal itu menjelaskan jika Shopia didapati kerap kali melakukan percobaan bunuh diri. Tampaknya wanita itu kini telah hampir kehilangan seluruh akal sehatnya.     

Memasuki tahap trimester tiga dalam kehamilan, yakni sekitar pekan ketiga puluh lima, hanya beberapa pekan menuju kelahiran, akhirnya Shopia mau tidak mau harus dipasung guna mengontrol beberapa tindakan yang tak mereka inginkan yang kerap kali sang objek lakukan.     

Pekan-pekan terakhir kehamilan Shopia yang mengalami stres berat itu tampaknya tak lagi dapat mengontrol pikirannya, membuat mereka harus mengekang pergerakannya secara paksa, mereka tak ingin terjadi sesuatu pada janin kembar yang berada di dalam rahim wanita itu.     

Untungnya ketika waktu kelahiran tiba, proses persalinan itu berjalan dengan sangat baik. Jurnal itu mencatat kelahiran sempurna dari kedua anak kembar hasil pengembangan bayi tabung yang mereka lakukan. Yang menjadi perhatian Davine saat itu ialah tanggal dari akhir jurnal itu yang bertepatan juga dengan tanggal kelahirannya dan juga kematian Shopia yang sempat dituliskan Lissa dalam jurnal buatan miliknya yang sebelumnya telah selesai ia baca. Dengan kata lain setelah kelahiran itu Shopia tampaknya segera dipaksa untuk mengonsumsi tanaman Hemlock water dropwort guna mengakhiri hidupnya. Ini sangat gila, pikir Davine.     

Tidak seperti jurnal sebelumnya yang merupakan hasil dari pekerjaan Lissa sendiri. Jurnal medis itu tampaknya bukanlah hasil pekerjaan Lissa. Terlihat jelas jika jurnal itu milik suatu organisasi yang tentunya sangat di jaga kerahasiaannya. Entah bagaimana cara Lissa bisa mendapatkan jurnal medis itu, namun yang pasti isi dalam jurnal itu tentu sangat mencengangkan, entah bagi Davine ataupun bagi Lissa sendiri.     

Tentu tak terbayangkan bagi Davine bagaimana perasaan Lissa ketika membaca jurnal medis milik ibunya itu sendiri. Apa yang ia rasakan dalam hatinya, tentu wanita itu akan sangat merasakan kepedihan yang begitu mendalam mendapati hal yang sangat tidak berperikemanusiaan seperti itu mereka lakukan pada ibu kandungnya. Bagaimana bisa mereka menjadikan keluarga Cornner yang merupakan keluarga kasta kedua itu sebagai alat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Davine masih tak habis untuk memikirkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.