Another Part Of Me?

Part 4.14



Part 4.14

0Hanna menaruh sebuket lily putih pada peti mati sang ibu, ia menatap wajah itu, wajah yang awalnya terlihat seolah sedang tersenyum bahagia itu seketika berubah menjadi sebuah seringai yang tampak sangat menakutkan. Tubuhnya tak dapat bergerak saat itu, ia seolah mematung, sementara mayat sang ibu mulai bangkit dari peti matinya, Hanna benar-benar tak dapat melakukan apa pun saat itu, sedang sang ibu terus mendekat dan berusaha meraih wajahnya dengan senyum menyeringai yang tampak begitu menakutkan itu.     

Pukul 02.05 a.m. Hanna terbangun dari tidurnya dengan peluh yang hampir membasahi sekujur tubuhnya. Itu adalah mimpi yang sangat buruk bagi lelaki itu.     

Hanna mengacak kasar rambutnya, sedang nafasnya masih sangat tidak beraturan saat itu. Bagaimana ia bisa mimpikan hal yang sudah lama tak pernah ia mimpikan lagi, selama ini ia pikir dirinya telah dapat melupakan hal itu, namun tampaknya penyesalan masih membekas hebat di hatinya.     

Mimpi yang dulunya kerap datang padanya itu kini muncul kembali, membuatnya kembali berpikir apakah senyuman yang dulu pernah ia lihat sesaat ibunya itu akan dimakamkan adalah hal yang benar. Hanna, kini lelaki itu kembali mempertanyakan perihal senyuman yang tercetak jelas di wajah almarhum sang ibu, benarkah sang ibu tewas dengan perasaan bahagia, atau malah senyuman itu bukanlah senyuman kebahagiaan yang seperti yang selama ini ia pikirkan. Seperti yang ia lihat dalam mimpinya, ia kini mulai meragukan apakah senyuman yang ia lihat dulu adalah sebuah senyuman bahagia, atau itu adalah sebuah seringai yang tampak sangat menakutkan seperti apa yang ia lihat di dalam mimpinya yang kini kembali datang menghantui tidurnya itu.     

Hanna segera beranjak dari tempat tidurnya, ia butuh sedikit air untuk menyegarkan pikirannya, tampaknya sukarnya kasus yang sedang ia tangani kali ini mulai berdampak pada psikisnya, ia benar-benar merasa sangat lelah karena terus saja memikirkan bagaimana kasus itu dapat ia pecahkan.     

Pukul 03.00 a.m. Hanna masih duduk di depan laptop miliknya, ia tak bisa tidur lagi setelah terbangun dari mimpi buruknya itu.     

Hanna terus berselancar di internet, ia sedang mencoba mencari-cari sebuah artikel yang mungkin saja pernah mengangkat suatu kejadian yang terjadi beberapa tahun silam di kota itu seperti informasi yang telah di dapat Bella dari seorang pria paruh baya yang sempat menolong wanita itu dari serangan seorang wanita dengan gangguan jiwa beberapa waktu yang lalu. Hanna berharap kalau saja ada seseorang yang sempat mengabadikan dan mengangkat kejadian yang dimaksud ke dalam sebuah artikel yang mereka terbitkan di internet.     

Namun setelah sekian lama mencari, tampaknya tak ada satu pun artikel yang membahas kejadian itu, ia juga tak mengetahui waktu yang pasti dan kejadian apa yang ia maksudkan dalam pencariannya itu, hanya bermodalkan kata sebuah nama kotan dan tragedi yang ia ketik di kolom mesin pencarian, dengan hal itu tentu tak banyak hasil yang bisa ia dapatkan. Internet tentu akan memberikan hasil pencarian yang sangat luas tanpa adanya kata detail dan spesifik yang merujuk akan sesuatu yang sedang ia cari di kolom mesin pencarian itu.     

Tak banyak artikel yang mengangkat tentang informasi atau berita tentang kota itu di internet, bagaimanapun kota itu adalah kota kecil yang baru-baru saja mulai berkembang, tentu para blogger tak banyak menaruh perhatian mereka pada kota tersebut.     

Seperti dugaannya, tampaknya hal itu sia-sia saja, ia tak memiliki sebuah kata kunci yang berkesinambungan tentang kejadian yang dimaksud oleh pria paruh baya itu, jika saja setidaknya ia mengetahui tahun terjadinya kejadian itu, maka ia akan lebih mudah dalam mencari informasi perihal kejadian yang dimaksud oleh pria paruh baya tersebut.     

Hanna menutup laptop miliknya, matanya mulai terasa perih saat itu, beberapa jam telah ia habiskan hanya untuk mencari sesuatu yang mungkin saja bersangkutan dengan kejadian yang dimaksud oleh pria paruh baya itu, namun sekali lagi hal itu tampaknya sia-sia saja tanpa adanya sesuatu yang bisa ia jadikan patokan dalam pencariannya di internet itu.     

Sekali waktu Hanna juga pernah mempertanyakan perihal kejadian yang dimaksud oleh pria paruh baya itu kepada Sersan Hendrik, namun lelaki itu mengatakan jika ia sendiri tak pernah sekalipun mendengar hal itu, ia bahkan menegaskan jika itu kali pertamanya mendengar perihal kejadian yang Hanna maksud, walau di satu sisi Hanna juga merasa adanya sedikit kecurigaan yang ia rasakan pada sikap yang ditunjukkan oleh Sersan Hendrik kala itu.     

Sampai saat ini pun Hanna juga belum mendapatkan informasi yang ia inginkan mengenai anomali menghilangnya para anak gelandangan di kota itu. Jika benar hal seperti itu dulunya juga pernah terjadi di kota itu, rasanya tidak masuk akal jika pihak Kepolisian tidak memiliki data akan hal tersebut. Bagaimanapun mereka pasti pernah menyelidiki hal itu, pikir Hanna.     

Entah mengapa kini ia mulai sedikit mencurigai pihak Kepolisian, ia merasa jika pihak Kepolisian sebenarnya mengetahui sesuatu perihal menghilangnya para anak gelandangan dan sebuah kejadian yang terjadi beberapa tahun silam itu. Namun tampaknya mereka lebih memilih untuk merahasiakannya, lantas mengapa hal itu mereka lakukan. Jika dipikirkan lagi, bukankah semua informasi itu seharusnya akan sangat membantu dalam proses pemecahan kasus yang sedang mereka hadapi, bagaimanapun juga Hanna merasa jika kejadian itu mungkin saja berkaitan dengan kasus pembunuhan berantai yang sedang terjadi di kotanya saat itu.     

Namun di sisi lain Hanna juga telah sedikit banyak mengetahui bagaimana piciknya sistem pemerintahan, dan sistem seperti apa yang mereka gunakan. Di balik gemerlapnya suasana kota, di balik suksesnya kepemimpinan mereka, sejatinya banyak hal kelam yang mereka sembunyikan dari khalayak umum. Tentu mereka tak ingin warga kota tahu atas dosa-dosa yang telah mereka perbuat dalam mewujudkan situasi dan kondisi kota seperti apa yang mereka inginkan, tentu mereka juga harus mengorbankan sebagian kecil dari apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka.     

Banyak keputusan yang sebenarnya secara mau tidak mau harus mereka lakukan guna mewujudkan situasi yang kondisional. Tak banyak hal itu juga harus berdampak bagi nama baik pihak Pemerintahan itu sendiri. Lalu bagaimana solusi atas pemecahan masalah itu. Tentu pihak Pemerintah tak ingin nama mereka di pandang buruk oleh masyarakat kota. Jawaban yang paling tepat adalah dengan cara menutupi setiap tindakan yang mereka dianggap kurang pantas dan dapat mencemarkan nama baik pihak Pemerintah dari warga kota itu sendiri ataupun warga kota lainnya.     

Misalnya saja kasus-kasus pembantaian masal yang dilakukan pemerintah terhadap warga kotanya sendiri. Hal-hal seperti ini sebenarnya sangat sering terjadi, hal ini mau tidak mau harus mereka lakukan guna dapat kembali mengontrol situasi dan kondisi pada suatu Pemerintah yang mereka jalankan. Lantas apakah hal seperti itu akan mereka biarkan beredar di kalangan masyarakat begitu saja, tentu saja tidak. Pihak Pemerintah biasanya akan sebisa mungkin menutupi kasus-kasus seperti itu dengan cara apa pun, mereka tak akan membiarkan nama baik mereka jatuh di mata kalangan warga yang mereka pimpin.     

Hal itu rasanya cukup masuk akal bagi Hanna. Rasanya sudah bukan menjadi rahasia baginya jika pihak Kepolisian dan Pemerintah memang selalu bekerja sama dalam hal-hal sensitif seperti itu. Lantas apakah dalam kasus kali ini juga sama halnya seperti apa yang Hanna pikirkan itu, apakah pihak Kepolisian saat ini sedang berusaha atau diperintahkan untuk menutupi sesuatu yang sedang terjadi, pikirnya.     

Lalu jika hal itu benar, tampaknya kasus kali ini akan mengalami banyak sekali kendala, bagaimana ia bisa memecahkan kasus yang sedang terjadi jika pihak Kepolisian yang menyewanya saja seolah sedang menutup-nutupi segala informasi penting yang ia butuhkan guna memecahkan kasus tersebut. Namun sekali lagi semua itu masih sekedar dugaan Hanna semata.     

Pukul 07.00 a.m. Hanna, Siska, dan kedua orang tuanya berkumpul untuk sarapan di meja makan. Siska tampak mengejek Hanna karena lingkaran hitam yang sedikit tercetak di bawah matanya, wanita itu tampak sedikit lebih bersemangat hari itu. Walau nyatanya banyak sekali pikiran yang kini bersarang di otaknya semenjak pertemuannya dengan Malvine beberapa waktu yang lalu.     

Sampai saat itu pun tampaknya Siska masih belum bisa mempercayai lelaki itu. Entah mengapa seseorang dengan intelegensi dan wibawa yang sangat tinggi itu malah cenderung membuat Siska tak dapat mempercayainya, bukan hanya terhadap Malvine. Siska hanya tak dapat mempercayai orang-orang seperti itu, karena tak jarang mereka hanya memanfaatkan kecerdasannya untuk memanfaatkan orang lain, pikir Siska.     

Lihat saja para pejabat tinggi, koruptor, dan sebagainya, bukankah mereka adalah orang-orang cerdas yang hanya memanfaatkan kecerdasannya untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, pikirnya lagi.     

******     

Pukul 03.00 p.m. Hanna menunggu kedatangan Bella di salah satu Mall yang terdapat di kota itu, jika mengingatnya lagi tempat itu juga tempat di mana pertama kali mereka berkencan. Hari itu Bella sengaja mengajak Hanna ke tempat itu, namun tampaknya mereka tidak melakukan janji temu itu berdua saja. Maksud dan tujuan awal Bella mengajak Hanna bertemu di tempat itu ialah untuk sekedar mengajak kedua adik dari Annie untuk berjalan-jalan dan sedikit menghabiskan waktu bersama mereka.     

"Apa kau sudah di tempat?" tanya Bella lewat panggilan di smartphone miliknya.     

"Ya, tentu saja, aku akan menunggumu di tempat pertama kali kita bertemu dulu!" jawab Hanna.     

"Oke, itu bagus. Aku akan segera tiba sebentar lagi!" sambung Bella, di panggilan itu sedikit terdengar suara kedua adik dari Annie yang wanita itu bawa.     

Bella sengaja mengajak Hanna untuk sekedar menghabiskan waktu bersama kedua adik dari Annie, Bella hanya sedikit merasa kasihan terhadap mereka, semenjak kematian Annie tampaknya mereka tak pernah lagi bisa untuk sedikit bersenang-senang seperti itu. Meninggalnya Annie tentu juga berdampak bagi keuangan keluarga itu, bagaimanapun juga Annie salah satu orang yang berperan penting untuk memenuhi ekonomi keluarganya itu. Seperti yang telah Hanna ketahui, selepas kematian ayahnya, Annie tampaknya harus membantu keuangan keluarganya, walau nyatanya Hanna juga tidak mengetahui apa pekerjaan sang ayah sebelum kematiannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.