Another Part Of Me?

Part 4.13



Part 4.13

0Davine meletakan kembali jurnal itu, namun atensinya tertuju pada halaman depan tersebut. Di sana tercetak sebuah logo yang rasanya tak begitu asing baginya, kini ia tahu siapa orang yang menculik Lissa saat ini, mereka tidak lain pasti adalah orang-orang suruhan dari keluarga kasta pertama yang tercantum dalam jurnal tersebut. Davine mengacak kasar jurnal itu, ia benar-benar tak tahu harus mencari Lissa ke mana dalam situasi itu.     

Sialnya Lissa tak pernah mencantumkan dengan jelas siapa keluarga kasta pertama itu dalam jurnalnya, hal itu seolah memang bertujuan untuk menyembunyikan keberadaan mereka, lantas mengapa Lissa seolah juga berusaha menutupi hal itu dalam jurnal miliknya, tentu ini juga merupakan sesuatu yang janggal bagi Davine.     

Namun jika dipikirkan lagi, tampaknya hal itu juga wajar untuk Lissa lakukan, bagaimanapun juga ia adalah keluarga Cornner yang notabenenya memang harus mengabdikan diri mereka terhadap keluarga kasta pertama seperti apa yang telah Lissa jelaskan dalam jurnalnya itu. Tentu identitas keluarga itu juga sepatutnya harus ia jaga.     

Davine memilah-milah beberapa jurnal medis lainnya, namun tampaknya itu sama halnya dengan jurnal lainnya yang mencatat hasil dari pengembangan bayi tabung yang dilakukan keluarga kasta pertama terhadap keluarga Cornner yang mereka jadikan objek.     

Tak mendapatkan apa pun, kini perhatian Davine tertuju pada sebuah sertifikat yang mencantumkan nama Lissa di sana. Tepat seperti apa yang ia duga selama ini, tampaknya Lissa memang memiliki keahlian dalam dunia kedokteran. Dalam sertifikat itu mencantumkan nama Lissa Cornner sebagai seorang asisten dokter bedah. Dengan adanya sertifikat itu menandakan jika Lissa telah siap dan memenuhi kriteria untuk terjun langsung dalam dunia praktik kedokteran.     

Kini terjawablah sudah semua pertanyaan yang selalu bersarang di benaknya itu, siapa Lissa sebenarnya, mengapa wanita itu memiliki keahlian dalam dunia kedokteran, mengapa ia memiliki peralatan medis yang tampak cukup lengkap bagi untuk seorang warga sipil biasa, lalu temuan yang baru saja ia temukan itu kian membuktikan hal tersebut. Tampaknya Lissa memang menggeluti dunia kedokteran terutama dalam bidang pembedahan, hal ini terbukti dari beberapa alat bedah yang terbilang cukup lengkap yang terdapat di dalam ruang kecil yang tersembunyi di balik lantai pondok milinya itu.     

Jika mengingat kembali, Lissa memang cukup dan bahkan bisa dikatakan sangat terampil, hal itu terbukti dari bagaimana cara wanita itu mengeluarkan peluru yang dulu pernah bersarang di pundak Davine, walau wanita itu mengatakan jika pekerjaannya kurang rapi, namun Davine tahu hal yang telah wanita itu lakukan bisa dikatakan sangat terampil. Belum lagi ketika wanita itu menderita luka terbuka di perutnya itu, Lissa tampak dengan sangat mudah menjahit luka itu sendiri, tentu saja hal seperti itu tidaklah mudah untuk dilakukan seorang amatir, pikir Davine.     

Penemuan Davine kali ini seolah benar-benar mengungkap apa yang Lissa sembunyikan selama ini, mengapa wanita itu memilih tinggal seorang diri di hutan itu. Tampaknya kini Davine lebih mengerti akan alasan yang berada di balik keputusan wanita itu. Tentu saja selama ini Lissa berusaha bersembunyi dari pengejaran para orang-orang suruhan yang diperintahkan langsung oleh keluarga kasta pertama. Tampaknya Lissa lebih memilih untuk pergi dan tak mengabdikan dirinya sebagai pelayan dari keluarga kasta pertama itu.     

Dalam jurnal yang sebelumnya ia baca, di sana Lissa juga menjelaskan bagaimana kemerosotan dari keluarga kasta pertama itu terjadi, selain adanya faktor internal seperti ke tidak suburan dari para wanita yang terlahir dari kasta mereka, hal itu juga terjadi karena adanya suatu insiden yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Sekali lagi Lissa tak menyebutkan secara pasti insiden apa yang menjadi salah satu faktor besar kemerosotan dari keturunan keluarga kasta pertama itu dalam jurnalnya.     

"Ini benar-benar gila!" gumam Davine, ia hampir tak dapat berkata-kata lagi setelah membaca dan mendapati apa yang baru saja ia temukan.     

Namun tak hanya sampai di situ saja. Beberapa simbol yang tertera pada beberapa jurnal medis itu juga kian menjadi pikirannya, entah mengapa ia merasa sangat tidak asing akan simbol tersebut, Davine merasa pernah melihatnya namun entah di mana.     

Davine kembali membereskan beberapa jurnal medis beserta jurnal milik Lissa dan menaruhnya kembali pada tempanya. Kini banyak hal yang bersarang di otaknya, adanya hubungan darah antara Lissa dan Kakek Robert tampaknya cukup membuatnya bertanya-tanya. Lantas jika Lissa memiliki hubungan dengan Kakek Robert yang merawatnya ketika ia masih terjebak di yayasan itu, lalu apakah mungkin hal ini juga berkaitan dengan dirinya dan masa kecilnya itu.     

******     

Kevin yang baru saja dilabrak oleh Siska masih terus menyesali kebodohannya, jika dipikirkan lagi, ia hanya perlu beberapa langkah lagi untuk mendapatkan wanita itu, namun nyatanya ia masih saja sama seperti dulu, kecerobohan dan ke tidak kompetennya dalam menjalankan sebuah rencana tampaknya masih menjadi masalah tersendiri baginya. Selama ini ia bisa dikatakan cukup beruntung, walau ia jauh tertinggal dalam hal fisik dari anak-anak lain seperti Davine. Namun berkat sedikit kegigihan dan kerja kerasnya ia kini bisa sedikit merasakan kebebasan dalam hidupnya, walau tentunya ia masih dipantau dan dikendalikan langsung oleh mereka.     

Sedari kecil Kevin memang telah sangat merasa tersaingi oleh Davine dan anak-anak lainya yang berada di tempat itu, karena Davine pula kesempatannya untuk bebas dan keluar dari neraka yang penuh siksaan itu harus lepas begitu saja. Entah mengapa orang-orang selalu memilih Davine daripada dirinya, bahkan dalam hal percintaan pun ia harus mengalami kendala yang sama, baik Annie maupun Siska, mengapa mereka lebih memilih Davine daripada dirinya, hal itu semakin menambah kebencian yang ia rasakan pada lelaki itu.     

Tujuan Kevin mendekati Siska juga bukan hanya karena ia telah jatuh hati pada wanita itu dalam pandangan pertama. Kevin bahkan memang jauh lebih dulu menyukai wanita itu dibanding Davine, namun ketika ia tahu Siska menjalin hubungan dengan Davine, selain rasa kecewa dan sakit hati yang ia rasakan, tampaknya dari sana pula ia seolah mendapat tujuan lain untuk ia lakukan. Kebenciannya terhadap Davine membuatnya bertekat untuk merebut Siska dari lelaki itu, menurut Kevin, setidaknya Davine harus merasakan sebuah sakit hati yang sama seperti yang pernah ia rasakan ketika dulu Annie menolaknya. Merebut Siska dari lelaki itu tentu bisa menjadi sebuah ajang balas dendam tersendiri bagi Kevin. Hal ini semakin di perkuat ketika ia juga mendapat sebuah perintah dari lelaki itu, tampaknya lelaki itu juga memiliki ketidaksukaan yang sama seperti yang ia rasakan terhadap Davine.     

Namun nyatanya semua usahanya dalam mendekati Siska selalu saja gagal. Bahkan ketika ia tahu jika Siska dan Davine telah mengakhiri bubungan mereka, namun nyatanya Kevin masih juga belum dapat mendekati Siska sedikit pun. Walau itu adalah kesempatan emas baginya, jika saja ia bisa mendapatkan Siska, tentu saja hal itu akan membuat Davine merasa sangat cemburu dan sakit hati, dan itu pula yang menjadi salah satu tujuan Kevin dalam mendekati Siska, selain lelaki itu memang memiliki perasaan terhadap wanita itu, sekali lagi hal itu tentu saja juga bisa menjadi ajang balas dendam baginya, terlebih lagi hal itu pulalah yang juga diinginkan oleh lelaki yang kebetulan memerintahkannya untuk melakukan hal tersebut.     

Namun tampaknya kini hal itu hanya akan menjadi mimpi baginya, Siska telah mendapati dirinya yang telah dengan sengaja menyisipkan sebuah alat pelacak guna mengetahui setiap pergerakan dari wanita itu. Tentu saja itu adalah hal yang tak dapat dimaafkan. Ia terlalu terobsesi pada perasaan suka dan niatnya untuk membuat Davine menjadi sakit hati. Pada dasarnya Kelvin telah mengetahui sedikit banyak akan sifat dari lelaki itu, Davine adalah tipe lelaki yang tak mudah dekat atau jatuh cinta pada seseorang, namun jika ia telah merasakan hal itu, maka lelaki itu akan selalu menjaga dan bahkan melakukan hal apa pun guna melindungi wanita yang ia sukai itu. Terbukti dengan apa yang telah Davine lakukan untuk Annie, dan tak menutup kemungkinan jika lelaki itu akan melakukan hal yang sama pada Siska, pikir Kevin.     

Lalu apa jadinya jika wanita yang ia sayangi itu direbut oleh seseorang, tentu saja Davine akan merasakan sakit hati yang teramat dalam, karena menurut Kevin, jika Davine telah menyayangi seseorang maka ia akan dengan sepenuh hati menjaga perasaannya itu. Lelaki itu memiliki cinta yang sangat dalam, hingga membuatnya tak akan segan melakukan apa pun demi menjaga seseorang yang telah ia kasihi. Dalam kasus ini walau awalnya Davine terlihat tak begitu tertarik pada Siska, namun seiring berjalanya waktu, Kevin dapat melihat bagaimana perasaan cinta di dalam diri lelaki itu kian lama kian bertumbuh. Hal itu membuat Kevin merasa sangat ingin untuk menghancurkan perasaan yang dimiliki oleh lelaki itu. Ia ingin melihat Davine hancur sehancur-hancurnya sebab perasaan yang telah ia tanam dalam dirinya sendiri.     

Banyak hal yang telah Davine lakukan tanpa sadar terhadap dirinya, setiap kesempatan emas yang ia punya seolah direnggut begitu saja oleh lelaki itu, membuat Kevin menaruh setiap kebencian itu dalam hatinya, dendam yang ia rasakan begitu besar terhadap lelaki itu, ia hanya berharap jika suatu saat Davine juga akan merasakan apa yang telah ia rasakan selama ini. Kekecewaan, sakit hati, dan penyesalan. Kevin bersumpah jika suatu saat Davine pasti akan merasakan semua hal tersebut.     

Kini Kevin tak lagi bisa mendekati Siska seperti dulu, tentu saja wanita itu telah kehilangan kepercayaan pada dirinya. Lantas apa yang harus ia lakukan, ia bahkan telah gagal dalam menjalankan perintah yang diberikan oleh lelaki itu, sementara ia sendiri sangat berharap bisa menjalankan perintah dari lelaki itu dengan baik, setidaknya kali ini ia ingin sedikit berguna bagi lelaki itu. Selama ini ia hanya dipandang sebagai sebuah kegagalan saja, ia tak sekompeten anak-anak lainnya, ia tak memiliki keahlian fisik dalam bertarung, dan intelegensinya juga bisa dikatakan hanya berada di batas rata-rata anak lainya saja.     

Ia bahkan bisa dikatakan cukup beruntung karena tidak dibuang sebab ketidakmampuannya dalam bersaing, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia juga merasa sangat ingin berguna bagi mereka. Kevin, tampaknya lelaki itu haus akan sebuah pengakuan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.