Another Part Of Me?

Part 4.18



Part 4.18

0Dengan temuan simbol pada jurnal medis itu, kini Davine dapat menyimpulkan jika kemungkinan besar pemilik yayasan tempat tinggalnya waktu kecil dulu hampir bisa dipastikan adalah mereka, keluarga kasta pertama seperti yang telah Lissa maksud dalam jurnal miliknya sebelumnya.     

Lantas siapa mereka, sialnya selama ia berada di yayasan itu, Davine tidak pernah mengetahui siapa pemilik asli yayasan panti asuhan tersebut. Kakek Robert, sang pelatih, dan pengurus yayasan itu memang tak pernah sekalipun menyinggung akan hal itu. Jika dipikirkan lagi rasanya mereka memang seolah berusaha untuk menutupinya.     

Davine berusaha kembali menggali ingatannya lagi, menurutnya hal yang bisa ia lakukan saat ini adalah mencari tahu di mana letak yayasan yang menjadi tempat ia tinggal sewaktu kecil dulu. Dengan begitu ia berharap bisa mengetahui siapa pemilik asli atau mungkin orang yang menjadi donatur yang mendanai yayasan itu selama ini. Ia juga ingat jika dulu Kakek Robert pernah mengatakan jika yayasan itu adalah sebuah yayasan swasta yang tidak diprakarsai langsung oleh pemerintah kota. Kakek Robert juga sempat mengatakan jika yayasan itu hanya didanai oleh seseorang yang sangat kaya raya, namun sayangnya saat itu Kakek Robert tak mengatakan dengan pasti siapa orang tersebut.     

Davine tidak terlalu banyak mengingat tentang di mana letak yayasan itu, yang ia tahu hanyalah yayasan tersebut terletak jauh dari pusat kota, hal itu dapat ia ketahui dengan melihat bagaimana kondisi area di sekitar yayasan itu yang masih berbentuk hutan yang sangat lebat, dan hal itu juga sangat masuk akal jika mengingat pernyataan Kakek Robert yang mengatakan jika dulunya bangunan yayasan itu sebelumnya adalah bekas sebuah penjara yang tak lagi dipakai oleh pemerintah yang di mana bangunan itu akhirnya beralih tangan dan dijadikan sebuah yayasan penampungan anak yatim dan gelandangan yang tak didanai langsung oleh pemerintah, sepertinya bekas bangunan itu dibeli langsung oleh pihak terkait dari pemerintah kota saat itu.     

Tentu saja mencari tahu dan menyambangi yayasan panti asuhan itu adalah satu-satunya cara untuk mengetahui dan mengungkapkan siapa gerangan pihak keluarga kasta pertama yang Lissa maksudkan dalam jurnal miliknya itu. Tak ada cara lain yang dapat terpikirkan oleh Davine, ia hanya bisa berharap jika ia dapat mengetahui siapa gerangan keluarga kasta pertama itu, dengan mengungkap hal itu maka ia juga akan bisa melacak di mana keberadaan Lissa yang ia duga saat ini telah dibawa oleh orang-orang suruhan dari keluarga kasta pertama tersebut.     

Namun yang menjadi kendalanya saat ini adalah bagaimana ia dapat mengetahui letak yayasan itu, sedang ingatan masa kecilnya terasa sangat kabur. Apa ia harus menanyakan hal itu pada Monna yang dulu mengadopsinya dari sana, sedang di satu sisi keterbatasan akses yang ia miliki saat ini tentu saja menjadi kendala tersendiri baginya. Bagaimanapun jika ia mau menanyakan hal tersebut, ia harus mau tidak mau kembali pergi ke sekitar kota guna mendapatkan signal pada smartphone miliknya untuk melakukan panggilan pada ibu angkatnya itu, dengan kata lain ia harus kembali mengaktifkan smartphone miliknya lagi, yang di mana hal itu juga akan sangat berisiko baginya, karena pihak Kepolisian tentu saja bisa kembali melacak titik lokasi keberadaanya saat iti juga.     

Tak hanya itu, Davine tentu telah menduga jika pihak Kepolisian pasti juga telah menyambangi kediaman keluarga angkatnya itu guna mencari keberadaannya, dengan kata lain Monna juga pasti telah mengetahui bagaimana situasi yang sedang ia hadapi saat ini, sangat tidak bijak jika ia harus menghubungi Monna yang di mana hal itu tentu saja akan semakin membuat wanita itu menjadi merasa sangat khawatir akan keadaannya. Ia tahu sebagai seorang ibu angkat, Monna memanglah sangat menyayangi dirinya.     

Davine juga tidak ingin melakukan hal itu karena ada kemungkinan panggilan yang ia lakukan pada Monna itu juga akan dilacak oleh pihak Kepolisian, ia tak ingin merepotkan dan membawa keluarga angkatnya itu masuk lebih dalam ke dalam masalah yang tengah ia hadapi.     

Davine menghembuskan nafasnya panjang, ia kini sedikit tahu jika yang harus ia lakukan adalah mencari tahu siapa pemilik dari yayasan tempatnya tinggal dulu, hal itu tentu bukan perkara yang mudah, mengingat dirinya tak dapat bergerak bebas untuk saat ini.     

******     

Beberapa hari telah berlalu semenjak menghilangnya Lissa, sedang Davine telah mencoba mencari keberadaannya di beberapa area hutan itu, namun seperti dugaannya hal itu tentu hanya sia-sia, Davine tahu jika Lissa pastilah telah dibawa ke suatu tempat di luar hutan tersebut.     

Tak hanya sampai di situ saja, dalam beberapa hari terakhir ini Davine juga hampir dengan rutin kembali mendapat penglihatan yang terkoneksi padanya itu. Dalam penglihatan itu tampaknya seseorang yang berada di balik sudut pandang itu masihlah terus mengawasi pergerakan Siska.     

Tentu saja hal ini semakin mengganggu pikirannya, di satu sisi ia harus segera menemukan keberadaan Lissa, namun di sisi lain ia juga tak bisa jika terus tinggal diam mendapati seseorang yang berada di balik sudut pandang itu terus melakukan aksinya, ia tak ingin sesuatu yang buruk menimpa mantan kekasihnya itu.     

Davine sebenarnya telah sedikit mengetahui siapa orang di balik sudut pandang itu, seseorang yang bukan orang lain baginya, orang yang mungkin saja memang terhubung secara batin tanpa mereka sadari. Hal ini sedikit dikuatkan dari ingatan samar di masa lalunya, walau saat ini hal itu masihlah hanya dugaannya semata, namun dengan adanya jurnal medis yang ia temukan beberapa waktu yang lalu, rasanya ia bisa mengaitkan semua informasi itu dan menemukan sesuatu yang sangat mencengangkan akan keterkaitan segala hal itu dengan dirinya. Lissa, wanita itu tampaknya juga bukan orang asing baginya.     

Setelah memikirkan hal itu berulang-ulang kini Davine mau tidak mau harus mengambil sebuah keputusan yang tak seharusnya ia lakukan. Keputusan itu tentu juga sangat berisiko bagi dirinya sendiri.     

Lalu keputusan seperti apakah yang akan ia ambil. Davine, tampaknya lelaki itu telah menetapkan hatinya kali ini, ia akan kembali memasuki kota guna mencari tahu letak keberadaan yayasan itu, dan tak hanya itu saja ia juga berencana untuk menemui Hanna dan menyampaikan pada lelaki itu jika saat ini Siska tengah berada dalam bahaya. Kedua hal yang sangat berisiko tinggi padanya, namun tak ada jalan lain ia tak bisa hanya tinggal diam, ia tak ingin terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan terhadap kedua wanita yang kini telah ia anggap sebagai hal penting dalam hidupnya itu.     

******     

Ramainya aksi demo yang menentang keputusan pemerintah atas kebijakan jam malam yang telah diterapkan di kota itu tampaknya mulai membuahkan hasil. Pemerintah kota telah melakukan rapat guna menanggapi aksi tersebut, dan hasilnya sungguh di luar dugaan, mereka akan melakukan masa percobaan pencabutan jam malam yang akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan. Hal ini di sampaikan langsung oleh salah satu anggota parlemen yang turut menghadiri rapat tersebut.     

Menurutnya setelah dilakukan perundingan atas situasi dan dampak yang diberikan pada warga kota atas peraturan jam malam yang memang tampaknya sangat memberatkan dan menghambat beberapa sektor perekonomi warga, akhirnya pemerintah kota sedikit menurunkan keras kepalanya, yang di mana mereka menyatakan akan melakukan tahap masa uji coba pelepasan peraturan jam malam di kota itu, yang nantinya akan mereka lakukan selama kurang lebih satu pekan. Tentu mereka juga akan lebih meningkatkan sektor keamanan di kota itu dan mengeluarkan beberapa peraturan-peraturan lain yang harus dipatuhi oleh setiap warga kota. Jika hal itu berjalan dengan baik dalam jangka masa percobaan tersebut maka nantinya pihak Pemerintah kota akan segera mencabut secara resmi atas peraturan jam malam yang selama ini telah mereka terapkan.     

Hal ini juga didasari peninjauan yang mereka lakukan dalam beberapa bulan terakhir, tampaknya setelah kasus kematian Ryean sang pembunuh berantai itu tak lagi melakukan aksinya hingga saat ini. Pihak Pemerintah menegaskan jika hal itu adalah salah satu bentuk keberhasilan yang mereka tuai setelah melakukan peningkatan keamanan di kota itu. Tampaknya pihak Pemerintah tidak ingin hanya dijadikan bulan-bulanan saja oleh para warga kota, sedikit banyaknya mereka juga tampak ingin diakui atas kinerja yang telah mereka lakukan sampai sejauh ini.     

Hal ini tentu disambut dengan sangat baik oleh para warga kota. Mereka telah lama menantikan hal itu, mereka telah lelah terkekang oleh jeruji tak kasat mata yang selama ini telah membatasi pergerakannya, kebebasan dalam beraktivitas tampaknya menjadi fokus utama yang selama ini terus mereka perjuangkan. Namun di satu sisi mereka seolah menanggalkan apa maksud di balik semua peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah kota saat itu. Begitulah manusia mereka tidak akan mau peduli sampai sesuatu yang selama ini dikhawatirkan oleh pihak Pemerintah itu terjadi pada dirinya sendiri atau sanak keluarganya. Hal ini juga menegaskan seberapa egoisnya manusia dalam menjalani hidupnya.     

Hanna duduk termenung di depan teras rumah Siska, ia sebenarnya sangat tidak menyetujui akan keputusan yang dihasilkan oleh rapat yang dilakukan pihak Pemerintah saat itu. Yang ia takutkan saat ini adalah jika mereka akan kembali terjebak dalam skenario yang telah dibuat oleh sang pembunuh berantai itu. Ia sangat yakin terhentinya kasus pembunuhan yang terjadi saat ini adalah hal yang disengaja oleh sang pelaku, ia seolah sedang menunggu sedikit momentum untuk kembali melakukan aksinya, hal ini juga kembali mengingatkannya akan kasus penembakan yang terjadi di sebuah klub malam yang berada di tengah kota itu. Jika dipikirkan lagi bukankah ini adalah momen yang sama seperti waktu terjadinya penembakan tersebut.     

Lain halnya jika dugaannya tentang sang pembunuh berantai itu adalah Davine, rasanya wajar jika saat ini ia tak lagi melakukan aksinya, mengingat pihak Kepolisian telah menetapkannya sebagai terduga pelaku pembunuhan dari Annie. Namun di satu sisi Hanna tidak begitu yakin jika sang pelaku pembunuhan berantai yang terjadi selama ini adalah perbuatan dari Davine, mengingat tanda-tanda kematian yang dialami oleh Annie juga terasa sangat berbeda dengan beberapa korban lainnya. Annie di ketahui mendapat beberapa luka tikaman di perutnya, sedang beberapa korban lainnya diketahui dibunuh hanya dengan beberapa trauma fatal di area vital mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.