Another Part Of Me?

Part 4.20



Part 4.20

0Hanna tersentak, ia tahu jika benda yang sedang ditodongkan padanya itu adalah sebuah handgun, sedang ia merasa tak mengenali suara yang baru saja berbisik di telinganya itu. Sedangkan Davine ia berusaha menarik lelaki itu ke sisi yang lebih gelap, ia tidak ingin ada pejalan kaki yang mencurigai aksi yang sedang ia lakukan saat itu.     

"Siapa kau!" tanya Hanna, ia sedikit memelankan suaranya, ia tahu posisinya sedang sangat buruk saat itu.     

"Apa kau lupa dengan seseorang yang sedang kau cari-cari," jawab Davine, ia sedikit menambah tekanan pada lengannya yang sedang merangkul Hanna dari belakang.     

"Apa maksudmu, apa tujuanmu melakukan hal seperti ini!" tanya Hanna lagi, ia masih tidak mengerti dengan maksud dan tujuan yang saat itu memang belum Davine utarakan.     

Davine segera meraih masker yang menutupi sebagian wajahnya, ia juga membuka tudung hoodie yang dikenakannya saat itu.     

"Kau boleh sedikit menoleh ke belakang sekarang!" titah Davine. Ia berpikir akan lebih baik rasanya jika lelaki itu mengetahui siapa orang yang sedang menodongnya saat itu.     

Hanna yang menoleh hampir terpekik saat mengetahui jika orang yang sedang menodongnya itu tidak lain adalah Davine yang selama ini terus ia cari-cari.     

"Kau, apa maksud dari tindakanmu saat ini berengsek!" caci Hanna, ia tak lagi dapat mengontrol emosinya ketika mendapati Davine adalah orang yang saat itu sedang menodongnya saat itu.     

"Tenanglah, aku hanya ingin bicara baik-baik saja kepadamu," tukas Davine, ia berusaha membuat hal itu menjadi mudah.     

Hanna yang posisinya memang sedang tidak baik tak dapat melakukan banyak hal saat itu, ia tahu jika saat itu ia harus mengikuti permainan yang sedang Davine lakukan kepadanya.     

"Baiklah, sekarang katakan apa tujuanmu?" tanya Hanna, ia mencoba sedikit mengendalikan emosinya, bagaimanapun sebagai seorang penyidik, tentu saja ia sangat membenci orang-orang yang tega melakukan pembunuhan dengan gampangnya seperti apa yang mungkin telah Davine lakukan pada Annie dan Ryean, walaupun hal itu memanglah masih dugaannya semata.     

Tak ingin membuang banyak waktu lagi, Davine segera mengutarakan apa maksud dan tujuannya melakukan hal itu pada Hanna.     

"Ini tentang Siska, wanita itu sedang dalam bahaya!" tukas Davine.     

Hanna yang mendengar hal itu segera mengerutkan keningnya, ia masih belum bisa mencerna apa yang baru saja ia dengar dari mulut lelaki yang sedang menodongkan sebuah handgun padanya itu. Tentu hal yang baru saja Davine katakan saat itu serasa sangat bertolak belakang dengan apa yang Hanna pikirkan tentang lelaki itu, bagi Hanna sangat tidak masuk akal seorang pembunuh memperingatkan hal seperti itu padanya, walau hal yang baru saja Davine katakan saat itu juga ada benarnya. Seperti apa yang baru saja ia ketahui dari Siska, wanita itu saat ini memang sedang diteror oleh seseorang lewat pesan-pesan di smartphone miliknya.     

"Apa maksud dari perkataanmu itu?" tanya Hanna, ia masih mencoba menggali dan memahami apa maksud dari tindakan yang Davine lakukan saat itu.     

"Apakah hal itu kurang jelas, aku mengatakan jika saat ini Siska sedang dalam bahaya, aku tahu kau memiliki hubungan dengan wanita itu!" jawab Davine kembali menegaskan hal yang baru saja ia katakan.     

Hanna menghembuskan nafasnya panjang, ia mencoba memahami apa dan bagaimana situasinya saat itu. Tentu ia tak bisa mempercayai Davine begitu saja, namun di satu sisi ia juga merasa sangat penasaran apa maksud dari perkataan yang baru saja lelaki itu sampaikan padanya.     

"Maksudmu Siska saat ini sedang dalam bahaya? Lantas bahaya seperti apa yang kau maksud!" sambut Hanna.     

"Ada seseorang yang sedang mengincar wanita itu, ia bahkan selalu mengikuti pergerakan Siska dalam beberapa hari belakangan ini!" tukas Davine.     

Hanna yang mendengar hal itu segera menyambungkan apa yang lelaki itu katakan dengan perihal teror yang memang sedang Siska alami saat ini.     

"Bagaimana kau tahu akan hal itu?" tanya Hanna lagi.     

Tampaknya pertanyaan itu adalah hal yang memang paling Davine hindari, ia tidak mungkin mengatakan dari mana ia dapat mengetahui hal itu pada Hanna, tentu saja lelaki itu hanya akan menganggap jika itu semua hanyalah omong kosong semata.     

Untuk beberapa saat Davine tampak terdiam, ia masih mencari cara bagaimana agar lelaki yang sedang ia todong itu mempercayai kata-kata yang baru saja ia ucapkan saat itu.     

"Mengapa kau diam, yang aku tahu bukankah selama ini yang berbahaya itu adalah kau sendiri!" sindir Hanna, ia tahu Davine sedang terpojok sebab pertanyaan yang baru ia lontarkan barusan.     

"Aku tak dapat menjelaskan hal ini kepadamu, namun yang perlu kau tahu saat ini adalah keselamatan wanita itu mungkin saja sedang terancam!" jawab Davine.     

"Terancam dari siapa, kau bahkan tak dapat menjelaskan bagaimana kau bisa mengetahui hal itu, atau malah yang sedang mengancam keselamatan Siska saat ini adalah dirimu sendiri?" Hanna berusaha semakin memancing dan memojokkan lelaki itu.     

"Ahh, maaf, aku rasa itu tidak mungkin. Maksudku bukan dirimu yang ini, namun dirimu yang lainnya!" tambah Hanna.     

"Apa dugaanku benar?" tambahnya lagi.     

Davine yang mendengar perkataan itu benar-benar dibuat kaget setengah mati, ia tak habis pikir bagaimana lelaki itu tampak mengetahui perihal dirinya yang memiliki sebuah kepribadian ganda.     

"Apa aku benar, apa orang yang kau maksud bisa membahayakan nyawa wanita itu tidak lain adalah sang alter darimu!" tegas Hanna. Ia semakin menyudutkan Davine saat itu.     

"Bukan ...!" sanggah Davine.     

"Dia bukan sang Alter miliku, namun ia ...." kata-kata Davine terhenti begitu saja.     

"Lantas jika bukan sang alter darimu, lantas siapa!" jawab Hanna, ia semakin membuat Davine kian merasa terpojok.     

Sesaat keadaan kembali hening, baik Davine dan Hanna, kedua lelaki itu sama-sama terdiam. Hingga akhirnya Davine kembali membuka mulutnya.     

"Bukan, dia bukan sang alter dariku!" ujar Davine.     

"Dia ... Another Part Of Me!" jawabnya, entah mengapa kata-kata itu seolah mengalir begitu saja dari mulut Davine.     

Hanna yang mendengar kata-kata itu tentu saja tidak mengerti akan apa yang Davine maksud saat itu, apa arti dari another part of me yang baru saja lelaki itu ucapkan padanya. Bagian lain seperti apa yang ia maksud, Hanna bahkan tak dapat menemukan jawaban dari kata-kata itu di dalam otaknya, yang saat ini ia tahu hanyalah sisi lain dari lelaki itu, bukan bagian lain darinya seperti apa yang baru saja Davine katakan.     

"Omong kosong macam apa lagi ini?" sambut Hanna. Ia benar-benar tidak mengerti akan apa maksud dari lelaki itu.     

"Ada hal yang perlu kau tahu, namun ada pula beberapa yang tak perlu kau tahu. Aku cukup terkejut mendapati kau tahu akan kepribadian ganda yang aku miliki, namun hal ini sangat berbeda, ia bukan sang alter milikku, itu lebih seperti sesuatu yang terhubung langsung padaku!" tukas Davine.     

"Aku tak dapat menjelaskan hal ini dengan baik, namun yang ingin kukatakan padamu hanyalah, kenyataan jika saat ini bisa saja Siska tengah dalam bahaya!" tegas Davine.     

"Kau harus mendengarkan kata-kataku. Aku tak bisa melindungi wanita itu saat ini, dan aku rasa kau tahu alasannya. Aku harap kau mengerti, aku tidak ingin kehilangan seseorang yang aku sayangi untuk kedua kalinya!" tambah lelaki itu.     

Hanna hanya bisa terdiam, di satu sisi tentu ia butuh jawaban dari semua pertanyaan yang saat itu masih belum Davine jawab dengan benar, namun di sisi lain ia juga khawatir akan apa yang baru saja lelaki itu sampaikan padanya. Jika dipikirkan baik-baik, akan sangat bodoh rasanya jika Davine melakukan aksi gegabahnya itu hanya karena sebuah omong kosong belaka, tentu ia juga tahu jika Davine bukanlah seseorang yang bertindak tanpa berpikir panjang.     

"Apa kau tahu statusmu saat ini?" tanya Hanna.     

"Terduga pelaku?" sambut Davine.     

"Apa itu benar?" kini giliran Davine yang balik bertanya.     

"Lebih tepatnya, terduga pelaku atas terbunuhnya Annie!" jawab Hanna menegaskan hal itu, entah mengapa intuisinya mendorong dirinya untuk mengatakan kebenaran itu pada Davine.     

Sebenarnya Hanna memang telah sedikit meragukan jika pembunuhan yang terjadi pada Annie dan Ryean adalah ulah dari Davine, namun di satu sisi ia juga masih belum bisa membuktikan kedua hal itu dengan benar, apakah Davine memang sang pelaku, atau malah ia hanya seseorang yang berada di tempat dan waktu yang tidak tepat saat itu.     

"Yaeh, aku telah menduga hal itu, mungkin kalian memiliki bukti yang membuat kalian berpikir jika akulah pelakunya, walau nyatanya sampai saat ini aku bahkan tak dapat membantah hal itu dengan benar," tanggap Davine.     

Hanna dengan jelas mampu mendengar adanya keresahan dalam setiap kata-kata yang baru saja lelaki itu ucapkan.     

"Mengapa kau tidak menyerahkan dirimu saja kepada pihak Kepolisian, kami punya beberapa bukti yang merujuk akan hal itu kepadamu!" pancing Hanna, lelaki itu ingin sedikit mempermainkan emosi lelaki itu.     

"Aku tak bisa, tentu saja aku tidak akan menyerahkan diriku sampai adanya bukti yang valid jika benar akulah pelaku pembunuhan dari Annie. Aku bahkan berani bersumpah jika kau dapat menemukan bukti itu maka aku akan dengan suka rela menyerahkan diriku pada kalian. Namun itu bukan fokus utamaku saat ini, yang aku inginkan hanyalah memberitahukan apa yang saat ini aku ketahui tentang Siska. Kuharap kau mau mendengarkan hal ini, jika tidak kau dan aku pastinya nanti akan sama-sama menyesal!" ujar Davine.     

Davine yang merasa jika mereka sudah terlalu lama berada di situasi itu, memutuskan untuk segera mengakhiri aksinya itu. Setidaknya apa yang ingin ia katakan kini telah tersampaikan pada lelaki itu. Ia hanya bisa berharap jika Hanna mau mendengar perkataanya saat itu, namun jika lelaki itu memilih untuk tidak mempercayainya, maka Davine secara mau tidak mau akan turun tangan secara langsung dalam melindungi wanita itu, bahkan jika hal itu nantinya hanya akan menempatkan posisinya menjadi semakin buruk, karena ia harus menjaga Siska dari seseorang yang berada di balik sudut pandang itu, sembari bersembunyi dari kejaran pihak Kepolisian yang sampai saat ini masih mencarinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.