Another Part Of Me?

Part 4.21



Part 4.21

0Davine memperingatkan Hanna agar ia tak bergerak sedikit pun dari tempatnya, jika tidak maka ia tak akan segan-segan untuk melukai lelaki itu.     

"Aku akan pergi sekarang. Pastikan jika kau tak bergerak untuk beberapa menit ke depan," titah Davine.     

"Terus arahkan pandanganmu ke depan, dan jangan sekali-kali mencoba menoleh ke belakang. Jika tidak kau akan menerima akibatnya!" ancam Davine.     

Hanna yang sadar akan posisinya saat itu hanya bisa terdiam dan mengangguk kepalanya, walau ia cukup enggan untuk melakukan hal itu, namun sekali lagi ia hanya bisa menuruti kata-kata Davine.     

"Dan aku peringatkan untuk yang terakhir kalinya, jaga wanita itu baik-baik!" bisik Davine pada lelaki itu.     

Perlahan Davine pun segera melepaskan rangkulannya pada Hanna, ia berjalan dengan perlahan sembari terus mengawasi lelaki itu, ia benar-benar tak akan segan-segan untuk menembakkan handgun miliknya jika saja Hanna terlihat bergerak sedikit saja dari posisinya.     

Hanna yang berada di posisi itu juga tampak mengerti akan apa yang lelaki itu inginkan, sekali lagi ia harus mau tidak mau menuruti permainan yang sedang Davine mainkan saat itu.     

Hanna terlihat mematung untuk beberapa saat, ia hanya memandang lurus ke depan, sedang hatinya mencoba menahan segala rasa kesal dan amarahnya saat itu, bagaimana mungkin ia dipermainkan sedemikian rupa oleh lelaki itu, pikirnya.     

Menghitung mundur, kini Hanna segera berbalik dari posisinya. Seperti yang ia duga, lelaki itu telah lenyap di tengah remangnya lampu jalanan saat itu. Hanna mencoba mencari keberadaan Davine di setiap sudut jalan yang terlihat, namun tampaknya lelaki itu sudah pergi cukup jauh. Hanna segera merogoh smartphone yang berada di sakunya. Ia berniat untuk melaporkan kejadian itu pada Sersan Hendrik, dan memerintahkan para personilnya guna menyisir area itu untuk mencari keberadaan Davine.     

Nomor telepon Sersan Hendrik telah berada tepat di layar smartphone miliknya, ia hanya perlu menekan lambang hijau guna melakukan panggilan itu, namun di saat terakhir ia membatalkan niatnya itu. Untuk kali ini ia akan membiarkan lelaki itu lolos begitu saja, namun jika ia kembali menemukan keberadaannya, Hanna bersumpah akan segera mengiring lelaki itu ke meja interogasinya.     

Hanna tentu cukup di buat terkejut akan aksi yang baru saja Davine lakukan itu, ia tak menyangka jika lelaki itu sampai rela membahayakan dirinya hanya untuk memberitahukan perihal keselamatan Siska yang saat ini ia katakan sedang terancam.     

Tentu hal itu juga menjadi perhatian Hanna, tidak mungkin rasanya jika lelaki itu sampai berani melakukan hal nekat seperti itu hanya untuk mengatakan sebuah omong kosong kepadanya.     

Belum lagi Hanna juga tahu jika Siska saat ini sedang diteror oleh pengirim pesan misterius itu. Lantas siapakah orang itu yang dimaksud oleh Davine, pikirnya.     

Bagi Hanna hal itu benar-benar seolah terhubung dengan apa yang tengah terjadi, membuatnya berpikir jika tidak ada salahnya untuk mempercayai kata-kata lelaki itu saat ini. Tentu Hanna juga tak ingin sesuatu yang tidak ia inginkan terjadi pada adik sepupunya itu. Ia akan berusaha melindungi segala sesuatu yang ia bisa lindungi, entah itu warga kota, ataupun orang-orang terdekatnya.     

******     

Setelah melakukan aksi nekatnya, Davine kini kembali memfokuskan diri untuk mencari informasi mengenai yayasan tempat tinggalnya waktu kecil dulu. Sial baginya tak dapat mengetahui letak di mana bangunan itu, sedang saat ini bisa jadi hanyalah tempat tersebut yang bisa menjadi jalan untuk membuka petunjuk di mana keberadaan Lissa saat ini.     

Waktu memasuki tepat pukul 11.00 p.m. seperti yang baru saja ia dengar dari sang pemilik kedai kopi, tampaknya benar jika saat itu pemerintah tengah melakukan masa percobaan pelepasan jam malam di kota itu. Hal itu tampak dari masih cukup ramainya para penduduk yang sedang beraktivitas di kota itu.     

Sebenarnya Davine cukup waswas akan situasinya saat ini, karena tak menutup kemungkinan saat ini Hanna telah melaporkan aksi yang baru saja ia lakukan itu kepada pihak Kepolisian. Hal itu tentu telah Davine pikirkan jauh sebelum ia melakukan aksinya tersebut. Namun ia tak punya banyak pilihan saat itu, ia harus memprioritaskan kedua hal yang tengah terjadi saat ini, daripada dirinya sendiri.     

Davine juga tak akan begitu terkejut jika saat ini pihak Kepolisian sedang melakukan penyisiran area guna mencari keberadaannya.     

Davine merogoh dompet yang berada di saku belakang celana jeans yang sedang dikenakannya, ia harus memastikan berapa sisa uang yang ia miliki saat itu, tentu saja ia perlu mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan pencariannya saat itu. Ia juga harus segera mencari penginapan sederhana karena tak mungkin ia terus berkeliaran secara terang-terangan sedang pihak Kepolisian bisa saja saat ini tengah mencarinya.     

Setelah memastikan jika sisa uang yang tersisa di dompetnya saat itu masih terbilang cukup, Davine segera bergegas untuk mencari sebuah penginapan dengan harga termurah untuk dijadikan tempatnya menginap malam itu. Melihat banyaknya personil kepolisian yang terlihat sedang berjaga, membuat Davine berpikir jika saat itu bukanlah waktu yang tepat baginya untuk melakukan pencariannya, rasanya siang hari lebih aman baginya untuk berkeliaran di kota itu karena pihak Kepolisian tampaknya lebih memprioritaskan pengamanannya pada malam hari.     

Setelah beberapa kali bertanya pada warga sekitar, akhirnya Davine mendapat sebuah rekomendasi penginapan dengan harga yang sangat murah dari salah satu dari sekian banyak warga yang ia tanyai.     

Penginapan itu terletak tidak begitu jauh dari pusat kota, hanya saja sedikit menjorok ke arah selatan kota tersebut. Setelah sampai pada penginapan yang dimaksud, Davine segera memesan sebuah kamar yang akan ia gunakan dalam beberapa hari ke depannya selagi ia mencari informasi mengenai yayasan tempat tinggalnya dulu. Ia juga memutuskan untuk tinggal di kota itu dengan harapan bisa sedikit memantau keadaan Siska untuk beberapa hari ke depan. Walau ia sekali lagi ia tahu jika keputusannya saat itu memanglah sedikit ceroboh.     

Setelah membayar beberapa uang di muka, Davine segera mendapat sebuah kunci kamar yang akan ia gunakan. Tak menunggu waktu lama ia segera memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya sejenak untuk malam itu. Setelah semua hal yang ia dapati belakangan ini, ia merasa otaknya cukup lelah karena harus terus ia paksa untuk mencerna setiap informasi yang ia butuhkan saat itu.     

Davine mengeluarkan kotak musik usang miliknya yang sedari tadi ia simpan di saku hoodie yang ia kenakan. Davine tidak lupa untuk membawa benda itu dari pondok milik Lissa. Ia berpikir jika benda itu nantinya akan sangat berguna baginya untuk memacu memunculkan ingatan eksplisit miliknya.     

Ingatan eksplisit adalah sebuah ingatan jangka panjang yang menyimpan ingatan-ingatan seperti, hari, tanggal, waktu, ataupun kejadian yang telah lama berlalu. Ingatan ini tentu memerlukan sebuah pemicu dan usaha lebih untuk menghadirkannya kembali, dalam kasus ini Davine berharap kotak musik usang miliknya yang memang penuh akan kenangan masa kecilnya itu bisa membantunya untuk kembali menggali dan menghadirkan ingatan eksplisit miliknya itu.     

Pada dasarnya ingatan eksplisit terbagi menjadi dua, yang pertama adalah ingatan episodik yang mencakup ingatan jangka panjang akan peristiwa tertentu seperti, hal-hal yang dilakukan seseorang dalam jangka waktu terakhir, atau hal-hal ikonik yang telah berlalu, misalnya saja seperti upacara kelulusan sekolah, atau momen hari ulang tahun seseorang. Sedangkan yang kedua adalah ingatan semantik, yang di mana hal itu mencakup ingatan seperti, fakta, konsep, nama, dan pengetahuan umum lainnya yang dimiliki oleh seseorang.     

Davine berharap dengan membawa kotak musik usangnya itu, ia bisa sedikit memacu ingatan eksplisit tentang masa kecilnya selama berada di yayasan itu. Ia berharap bisa menemukan suatu petunjuk dari ingatannya yang telah lama kian menghilang itu.     

******     

Hari berganti, tampaknya masa uji coba hari pertama pelepasan aturan jam malam di kota itu berjalan dengan cukup baik. Walau para warga di bebaskan untuk tetap beraktivitas di malam hari, namun mereka tetap dilarang untuk mengunjungi tempat-tempat yang dianggap rawan kejahatan. Hal ini juga adalah upaya pemerintah agar tragedi pembunuhan berantai itu tak lagi berlanjut.     

Walau tak bebas sepenuhnya, namun tampaknya hal itu sudah mampu memberikan cukup kepuasan bagi warga kota. Sektor ekonomi yang sempat terhenti sebab jam malam yang diberlakukan kini mulai jalan kembali. Hal ini juga menjadi sedikit sanjungan bagi pemerintah kota dari para warga yang sebelumnya mulai terdampak. Perlahan namun pasti, kini pemerintah kota kembali mendapat kepercayaannya lagi dari warga kota tersebut. Namun hal ini tentu bisa menjadi pisau bermata dua bagi pihak Pemerintah, karena pada dasarnya mereka masih belum bisa menangkap sang pelaku pembunuhan berantai yang terjadi di kotanya itu, dan tidak menutup kemungkinan juga jika pembunuhan itu akan kembali terjadi.     

******     

Pagi itu Davine bersiap untuk mengunjungi sebuah warung internet, mungkin saja ia bisa sedikit mencari informasi mengenai yayasan itu di sana. Davine memilih menggunakan tempat itu sebagai sarana bagi dirinya untuk berselancar di dunia maya, dengan pertimbangan akan keamanan privasi dan terlepas dari kemungkinan terlacaknya aktivitas yang sedang ia lakukan. Ia bisa saja menggunakan smartphone miliknya untuk melakukan hal itu, namun ia tahu jika saat itu ia mengaktifkan smartphone miliknya itu, tentu saja pihak Kepolisian akan kembali segera melacak titik lokasinya.     

Memasukkan kata kunci, yayasan dan nama kota tempat tinggalnya pada mesin pencarian, ia berharap akan mendapatkan beberapa artikel yang menuliskan tentang perihal itu. Namun sial baginya, tak ada satu pun artikel yang membahas akan hal itu. Membuatnya sedikit berpikir apakah itu adalah hal yang wajar, apakah tak ada satu pun blogger atau situs web yang tertarik mengangkat yayasan di kotanya itu sebagai objek tulisan mereka, pikirnya. Ia merasa jika itu adalah hal yang sedikit aneh.     

Pada dasarnya tiap kota memiliki situs web resmi yang menampilkan beberapa informasi seperti, tempat-tempat ikonik, atau beberapa bangunan bersejarah, gedung pemerintahan, kantor polisi, dan beberapa tempat layanan umum seperti, rumah sakit, dan panti sosial, yang di mana seharusnya yayasan itu juga termasuk di dalamnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.