Another Part Of Me?

Part 4.25



Part 4.25

0Hanna meletakan sebuket lily putih pada peti mati sang ibu, ia masih berusaha menahan segala sesal yang berkecamuk dalam dirinya, hingga sang ibu yang awalnya terbaring dengan sebuah senyuman indah yang tercetak di wajahnya itu tiba-tiba membuka matanya, kini senyum yang awalnya tampak indah itu berganti menjadi seringai yang sangat menyeramkan.     

Hanna terbangun dengan tubuh yang hampir dipenuhi peluh yang membasahi baju tidurnya. Entah mengapa belakangan ini mimpi itu kerap kali datang dalam tiap tidurnya.     

Hanna yang masih berusaha mengumpulkan kesadarannya itu hanya duduk mematung di ujung sisi tempat tidurnya. Ia masih terus meratapi penyesalan yang entah mengapa seolah kembali hadir di dalam dirinya itu.     

Hanna terus mengulang mimpi yang sudah sangat familier di dalam otaknya itu, ia masih bertanya-tanya apakah itu hanya sebuah mimpi buruk yang dilandasi akan rasa penyesalan yang selama ini ia rasakan atau mungkin ada maksud lain di dalamnya. Bagaimanapun Hanna bukanlah seseorang yang percaya takhayul yang mengatakan jika ada makna yang kerap tersirat dari setiap mimpi yang seseorang alami. Tentu sebagai seorang penyidik ia selalu cenderung mencoba berpikir logis dan serasional mungkin.     

"Lily?" tukas Hanna tiba-tiba, ia seolah mendapatkan sesuatu dari mimpi itu.     

Di dalam mimpinya itu ia seolah selalu memutar ulang kejadian di mana ia meletakan sebuah buket lily putih pada peti mati sang ibu. Hal itu ia lakukan semata-mata untuk mengungkapkan rasa kesedihan yang ia alami saat itu, terlepas dari mimpi yang akhirnya berakhir dengan adegan mengerikan di mana sang ibu tiba-tiba kembali membuka matanya sembari menyeringai dengan penuh kengerian itu, namun berkat hal itu ia kini sedikit menyadari akan sesuatu yang sangat penting. Hal itu tak lain adalah lily putih yang melambangkan kesedihan itu sendiri, dan hal ini bisa saja menjadi sebuah petunjuk guna memecahkan teka-teki dari Ryean yang selama ini tengah berusaha ia ungkapkan.     

"Karena LILY adalah gadis kecil yang malang di utara, menangis di antara F dan B yang berada di sekitarnya." Hanna terus saja mengulang kata-kata itu. Ia kembali mencoba mencari tahu apa maksud dari kalimat yang Ryean tuliskan dalam catatannya itu.     

"Apakah LILY bukan bermakna nama seseorang," gumam Hanna, ia bahkan terus mengetuk-ketukan jari telunjuk pada dagunya. Berkat mimpi itu ia sedikit mulai menyadari akan maksud dari nama yang terselip dalam kalimat yang Ryean tuliskan itu.     

Selama ini ia berpikir jika LILY yang di maksud dalam kalimat itu merujuk pada nama seseorang, lantas bagaimana jika itu hanya sebuah pengecohan yang sengaja Ryean lakukan. Tentu lelaki itu tak ingin kalimat itu dapat dipecahkan dengan mudah, pikir Hanna. Lalu bagaimana jika LILY yang Ryean maksudkan dalam kalimatnya itu lebih merujuk pada sebuah perlambangan kata. Jika dipikirkan baik-baik LILY yang Ryean maksud bisa saja lebih menuju ke nama bunga yang mempunyai arti tersirat di dalamnya.     

"Lily putih!" ujar Hanna hampir terpekik.     

Selama ini ia memang selalu berpikir jika LILY yang dimaksud dalam kalimat itu merujuk pada nama seseorang, namun kali ini ia mencoba melihat hal itu dari sudut pandang yang berbeda. Dalam catatannya itu Ryean memang seolah menegaskan jika arti dari teka-teki itu akan merujuk pada tempat atau lokasi di mana ia menyembunyikan bukti penting tentang kematian Annie.     

Hanna berusaha mencerna arti kata LILY yang terdapat pada kalimat itu, jika itu bukan merujuk pada nama seseorang, maka mungkin saja itu lebih menuju pada sebuah bunga yang memiliki nama yang sama, karena dalam beberapa kebudayaan lily putih bisa dikatakan sebagai lambang duka, kesedihan dan kematian, walau di beberapa kebudayaan lainnya bunga ini juga dapat melambangkan cinta yang suci.     

Menyadari itu Hanna tersentak dan segera berusaha mencari smartphone miliknya, tampaknya ia harus menanyakan sesuatu pada Bella saat itu juga.     

"LILY adalah gadis kecil yang malang di utara." Hanna terus saja mengulang kata-kata itu selagi menunggu panggilannya dijawab oleh Bella. Tampaknya ia sedikit menemukan titik temu, dan harus memastikan hal itu sebelumnya.     

"Halo, ada apa kau meneleponku di tengah malam seperti ini?" jawab Bella dalam panggilan itu, tampaknya wanita itu telah tertidur pulas sebelum akhirnya terbangun oleh panggilan yang Hanna lakukan.     

"Maafkan aku, bisakah aku menanyakan sesuatu padamu?" sambut Hanna. Walau ia sedikit merasa tidak nyaman karena telah mengganggu jam istirahat kekasihnya itu, namun rasa penasarannya sungguh tak dapat dibendung.     

"Apa itu, apa sangat penting hingga kau meneleponku di waktu seperti ini?" tanya Bella, suara wanita itu masih tampak parau.     

"Ya, ini sangat penting!" tekan Hanna.     

"Baiklah, jadi apa yang ingin kau tanyakan?" sambut Bella.     

"Di mana letak makam Annie?" tanya Hanna. Ia benar-benar harus segera mengetahui hal itu saat itu juga.     

"Annie dimakamkan di sebuah pemakaman yang berada di daerah sekitar rumahnya, di daerah," belum sempat Bella menyelesaikan kata-katanya itu, Hanna segera memotong pembicaraan mereka.     

"Baiklah, tepat seperti dugaanku!" tukas Hanna, ia segera mematikan panggilan itu begitu saja.     

Bella yang mendapati hal itu benar-benar tak mengerti dengan apa maksud dari kekasihnya itu, bagaimana bisa lelaki itu meneleponnya di tengah malam hanya untuk menanyakan hal seperti itu, ia bahkan sedikit merasa kesal karena kata-katanya segera dipotong oleh lelaki itu, ia bahkan sebelum ia sempat menyelesaikannya.     

Hanna segera membuka laci meja yang terdapat tidak jauh dari tempat tidurnya untuk mengambil note yang ia simpan di sana. Hanna segera meraih note itu dan menuliskan beberapa kata di dalamnya, tampaknya lelaki itu telah menemukan sebuah petunjuk penting dari sebagian kata yang menjadi teka-teki itu.     

Malam itu Hanna tak lagi dapat melanjutkan tidurnya, rasa penasaran yang berada di kepalanya semakin menjadi-jadi, ia berharap jika apa yang tengah ia pikirkan saat itu adalah benar, dan jika saja itu benar maka kini ia telah selangkah lebih maju setelah sekian lama terhenti karena tak dapat memecahkan teka-teki itu.     

Entah itu hanya sebuah pemikirannya saja, namun datangnya mimpi itu tentu mengambil andil besar dalam dugaannya kali ini. Hanna tak ingin mempercayai semua takhayul yang sering ia dengan perihal mimpi, namun di satu sisi ia juga tak dapat membodohi dirinya jika saat itu ia merasa seolah sang ibu sedang berusaha membantunya lewat mimpi itu. Namun sekali lagi pemikiran itu ia tanggalkan, ia tahu penyebab mimpi itu kembali menghampirinya karena belakangan ini ia memang tanpa sengaja sering memikirkan sang ibu, mungkin itu adalah sebab rasa rindu yang memang dalam beberapa waktu terakhir ini ia rasakan.     

******     

Pukul 09.00 a.m. Hanna segera bersiap untuk menuju suatu tempat, rasa penasarannya sudah berada di puncak saat itu, ia tidak bisa membuang-buang waktunya lagi.     

Sebelumnya Hanna telah mencoba menanyakan perihal lokasi sebuah pemakaman yang berada di daerah sekitar utara kota itu pada kedua orang tua Siska, bagaimanapun ia masih belum sangat familier dengan lokasi dan tempat-tempat di kota itu, karena pada dasarnya Hanna memang lebih banyak menghabiskan hidupnya di luar kota ataupun negeri daripada tinggal di kota itu.     

Untungnya sang ibu dari Siska tahu letak pemakaman yang berada di daerah sekitar utara kota itu, menurut sang ibu di daerah sekitar utara kota itu memang terdapat sebuah pemakaman umum, sang ibu juga menegaskan jika itu adalah satu-satunya pemakaman yang bertempat di sana. Tentu saja keterangan itu sangat menguntungkan bagi Hanna, hal itu membuatnya tak perlu repot-repot dalam mencari di mana letak pemakaman yang Bella maksudkan padanya, walau nyatanya ia juga bisa menanyakan letak pasti lokasi pemakaman itu pada Bella sendiri.     

Setelah mendapat alamat lengkap di mana pemakaman itu berada oleh sang Tante. Hanna tak membuang waktu lagi, ia segera bergegas untuk menuju tempat yang dimaksud. Lelaki itu terlihat sangat bersemangat hingga membuat sang ibu dari Siska sedikit bertanya-tanya apa yang ingin keponakannya itu lakukan di pemakaman itu.     

Butuh waktu sekitar 30 menit hingga akhirnya Hanna sampai di area pemakaman itu, tak banyak kendala yang ia dapatkan ketika mencari letak lokasinya, tampaknya alamat yang baru saja di berikan oleh tantenya itu terbilang sangat akurat. Hanna tak begitu kaget akan hal itu, bagaimanapun juga ia tahu jika tantenya itu telah hidup dan menetap di kota itu sedari ia kecil, jadi wajar rasanya jika ibu dari Siska itu begitu hafal akan tata letak dan struktur lokasi di kota itu.     

Memasuki gerbang pemakaman itu, Hanna seketika merasakan sebuah perasaan yang sedikit tak berkenan di hatinya, bagaimanapun suasana sebuah pemakaman selalu mengingatkannya pada kematian sang ibu.     

Hanna menepiskan hal itu, kini ia punya sesuatu yang harus segera ia pastikan, ia bahkan tak tidur hanya untuk membuktikan apa yang telah ia pikirkan di kepalanya sejak semalam tadi.     

Benar saja, tepat seperti dugaannya. Baru saja ia memasuki area pemakaman itu ia segera disambut oleh beberapa lily putih yang tumbuh hampir menyeluruh di sekitar area pemakaman itu. Tampaknya bunga-bunga itu dengan sengaja ditanam di sana sebagai penghias sarana pemakaman itu. Hal ini seketika menguatkan dugaan Hanna, kini ia yakin jika bukti yang disebutkan oleh Ryean dalam catatannya itu pasti tersembunyi pada suatu tempat di area pemakaman tersebut. Lantas bagaimana Hanna mengetahui hal itu. Ada dua hal yang menjadi perhatiannya dalam penggalan kalimat awal yang dituliskan Ryean dalam catatannya itu.     

Yang pertama adalah apa arti LILY yang saat itu Ryean sisipkan dalam kalimatnya itu, dalam hal ini Hanna meyakini jika LILY yang Ryean maksudkan bukanlah merujuk pada nama atau sosok seseorang, menurut Hanna LILY yang dimaksud dalam kalimatnya itu lebih menuju pada bunga lily putih yang dapat dikatakan menjadi sebuah lambang kematian. Hal inilah yang membuat Hanna berpikir jika maksud dari kata LILY itu adalah sebuah lokasi pemakaman. Lalu gadis kecil yang malang itu melambangkan tragedi pembunuhan yang terjadi pada Annie , dan kata utara yang berada di unjung kalimat itu jelas menunjukkan tempat atau titik koordinat lokasi pemakaman itu sendiri. Dengan kata lain arti dari kalimat 'Karena LILY adalah gadis kecil yang malang di utara' itu merujuk pada lokasi tempat Annie dimakamkan saat itu, pikirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.