Another Part Of Me?

Part 4.32



Part 4.32

0Siska sedang berkumpul di alun-alun kota bersama para mahasiswa dan mahasiswi lainnya. Mereka akan mengadakan bakti sosial dengan sedikit memberikan bantuan berupa kantong-kantong sembako yang mereka dapat dari hasil membuka donasi yang mereka lakukan bagi para warga kota yang sampai saat ini masih belum bisa memulihkan kondisi ekonominya. Walau masa percobaan pelepasan jam malam itu tengah dilakukan, namun tampaknya para warga masih membutuhkan sedikit waktu guna menata kembali perekonomian mereka.     

Dalam upaya saling berbagi itu, tampaknya mereka mendapat respons yang sangat baik dari warga sekitar.     

Waktu menunjukkan pukul 03.10 p.m. sedang kegiatan itu tampaknya berjalan dengan sangat kondusif. Keramaian tentu tak dapat terhindarkan di alun-alun kota yang menjadi tempat mereka melaksanakan kegiatan bakti sosial itu. Beberapa warga tampak saling berdempetan guna mengantre giliran mereka untuk mendapatkan sedikit bantuan berupa kantong-kantong sembako yang saat itu tengah dibagikan oleh para mahasiswa dan mahasiswi yang menjadi panitia kegiatan tersebut.     

Awalnya hal ini berjalan dengan sangat baik, hingga tiba-tiba saja sebuah kehebohan terjadi di tengah-tengah para warga yang sedang mengantre giliran mereka itu. Seorang wanita paruh baya tiba-tiba terjatuh begitu saja tanpa diketahui sebabnya. Tentu hal ini segera memicu kepanikan para warga yang berada di tengah-tengah antrean itu, sampai salah satu warga yang berada paling dekat dari wanita paruh baya itu segera berteriak histeris karena mendapati darah yang mengucur cukup deras dari bagian sekitar leher wanita paruh baya yang kini telah tak sadarkan diri itu.     

Melihat adanya darah segar yang mengalir begitu saja dari leher wanita paruh baya itu, para warga segera berlari berhamburan dari tempat itu, mereka sangat panik, hingga membuat situasi tak lagi dapat dikendalikan saat itu.     

Siska yang mendapati hal itu segera berlari ke arah sang wanita paruh baya yang sedang terkapar itu, ia segera mengecek apa penyebab darah yang mengalir cukup deras dari leher sang wanita paruh baya itu. Betapa terkejutnya ia mendapati jika terdapat sebuah lubang kecil yang terdapat di leher wanita itu.     

Siska yang telah melihat bagaimana bentuk dan ciri-ciri dari luka yang diterima oleh wanita paruh baya itu segera sadar jika luka itu sepertinya disebabkan oleh sebuah peluru yang menembus tepat pada leher wanita itu. Siska yang cukup tanggap segera berlari dan meninggalkan wanita paruh baya yang sedang terkapar di tempat itu. Ia segera berlari ke arah teman-temannya dan menarik mereka untuk segera pergi menjauh dari tempat terbuka itu, menurut Siska bisa saja sang pelaku penembakan itu masih memantau mereka dari suatu tempat sebelum akhirnya akan kembali melakukan aksinya lagi.     

"Ini buruk, kita harus segera pergi dan mencari tempat perlindungan secepat mungkin!" ujar Siska pada para teman-temannya yang masih terdiam mematung karena tak menyangka akan apa yang tengah terjadi saat itu.     

"Itu sebuah penembakan!" tegas Siska, ia berusaha segera menyadarkan teman-temannya yang terlihat masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.     

Siska segera menarik rombongan para mahasiswa dan mahasiswi itu untuk pergi ke area yang lebih tertutup, mereka tak bisa terus berdiam diri seperti itu di tengah area terbuka yang di mana mereka juga tak mengetahui letak dan lokasi keberadaan dari sang penembakan misterius itu. Tentu tak menutup kemungkinan mereka akan menjadi target penembakan itu selanjutnya.     

Pihak Kepolisian segera bersiaga di area mereka masing-masing, saat itu memang ada beberapa personil dari pihak Kepolisian yang bertugas mengawasi berjalanya kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh para mahasiswa dan mahasiswi itu. Sama hanya dengan apa yang dilakukan Siska, pihak Kepolisian tampaknya juga telah menyadari jika saat itu telah terjadi sebuah kasus penembakan yang dilakukan oleh seseorang yang saat ini masih belum mereka ketahui di mana keberadaannya.     

Beberapa personil dari pihak Kepolisian itu, tak langsung mengamankan wanita paruh baya yang tampak telah tak bernyawa itu, mereka lebih memilih untuk segera mengamankan dan memberikan arahan pada warga yang saat itu telah dilanda kepanikan. Pihak Kepolisian itu tampaknya juga memikirkan hal yang sama dengan Siska, menurut mereka akan sangat berbahaya jika para warga ataupun mereka tetap berada di area terbuka seperti itu. Menurut para personil itu, kemungkinan besar sang penembak misterius itu kini sedang mengawasi mereka dari bidang yang lebih tinggi.     

Hanna dan Sersan Hendrik yang telah menerima laporan itu segera meluncur ke tempat kejadian bersama beberapa personil kepolisian lainnya. Mereka tak menduga sang pelaku kembali melakukan aksinya, dan yang membuat Hanna dan Sersan Hendrik tak habis pikir adalah kenyataan jika sang pelaku melakukan aksinya kali ini di waktu yang bisa terbilang merupakan jam-jam produktif di kota itu. Hal ini mengingatkan mereka pada kasus penembakan yang terjadi di klub malam yang juga pernah terjadi di kota itu, bedanya kali ini sang pelaku melakukan aksinya di waktu dan tempat yang bisa dikatakan sangat tak mereka duga seperti itu.     

Menurut Sersan Hendrik alun-alun kota itu memang di kelilingi beberapa gedung tinggi, tentu saja itu adalah tempat yang sangat strategis bagi sang pelaku dalam melakukan aksinya, hanya saja mereka tak pernah menduga jika sang pelaku akan kembali melakukan aksinya di sore hari seperti itu. Entah mengapa sang pelaku seolah memang menginginkan kepanikan itu terjadi. Hal ini seolah bertujuan guna menegaskan jika teror yang ia lakukan sampai saat ini masihlah belum berakhir.     

Sang pelaku seolah menegaskan jika warga kota saat ini tak boleh terlalu bersantai dan menganggap rentetan teror itu telah berakhir. Sang pelaku seolah menegaskan jika mereka telah salah besar dalam memahami situasi mereka saat itu.     

Sampai di lokasi, Hanna dan Sersan Hendrik segera berusaha mencari di mana sekiranya letak yang paling strategis bagi sang pelaku dalam melakukan aksi penembakan itu. Setelah menerawang setiap gedung yang memiliki potensi menjadi tempat sang pelaku melakukan aksinya itu dan memastikan jika sang pelaku tak lagi berada di posisinya untuk kembali melakukan serangan susulan, Hanna, Sersan Hendrik, beserta tim forensik yang bertugas segera mengamankan mayat wanita paruh baya itu. Sedang beberapa personil segera dikerahkan untuk menyisir gedung-gedung yang sekiranya memiliki potensi sebagai tempat sang pelaku dalam melakukan aksinya itu.     

Tak butuh waktu lama bagi Hanna untuk segera mengetahui jika luka yang diterima oleh wanita paruh baya itu adalah kerusakan yang disebabkan oleh senapan runduk. Tampaknya kali ini cukup berbeda, jika dalam kasus penembakan di klub malam itu sang pelaku hanya menggunakan sebuah handgun, kini tampaknya sang pelaku lebih memilih untuk menggunakan senjata dengan akurasi jarak jauh itu dalam melakukan aksinya.     

Hanna yang menyadari hal itu seketika memaki kesal. Mereka tak akan bisa menemukan sang pelaku penembakan itu, ia pasti berada dalam jarak yang sangat jauh dari tempat itu, pada dasarnya jarak jangkauan senapan runduk memang sangatlah jauh, senjata itu bahkan bisa menembak dengan sangat akurat dalam jarak 1 kilometer bahkan lebih, dan hal itu juga tergantung kemampuan yang dimiliki sang penembak jitu itu sendiri.     

Mereka telah salah menduga hal ini, mereka pikir itu hanyalah penembakan yang dilakukan dalam jarak yang tidak terlalu jauh, seperti apa yang pernah terjadi pada lelaki yang menjadi korban penembakan di sebuah klub malam yang terjadi beberapa waktu yang lalu.     

"Kita harus segera memperluas area penyisiran. Ini adalah ulah penembak jitu!" tukas Hanna pada Sersan Hendrik.     

"Aku sangat yakin sang pelaku kini berada di radius 1 kilometer atau lebih dari tempat ini, dan jika melihat jalur peluru ini seharunya sang penembak melakukan aksinya dari sebuah gedung yang tinggi yang berada di arah selatan mata angin," ujarnya lagi.     

Sersan Hendrik yang mendengar hal itu terdiam sejenak, tampaknya lelaki itu sedang memikirkan di mana letak gedung yang memiliki kriteria seperti apa yang Hanna maksud.     

"Pasti sang pelaku melakukan aksinya dari gedung itu!" tunjuk Hendrik pada sebuah gedung saluran televisi yang berada hampir tepat pada arah dan jarak yang Hanna maksud.     

Sersan Hendrik tak membuang waktunya lagi, ia segera memerintahkan setiap personil miliknya untuk segera melakukan penyisiran di area yang mungkin menjadi tempat sang pelaku melakukan aksinya itu. Sedang dirinya dan Hanna juga segera bergegas ke tempat itu guna melakukan penyisiran langsung di area yang mereka duga adalah tempat di mana sang pelaku melakukan aksinya itu.     

Hanna dan Sersan Hendrik segera meninggalkan area TKP, mereka menyerahkan penanganan sang korban pada tim forensik yang saat itu sedang bertugas, sedangkan mereka harus segera mengarah ke tempat yang telah mereka duga saat itu. Tentu saja mereka tidak akan punya waktu banyak sebelum sang pelaku melarikan diri dari tempat itu.     

Sampai di gedung saluran televisi itu, Hanna dan sersan Hendrik segera menerawang ke arah atas gedung yang cukup tinggi itu, Hanna bahkan tak habis pikir bagaimana bisa sang pelaku melakukan aksinya dari tempat seperti itu, tentu tidak sembarangan orang yang boleh memasuki gedung itu, pikirnya.     

Sersan Hendrik segera mengajak Hanna untuk segera memasuki gedung itu, mereka tak akan bisa menemukannya jika hanya menerawang dari luar bangunan saja. Sampai di lobby gedung itu, Sersan Hendrik segera mengeluarkan tanda pengenalnya, ia ingin pihak Gedung siaran televisi itu dapat segera bekerja sama dengannya.     

Mengetahui identitas Sersan Hendrik sebagai pihak Kepolisan kedua karyawan yang bertugas di lobby itu segera menawarkan bantuannya pada Sersan Hendrik dan Hanna.     

Walau petugas itu tampak sedikit terkejut dengan kedatangan kedua lelaki yang dirasanya sangat tiba-tiba itu, namun tampaknya sang petugas segera bisa untuk diajak bekerja sama.     

"Bisakah kalian mengantarkan kami ke atap gedung ini?" ujar Hanna.     

"Dan pastikan tidak ada satupun orang yang boleh keluar ataupun masuk ke kedalam gedung ini!" tambahnya lagi.     

Salah satu dari petugas itu segera menyanggupi permintaan Hanna untuk mengantar mereka ke area atap gedung itu, sedang petugas lainnya mengambil tugas untuk memastikan jika tidak ada satu pun karyawan maupun tamu mereka yang boleh keluar ataupun masuk ke dalam gedung seperti apa yang telah Hanna dan Sersan Hendrik perintahkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.