Another Part Of Me?

Part 4.41



Part 4.41

0 "Apa maksudmu dengan melupakannya?" tanya Bella, wanita itu masih tidak mengerti dengan apa maksud dari jawaban kekasihnya itu.     

Menurut Bella hal seperti itu tidak mungkin terjadi. Bagaimana bisa seseorang melupakan hal yang sangat penting seperti itu. Bahkan jika ia bertukar posisi dengan lelaki itu, maka ia bersumpah akan mengingat kejadian itu seumur hidupnya tanpa bisa melupakannya sedetik pun, pikir Bella.     

"Ya, dia melupakannya!" jawab Hanna kembali menegaskan hal itu.     

"Hanna, kumohon. Jangan bermain-main denganku!" sambut Bella.     

"Ya, aku tak sedikit pun bermain-main dalam hal ini. Namun hanya itu yang rasanya cukup masuk akal untuk menjelaskan perihal apa yang sedang kau tanyakan saat ini!" jawab Hanna dengan wajah yang sangat serius.     

"Apa kau tahu jika Davine adalah pengidap DID?" kini Hanna balik bertanya pada kekasihnya itu.     

Mendengar hal itu, tentu saja Bella sangat merasa terkejut dibuatnya. Ia tak pernah tahu jika selama ini orang yang mereka duga sebagai pelaku pembunuhan sahabatnya itu memiliki kepribadian ganda.     

"Kepribadian ganda?" tanya Bella memastikan.     

"Ya, aku rasa ia adalah pengidap DID seperti apa yang baru saja kukatakan!" jawab Hanna.     

Hanna pun segera menjelaskan perihal note milik Davine yang ia temukan. Hanna menjelaskan dalam catatan itu Davine tampak dengan sangat jelas sedang berusaha mencari dan mengungkap kasus dari pembunuhan Annie.     

Bella yang baru saja mengetahui hal itu semakin bertanya-tanya dibuatnya. Apa benar Davine melupakan kejadian itu. Namun jika catatan dalam note yang Hanna ceritakan adalah benar, maka itu cukup masuk akal. Lagi pula untuk apa Davine berusaha mencari dan mengungkap siapa pelaku pembunuhan Annie, sedangkan ia sendiri tahu jika sebenarnya wanita itu tewas tidak lain karena memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri.     

"Tunggu dulu, tolong jelaskan bagaimana mungkin Davine bisa melupakan hal sepenting itu!" titah Bella.     

Hanna pun segera menjelaskan hipotesisnya akan hal itu. Dalam hal ini ada dua dugaan yang mungkin saja dapat menjadi penyebab mengapa Davine bisa melupakan kejadian itu sepenuhnya. Yang pertama berkaitan dengan sang alter yang ia miliki. Dalam sebagian besar kasus seseorang yang menyandang kelainan DID, mereka akan cenderung melupakan dan tak mengingat akan apa yang telah ia lalui ketika sang alter mengambil alih kesadarannya. Dalam kasus Davine, Hanna menduga jika saat kejadian itu terjadi mungkin saja sang alter milik Davine sedang mengambil alih kesadaran lelaki itu secara penuh.     

Lalu untuk dugaan kedua adalah, Davine memang tanpa sengaja melupakan kejadian itu. Pada dasarnya gangguan dissociative identity disorder adalah gangguan identitas yang disebabkan karena trauma yang dialami oleh penderitanya. Sang alter yang dimunculkan juga semata-mata adalah bentuk perlindungan diri yang tanpa sadar mereka hadirkan. Sistem perlindungan diri ini pula yang bisa saja menjadi faktor bagaimana Davine bisa melupakan hal-hal yang menurutnya bersifat traumatis dalam hidupnya. Sebagai contoh pengalaman di mana ia melihat secara langsung ketika Annie melakukan aksi bunuh dirinya itu dengan kedua mata kepalanya sendiri. Tentu saja hal itu akan sangat berdampak buruk dan menjadi sebuah pengalaman traumatis pada dirinya sendiri. Maka satu-satunya cara untuk menanggulangi hal itu tidak lain adalah dengan cara melupakan pengalaman traumatis itu sendiri, hal inilah yang dilakukan Davine secara tidak sadar sebagai bentuk perlindungan dirinya. Hal itu juga menjelaskan mengapa sebagian besar pengidap kelainan ini kerap didapati mengalami amnesia terutama pada kejadian-kejadian traumatis di dalam hidup mereka.     

Bella yang mendengar penjelasan itu kini cukup mengerti mengapa Hanna dapat menyimpulkan jika saat ini mungkin saja Davine tengah melupakan kejadian itu tanpa ia sadari.     

Hanna segera menyalakan mesin mobilnya, ia harus segera mengantar Bella untuk kembali ke rumah wanita itu, sebelum nantinya ia akan segera melaporkan jika tugas sebagai perwakilan dari pihak Kepolisian telah ia jalankan dengan baik pada Sersan Hendrik.     

Baru saja Hanna akan menginjak pedal gasnya, lelaki itu dikejutkan dengan kedatangan Donna yang secara tiba-tiba berlari keluar dari rumahnya.     

Hanna yang melihat hal itu segera membatalkan niatnya untuk segera pergi dari tempat itu. Terlihat jelas jika gadis itu sedang berusaha menghentikan kepergian mereka saat itu. Bella yang melihat itu segera membuka pintu dan turun untuk menghampiri gadis tersebut.     

"Ada apa sayang?" tanya Bella lembut.     

Saat itu Donna terlihat seperti sedang kebingungan, ia tampak memegang sebuah buku harian di tangan kanannya, sedang tangan kirinya terlihat mengacak kerah bajunya sendiri.     

Donna tak langsung menjawab pertanyaan wanita itu, ia masih tampak berpikir dan menimbang-nimbang sesuatu dengan sedikit gelisah.     

Bella yang menyadari hal itu segera melayangkan pandangannya pada Hanna. Ia tahu jika saat itu Donna sepertinya ingin mengatakan sesuatu pada mereka.     

Hanna yang melihat hal itu segera turun untuk menghampiri Bella dan Donna, ia punya sedikit firasat akan hal itu.     

"Hey, cantik. Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?" tanya Hanna. Lelaki itu membelai lembut rambut gadis itu.     

Awalnya Donna masih terlihat risau, tampaknya ia masih harus memikirkan apakah hal itu harus ia katakan atau tidak.     

"Ini tentang Kakak!" ujar Donna, suara gadis itu begitu pelan terdengar.     

Hanna dan Bella seketika saling melayangkan pandangannya. Tentu mereka tidak mengetahui akan apa yang ingin gadis itu sampaikan, namun tampaknya itu adalah hal penting yang berkaitan dengan Annie.     

"Aku sudah mendengar jika penyebab kematian Kakak adalah sebab bunuh diri yang ia lakukan," ujar Donna. Gadis itu sesekali terlihat menyeka air mata yang mulai mengalir begitu saja.     

"Aku rasa aku tahu sebab mengapa Kakak memilih mengakhiri hidupnya seperti itu!" ujar Donna lagi.     

Hanna dan Bella terkejut tidak main dengan apa yang baru saja ia dengar dari gadis itu. Lantas bagaimana gadis itu bisa mengetahui apa penyebab Annie melakukan tindakan bunuh dirinya itu.     

Hanna dan Bella segera menarik lembut lengan gadis itu, mereka harus mencari tempat yang lebih baik untuk membicarakan hal itu lebih lanjut.     

"Donna, sebaiknya kita bercerita tentang ini di dalam mobil saja!" ajak Bella.     

Donna segera menganggukkan kepalanya, bagaimanapun Bella memang sudah sangat akrab dengan kedua adik dari sahabatnya itu.     

Kini Hanna, Bella, dan Donna bersama-sama duduk di jok belakang mobil itu. Hanna tampak duduk di kiri sedang Bella berada di kanan dan Donna berada di tengah-tengah mereka.     

Hanna tak langsung menanyakan perihal apa yang saat itu ingin gadis itu sampaikan, ia terlebih dahulu memberikan sebotol air mineral yang memang selalu tersedia di dalam mobil itu.     

Hanna segera membukakan botol itu dan menyodorkannya pada Donna. Gadis itu segera menyambut dan meminum air mineral itu beberapa tegukan.     

"Bagaimana, apa kau sudah merasa lebih nyaman?" tanya Hanna.     

Donna segera mengangguk, kini tampak kegelisahannya sedikit menghilang.     

"Baiklah, bisakah kau jelaskan apa maksud dari kata-kata yang baru saja kau katakan!" ujar Hanna lembut.     

Donna pun segera menarik nafasnya panjang, walau ia tampak sedikit kesulitan karena tak tahu harus menceritakan hal itu dari mana, namun berkat Bella dan Hanna yang dengan senantiasa selalu mencoba membuat gadis itu merasa nyaman, kini sang gadis pun mulai menceritakan perihal apa yang baru saja ia katakan itu.     

"Aku rasa Kak Annie mengalami sebuah depresi!" ujar Donna.     

"Aku sempat beberapa kali mendapati Kakak terlihat sedang menangis di kamarnya!" tambahnya lagi.     

Hanna dan Bella yang mendengar itu kini semakin merasa penasaran, apa benar Annie tengah mengalami depresi seperti apa yang gadis itu katakan.     

Donna pun segera melanjutkan ceritanya. Menurut Donna, Annie memang selalu berusaha menyembunyikan hal itu di depan semua orang, tampaknya Annie tidak ingin ada orang lain yang mengetahui akan suatu masalah yang ia hadapi, namun Donna mengatakan dengan tegas, jika ia memang hampir selalu mendapati kakaknya itu sedang menangis di kamarnya. Tentu saja Donna melihat hal itu secara diam-diam.     

Menurut Donna, hal itu semakin sering ia dapati ketika ayah mereka tewas beberapa tahun yang lalu. Donna memang kerap mendapati Annie yang sedang menangis di kamarnya, namun menurut kesaksiannya, kakaknya itu terlihat semakin sering menangis setelah kematian ayah mereka.     

Awalnya Donna juga hanya berpikir jika itu adalah hal yang wajar, perasaan duka tentu saja dirasakan oleh setiap orang di keluarga itu setelah kematian sang ayah. Terlebih sang ibu, menurut Donna yang paling terpukul sebab kejadian itu adalah ibu dari mereka.     

Hari berlalu, setahun semenjak kematian ayahnya, saat itu Donna baru saja menginjak kelas dua SMP. Suatu waktu ia pernah tanpa sengaja menemukan buku catatan milik Annie. Saat itu Donna dengan sengaja memasuki kamar kakaknya itu untuk mencari sebuah buku terjemahan yang ia butuhkan, sekali waktu ia pernah melihat jika kakaknya itu memiliki buku yang dibutuhkannya saat itu. Saat itu tugas yang dimiliki Donna harus segera ia selesaikan, sedangkan ia merasa sangat membutuhkan buku itu agar dapat membantunya dalam menyelesaikan tugas yang sedang ia kerjakan tersebut.     

Awalnya Donna beberapa kali mengetuk pintu kamar Annie, ia pikir saat itu sang kakak sedang berada di kamarnya. Merasa tak mendapatkan jawaban dari sang kakak, Donna segera mencoba membuka pintu kamar itu. Seperti yang ia duga, sang kakak tampak tak ada di kamar itu. Donna yang tidak memiliki pilihan lain mau tidak mau harus memasuki dan mencari buku yang ia butuhkan di kamar itu sendiri.     

Donna segera mencari buku yang ia perlukan itu di antara tumpukan buku milik Annie yang menumpuk di atas meja yang terdapat di kamar itu. Namun usahanya sia-sia, ia tak menemukan buku yang ia cari di antar tumpukan buku itu, namun ada sebuah buku yang sedikit menarik perhatiannya saat itu. Di antara tumpukan buku itu terselip buku harian milik Annie. Donna memang kerap melihat kakaknya itu beberapa waktu belakangan ini kerap menuliskan sesuatu di buku harian tersebut, dan hal ini rupanya sedikit menarik perhatiannya. Tak dapat menahan rasa penasaran itu, akhirnya Donna dengan lancang membuka halaman yang berada di bagian paling depan buku harian itu, dan apa yang tertulis di sana cukup membuat bulu kuduk Donna berdiri seketika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.