Another Part Of Me?

Part 4.42



Part 4.42

0 "Mati!" ujar Donna, gadis itu terlihat meremas jari jemarinya.     

Hanna memandang gadis itu penuh tanya. Ia rasa hal ini cukup berat bagi seorang gadis sepertinya.     

"Di halaman depan buku catatan itu dipenuhi dengan tulisan itu!" tambah Donna.     

Donna mengatakan jika dulu ia hanya sempat membaca beberapa halaman buku itu. Walau di halaman awal buku catatan itu hanya dipenuhi dengan kata 'Mati' seperti yang ia ucapkan, namun setelah ia membaca beberapa lembar selanjutnya di balik catatan itu, ia merasa jika ada yang sedikit aneh dalam catatan itu.     

Donna menerangkan jika di beberapa lembar halaman awal buku catatan itu menuliskan bagaimana persahabatan yang kakak perempuannya itu jalin bersama seorang lelaki yang tidak lain adalah Davine. Dalam catatan itu Annie menyatakan betapa bahagianya ia memiliki sahabat seperti Davine, dalam catatan itu juga Annie mengatakan jika mereka terus menjalin persahabatan semenjak mereka pertama kali bertemu sampai mereka sama-sama menginjak bangku SMA bersama. Walau dalam catatan itu Annie juga sedikit menyinggung tentang kecelakaan yang pernah ia alami yang disebabkan oleh Davine, namun tampaknya hal itu tidak membuatnya jera untuk dapat terus bersahabat dengan lelaki itu.     

Hanna dan Bella yang mendengar cerita dari Donna itu, tentu saja terkejut tidak main. Yang mereka tahu selama ini adalah hubungan di antara kedua orang itu telah berakhir selepas kecelakaan yang menimpa Annie sewaktu ia kecil dulu.     

Donna juga membenarkan hal itu, ia bahkan tak pernah mengetahui jika kakak perempuannya itu masih menjalin hubungan bersama Davine bahkan hingga kakaknya itu menginjak bangku SMA. Donna bukanya tak pernah mendengar perihal kejadian yang dulu pernah menimpa kakaknya itu dari sang ibu. Menurut sang ibu, Annie memang telah dilarang untuk berteman dengan lelaki itu setelah kejadian itu menimpanya. Tentu saja Donna tak tahu menahu akan kejadian itu jika saja ia tak diceritakan oleh sang ibu, bagaimanapun saat kejadian itu terjadi tentu Donna masih belum dilahirkan, sedang Annie saat itu berusia sekitar tujuh tahun.     

Donna kembali melanjutkan ceritanya, menurut apa yang telah ia baca dalam buku catatan milik Annie itu, sang kakak akhirnya memutuskan untuk menjauhi Davine tepat ketika mereka menginjak kelas dua SMA, dan hal ini dikarenakan Annie yang merasa jika dirinya telah sangat kotor saat itu.     

"Aku berhenti membaca buku itu ketika aku menyadari kedatangan Kak Annie dari arah luar ruangan. Saat itu aku segera meletakan kembali buku harian itu di antara tumpukan buku yang berada di atas meja itu!" jelas Donna.     

"Namun ketika Kak Annie ditemukan tewas, entah mengapa aku kembali teringat akan buku harian miliknya itu, dan saat aku mulai melanjutkan untuk membaca buku itu, akhirnya aku mulai tahu jika selama ini Kak Annie adalah wanita yang sangat malang!" tambah Donna.     

Donna pun segera memberikan buku harian milik kakaknya itu pada Hanna. Ia mengatakan jika semua jawaban dari apa yang Hanna dan Bella pertanyakan mungkin saja ada di dalam buku itu. Donna juga mengatakan jika dirinya telah selesai membaca buku harian itu hingga akhir, namun ia merasa jika Hanna dan Bella lebih baik membacanya sendiri daripada harus mendengar itu dari mulutnya saja. Donna juga mengatakan jika ada beberapa hal yang tidak dapat ia pahami dengan benar dari setiap catatan yang terdapat di dalam buku harian itu, bagaimanapun juga penalaran anak seusianya pastilah cukup terbatas.     

Setelah ditemukannya mayat Annie, saat itu Donna masih berpikir jika mungkin saja kakaknya itu adalah korban dari sang pembunuh berantai yang memang telah banyak memakan korban saat itu. Walau telah mengetahui bagaimana situasi yang harus kakaknya itu hadapi sebelum kematiannya, namun Donna masih berpikir jika Annie tidaklah mungkin memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri seperti apa yang ia wanita itu tuliskan di dalam buku hariannya. Namun terungkapnya kematian Annie yang telah di konfirmasi sebagai tindakan bunuh diri itu, kini membuat semua tampak masuk akal bagi Donna, walau umurnya masih sangat dini, namun ia dapat mengerti sesulit apa situasi dan keadaan yang harus dilalui Annie hingga akhirnya kakak perempuannya itu memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri seperti apa yang kakaknya itu tuliskan di dalam buku hariannya itu.     

Hanna segera membuka lembar tiap lembar buku harian itu. Seperti apa yang Donna katakan sebelumnya, tampaknya memang benar jika Annie dan Davine nyatanya masih terus melanjutkan hubungan mereka sampai mereka menginjak jenjang SMA. Hanna melanjutkan bacaan itu, ia sebenarnya sudah sangat merasa penasaran akan apa maksud dan penyebab Annie memilih mengakhiri hubungannya dengan Davine. Mengapa Annie mengatakan jika dirinya saat itu telah sangat kotor.     

Tak butuh waktu lama, Hanna pun segera mendapatkan jawaban dari pertanyaannya itu. Dalam catatan itu Annie mengungkapkan jika alasan ia memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan Davine saat itu, semata-mata karena dirinya merasa tak pantas lagi untuk berada di samping lelaki itu. Di sana Annie juga mengungkapkan jika ia memang telah memiliki perasaan yang lebih pada sahabatnya itu, Annie dengan gamblang menyatakan jika dirinya telah jatuh cinta pada Davine. Entah kapan perasaan itu mulai muncul, namun tampaknya kebersamaan di antara mereka telah menumbuhkan benih-benih cinta di dalam hati wanita itu.     

Awalnya semua berjalan dengan sangat baik, Annie menceritakan bagaimana ia yang selalu secara diam-diam terus melakukan janji temu sepulang sekolah bersama sosok lelaki yang ia cintai itu. Namun semua berubah ketika sang ayah merenggut kesuciannya secara paksa.     

Hanna yang membaca hal itu seketika terdiam dan melayangkan pandangannya pada Donna, ia tak dapat membayangkan bagaimana gadis seusianya harus mendapati kenyataan yang begitu pahit tentang apa yang telah terjadi pada kakaknya itu sendiri.     

Hanna kembali melanjutkan untuk membaca catatan itu. Annie menjelaskan jika saat itu sang ayah tampaknya memiliki sebuah kelainan seksual, yang di mana ia hanya bergairah ketika melakukan kegiatan itu jika dibarengi dengan tindakan kekerasan seperti, memukul dan menyiksa pasangannya sendiri, kelainan ini biasa disebut sebagai sadisme seksual. Sederhananya sadisme seksual adalah kelainan seks yang di mana penderitanya hanya dapat merasakan kepuasan jika ia menyakiti atau menyiksa pasangan yang menjadi objek seksnya itu sendiri. Sialnya hal itulah yang di alami oleh sang ayah. Annie juga mengatakan jika ia kerap mendapati sang ibu mengalami beberapa lebam di tubuhnya, awalnya ia tak menyadari jika hal itu adalah hasil perbuatan sang ayah ketika mereka sedang melakukan aktivitas seksual. Sampai pada suatu ketika Annie yang tanpa sengaja mendengar jeritan dan tangis sang ibu pada malam hari. Merasa khawatir akan hal itu, Annie segera memutuskan untuk memeriksa keadaan sang ibu di kamarnya. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati sang ayah sedang melakukan hubungan intim dengan sang ibu sembari terus menyiksanya. Annie yang saat itu melihat aktivitas itu dari balik celah pintu kamar sang ibu tak dapat berkata apa-apa. Ia melihat bagaimana sang ayah terus memukul dan menampar sang ibu sembari terus melanjutkan aktivitas seksualnya.     

Hari berlalu, setelah kejadian itu Annie selalu tampak merasa takut akan sang ayah, ia menganggap jika apa yang dilakukan oleh sang ayah kepada ibunya itu rasanya bukanlah hal yang normal. Sedangkan kekhawatirannya pada sang ibu semakin menjadi-jadi. Bagaimana tidak, semakin hari tampaknya lebam-lebam yang tercetak di tubuh ibunya itu tampak kian semakin bertambah.     

Kenyataan itu kini membuat Annie semakin menganggap jika ayahnya itu bukanlah lelaki yang bisa dikatakan baik sebagai kepala rumah tangga, selain tak mempunyai pekerjaan dan tak mampu memberikan nafkah dengan baik pada keluarga mereka, tampaknya lelaki itu hanya bisa selalu menjadi beban untuk keluarga kecil itu sediri. Di usianya yang tak lagi muda, sang ayah bahkan masih kerap mabuk-mabukan dan berjudi, sedangkan lelaki itu sendiri tak pernah sekalipun memberikan nafkah pada anak dan istrinya, lelaki itu bahkan kerap merampas paksa uang hasil kerja keras yang dihasilkan oleh sang ibu guna melakukan hobi buruknya itu.     

Sampai di suatu malam, saat itu sang ayah yang sedang mabuk berat tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya. Sialnya kamar itu memang tak ia kunci saat itu. Sang ayah yang telah kehilangan akal sehatnya itu segera menyetubuhi Annie secara paksa, sama halnya seperti apa yang dilakukannya pada sang ibu, lelaki berengsek itu juga melakukan kekerasan pada Annie guna memuaskan kelainan seksual yang ia miliki. Annie telah berusaha memberontak sebisa mungkin, namun apa daya tenaga dari lelaki itu sangat kuat, membuatnya hanya bisa menangis pasrah dengan apa yang harus ia alami malam itu.     

Setelah melakukan perbuatan keji pada Annie, tentu saja sang ayah segera mengancam agar wanita itu tidak membocorkan apa yang telah ia lakukan padanya. Sang ayah juga sempat merekam aksi tak senonoh yang dilakukannya pada anaknya sendiri itu lewat smartphone miliknya sebagai objek kepuasannya.     

Saat itu Annie ingin sekali melaporkan hal itu kepada sang ibu, namun di satu sisi ia sangat tahu jika sang ibu sangat mencintai ayahnya itu, hal itu sangat terlihat dari bagaimana sang ibu tetap memperlakukan lelaki bajingan itu dengan sangat baik, walau nyatanya sang ibu yang selama ini selalu diperlakukan dengan sangat kasar oleh lelaki bajingan tersebut. Dalam catatan itu bahkan sang ayah secara terang-terangan menantang Annie untuk melaporkan apa yang telah ia perbuat pada anaknya sendiri itu. Ia berkata jika ia tak peduli jika sang ibu memutuskan untuk menceraikannya sebab kejadian itu, karena ia sangat yakin jika itu terjadi maka sang ibulah yang akan menyesal nantinya. Bagaimanapun juga lelaki berengsek itu sangat mengetahui jika istrinya itu sangat mencintainya. Annie yang mendengar perkataan itu juga tak dapat menyangkal hal itu, ia bahkan tak habis pikir bagaimana bisa sang ibu sangat mencintai lelaki berengsek sepertinya itu. Walau Annie yakin jika ia memilih melaporkan hal itu pada sang ibu, maka sang ibu tak akan segan-segan untuk menceraikan lelaki itu, namun ia tahu pada ujungnya nanti, maka sang ibu sendiri yang akan menderita sebab cinta yang begitu besar yang ia miliki pada sang ayah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.