Another Part Of Me?

Part 4.43



Part 4.43

0Annie yang mendengar pernyataan dari sang ayah tampak dilema dibuatnya, tentu saja ia tak ingin jika nantinya sang ibu menderita sebab kejadian yang menimpanya itu. Sang ayah memanglah sumber masalah bagi keluarga itu, namun seperti itulah cinta, terbukti dari sang ibu yang masih saja bertahan dengan sang ayah yang selalu melakukan kekerasan dalam setiap kesempatan hubungan intim yang mereka lakukan.     

Annie hanya bisa menangis pilu malam itu, ia tak dapat mengatakan apa yang telah lelaki berengsek itu lakukan pada dirinya kepada sang ibu. Annie, wanita itu memilih bungkam dan berharap kejadian itu tak akan terulang kembali.     

Seperti mendapatkan angin segar, sang ayah malah semakin merasa berada di atas angin. Mendapati Annie yang bungkam dan memilih tak menceritakan kelakuan berengseknya itu pada ibunya, sang ayah malah semakin menjadi-jadi. Kini ia mulai rutin melakukan dan memaksa Annie untuk melayani nafsunya yang bak hewan liar itu. Ia mengatakan jika sebaiknya Annie menggantikan posisi ibunya sebagai objek seksnya mulai saat itu. Sang ayah berkata jika saat ini sang ibu sudah mulai tidak mampu menahan perlakuan keji yang selalu ia lakukan ketika lelaki itu berhubungan badan dengannya. Sang ayah mengatakan jika wanita itu tak lagi muda dan tak akan mampu menahan setiap siksaan yang ia lakukan guna mendapatkan kepuasannya.     

Annie hanya bisa terdiam mendengar hal itu, ia sangat tahu akan hal itu, jangankan ibunya, bahkan dirinya dan wanita mana pun rasanya tak akan sanggup untuk melayani kelainan seksual yang dimiliki oleh ayahnya itu.     

Saat itu keadaan rumah tengah kosong dan hanya menyisakan Annie dan ayahnya saja, sedang sang ibu tampak masih belum pulang dari pekerjaannya, sang ibu memang kerap pulang terlambat dalam beberapa waktu belakangan ini, sang ibu juga selalu membawa kedua adiknya saat bekerja, hal ini memberikan kesempatan bagi sang ayah untuk melakukan aksi tak senonoh itu pada Annie.     

Annie hanya bisa pasrah saat itu. Ia lebih memikirkan keutuhan keluarga itu daripada dirinya sendiri, ia juga tak ingin kedua adiknya yang masih kecil itu harus merasakan keretakan dalam rumah tangga hanya karena dirinya. Keluarga itu memang tampak sangat harmonis dari luar, namun tak seperti kelihatannya, ada seorang iblis yang berada di tengah keluarga kecil itu.     

Sang ayah mengikat kedua tangan Annie pada sisi kasur, sedang ia kini sedang asyik melakukan aksinya, ia beberapa kali menampar dan mencekik Annie sambil tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Annie, wanita itu hanya bisa menangis sepanjang aktivitas itu berlangsung.     

Keesokan harinya, seperti biasa, Annie melakukan janji temu Dengan Davine sepulang sekolahnya. Annie bergegas untuk menuju lokasi hutan tempat mereka saling bertemu satu sama lain seperti biasanya. Hari itu Annie sedikit terlambat karena ada sedikit jam tambahan yang harus ia ikuti, ia berharap jika Davine tidak marah akan perihal itu.     

Sampai di tempat, Annie menghembuskan nafasnya lega, tampak Davine masih berada di tempat itu untuk menunggunya.     

Saat itu Annie berusaha bersikap seperti biasa, walau wanita itu sedang tertekan karena perlakuan tidak senonoh yang diterimanya dari sang ayah. Ia sebisa mungkin untuk tak memperlihatkan perihal itu di depan orang yang ia cintai, ia hanya tak ingin Davine terbebani karena perihal tersebut.     

Pertemuan mereka berjalan lancar, tampaknya Davine tidak marah karena keterlambatan Annie saat itu. Seperti biasa Davine adalah sosok yang sangat perhatian padanya, tentu saja sebagai wanita Annie sangat merasa senang akan hal itu, namun di satu sisi hal itu juga yang menjadi kekhawatiran bagi wanita itu. Ia takut jika Davine akan menyadari dan mempertanyakan beberapa lebam yang ia miliki sebab perlakuan sang ayah.     

Benar saja, di hari itu tampaknya Davine mulai mengetahui jika Annie sedang berusaha menyembunyikan sesuatu, hal ini bertambah buruk ketika keesokan harinya Davine juga tanpa sengaja mendapati lebam yang menempel di sekitar area sekitar betisnya karena ulah sang ayah.     

Annie yang merasa dirinya telah dinodai oleh sang ayah mulai berpikir jika ia lebih baik menjauh dari Davine, ia merasa tak pantas untuk berada di sisi lelaki itu, ia bahkan merasa jijik dengan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia bertahan di samping lelaki yang ia cintai, sedangkan kini ia bahkan tak suci lagi. Annie, wanita itu merasa tak pantas berada di sisi Davine, bahkan jika itu hanyalah sebagai sahabatnya saja.     

Sejak saat itu Annie tak pernah lagi memenuhi janji temu yang ia buat bersama lelaki itu. Ia telah kehilangan rasa percaya dirinya, ia bahkan merasa tak pantas untuk bergaul dan menjalani hidupnya seperti dahulu lagi. Tampaknya perlakuan keji dari sang ayah mulai berdampak pada mental dan psikis Annie. Kini ia tak lagi seperiang dulu, ia kini jauh lebih tertutup dalam menjalani hidupnya, tentu saja kini ia menyimpan aib yang sangat besar di dalam dirinya, hal itu bagaikan bangkai yang berbau busuk yang melekat di dalam dirinya, ia merasa kotor, hina, dan tak pantas untuk menjalani kehidupannya seperti dulu lagi.     

Kini perlakuan sang ayah semakin menjadi, tidak hanya menjamah tubuh anaknya sendiri, kini lelaki berengsek itu bahkan rela menjejalkan tubuh sang anak untuk dinikmati oleh pria lain. Hal ini ia lakukan semata-mata demi mendapatkan sejumlah uang yang cukup besar. Sang ayah, lelaki itu kini menjual tubuh Annie pada salah seorang lelaki hidung belang yang merupakan kenalannya.     

Sang ayah mulai rutin membawa Annie selepas jam sekolahnya ke sebuah rumah mewah yang terdapat di daerah sekitar barat kota. Tak hanya menjual tubuh anaknya pada lelaki hidung belang itu, sesekali sang ayah bahkan ikut melakukan aktivitas seksual itu bersama sang lelaki hidung belang yang merupakan kenalannya itu, dan dengan tanpa perasaan ikut menjamah tubuh sang anak.     

Sejenak Hanna menghentikan bacaannya, ia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang telah terjadi kepada wanita itu, bagaimana bisa seorang ayah memperlakukan anak kandungnya seperti itu, pikirnya. Bahkan bagi Hanna yang membaca catatan itu saja sudah cukup di buat kesal oleh perlakuan sang ayah.     

Hanna mencoba menguatkan hatinya, ia mulai kembali melanjutkan bacaannya itu.     

Dalam catatan itu Annie menjelaskan jika perbuatan keji itu harus ia terima begitu saja, ia tak tahu harus berbuat seperti apa dengan keadaan yang ia hadapi saat itu. Sampai saat itu ia masih bungkam dan mencoba menanggung beban itu seorang diri, ia tak ingin keluarga kecil yang terlihat harmonis itu hancur oleh pengakuan darinya saja.     

Terhitung beberapa kali sang ayah telah menjual tubuhnya pada lelaki hidung belang itu. Mereka benar-benar memperlakukannya hanya sebatas objek seks semata. Baik sang ayah ataupun lelaki hidung belang itu, mereka selalu saja merekam tindakan tak senonoh yang mereka lakukan saat itu, membuat Annie merasa semakin tak berharga. Apa jadinya jika orang-orang melihat hasil rekaman itu, tentu saja mereka akan segera merasa mual dan jijik terhadap dirinya, ia bahkan tak bisa membayangkan bagaimana jika rekaman itu sampai terlihat oleh Davine yang merupakan sosok lelaki yang sangat ia cintai. Annie, hati dan pikirannya benar-benar hancur saat itu. Ia bahkan mulai mempunyai keinginan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.     

Annie berusaha mengusap air matanya, saat itu Davine tiba-tiba saja datang ke sekolahnya saat jam pelajaran telah berakhir. Lelaki itu segera menanyakan perihal mengapa Annie berusaha menjauh darinya dan tak pernah menepati janji temu mereka lagi. Annie tak dapat berkata banyak saat itu, ia hanya mengatakan maaf pada lelaki yang kini sedang memohon agar dirinya kembali seperti sedia kala, saat di mana mereka saling menghabiskan waktu bersama-sama.     

Davine membelai lembut pipinya, hal itu segera membuat perasaannya jadi kacau, jauh di lubuk hatinya ia sangat ingin kembali menjalani hari-harinya bersama lelaki itu, namun di satu sisi ia sangat merasa tak pantas untuk tetap bisa berada di samping lelaki yang ia cintai, sedangkan dirinya telah ternodai.     

Annie mengatakan jika dirinya tak pantas untuk Davine, tentu saja hal itu membuat lelaki itu sedikit bingung, namun bukannya menyerah, Davine malah mengatakan perasaan cinta kepada dirinya. Sebagai wanita yang juga mencintai lelaki itu, sesaat Annie tak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya sebab kata-kata yang baru saja Davine ucapkan. Namun hal itu tak berlangsung lama, Annie sebisa mungkin mengubah senyuman itu, ia tak ingin Davine tahu jika dirinya juga mencintai lelaki itu.     

Annie menanggalkan tangan Davine yang sedari tadi menggenggam erat tangannya, ia harus segera pergi dari lelaki itu, jika tidak ia bisa saja terbawa oleh perasaannya sendiri.     

Annie berusaha menjauh dari Davine, sedang lelaki itu masih saja terus berusaha meyakinkan dirinya. Davine terus memohon agar hubungan mereka dapat kembali seperti dulu, namun Annie, ia benar-benar teguh dengan pendiriannya, ia hanya berharap jika suatu saat Davine bisa menemukan wanita lain yang jauh lebih baik darinya.     

Davine terus memohon, sedang Annie hanya bisa menggelengkan kepalanya, hingga akhirnya ia tanpa sadar membentak lelaki itu. Itu adalah kali pertamanya membentak Davine, tentu saja ia segera merasakan penyesalan atas apa yang telah ia lakukan saat itu. Bagaimanapun lelaki itu tak memiliki kesalahan apa pun, yang salah adalah dirinya, bagi Annie, Davine hanyalah yang lelaki malang. Annie tak dapat menahan tangisnya, air mata itu kini kembali mengalir begitu saja, ia memang telah menangis sejak Davine mulai membelai lembut pipinya dan memohon untuk kembali bersama. 'Aku tak pantas untukmu' hanya kata-kata itu yang dapat terucap dari bibirnya saat itu.     

Annie dikagetkan oleh dering pada smartphone miliknya, ia segera panik ketika mendapati jika panggilan itu berasal dari sang ayah, ia tak punya waktu lagi, ia harus segera meninggalkan Davine karena tampaknya sang ayah telah sampai untuk menjemputnya saat itu.     

Annie segera berlalu dari hadapan Davine, sedang lelaki itu kini tampak tertegun. Annie tahu jika saat itu Davine sedang bergelut dengan pemikirannya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.