Another Part Of Me?

Part 4.44



Part 4.44

0Langkah Annie terhenti, sedang hatinya tiba-tiba saja seperti tertimpa sesuatu yang sangat berat, ia tak percaya dengan apa yang baru saja Davine ucapkan, lelaki itu tiba-tiba saja mengatakan jika besok ia akan segera pindah dari kota itu. Tentu saja hal itu membuat Annie terkejut tidak main.     

Posisi mereka saling memunggungi saat itu, walau tak saling menatap antara satu sama lain, namun hati mereka kian bertaut. Annie tak mampu menahan kesedihannya, mungkin ia memang tak ingin bersama lelaki itu lagi, namun tetap kabar kepindahan Davine yang sangat tiba-tiba itu terasa sangat mengejutkan baginya.     

Hati wanita itu rasa ingin memberontak, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam ia masih ingin tetap bisa bersama lelaki itu. Namun di sisi lain, kabar yang baru saja ia dengar dari mulut lelaki itu juga ada baiknya. Bagaimanapun juga dengan kepindahan Davine, maka hal itu akan semakin memudahkannya untuk menjauhi lelaki yang ia cintai itu. Annie hanya bisa berharap dengan kepindahannya maka Davine dapat melupakannya dan menemukan pengganti yang jauh lebih baik darinya, walau ia sendiri tak yakin jika dirinya bisa melupakan lelaki yang ia cintai tersebut.     

Annie memaksakan langkahnya, ia harus segera meninggalkan Davine saat itu juga, walau ia tahu jika bisa saja itu adalah pertemuan terakhir mereka, namun Annie tampaknya telah meneguhkan hatinya, menurutnya itu adalah hal yang terbaik yang bisa ia lakukan untuk saat ini, Annie ia masih merasa dirinya sangat hina dan kotor untuk lelaki itu.     

Setelah meninggalkan Davine yang masih berdiri mematung di tempat itu. Annie segera berlari untuk menghampiri sang ayah, wanita itu tahu jika sang ayah sangat tidak suka dibuat menunggu, sang ayah bisa saja kembali melakukan kekerasan terhadapnya hanya karena perihal tersebut.     

Hari itu Annie kembali dibawa oleh sang ayah ke kediaman lelaki hidung belang yang berada di daerah sekitar timur laut kota itu. Untuk ke sekian kalinya ia harus melayani nafsu beringas dari kedua lelaki itu secara bersamaan.     

Keesokan harinya Annie sempat berpapasan dengan Davine ketika ia sedang diantar oleh sang ayah untuk menuju sekolahnya. Saat itu Davine terlihat sedang berada di dalam mobil bersama kedua orang tuanya, mata mereka sempat bertemu untuk sesaat, hingga akhirnya terpalingkan sebab kendaraan mereka yang saling melintas satu sama lain ke arah yang berlawanan. Annie tahu jika itu kali terakhirnya dapat menatap wajah lelaki yang ia cintai itu.     

Annie dikagetkan dengan kabar berita ditangkapnya lelaki hidung belang yang selama ini selalu menggauli dirinya bersama sang ayah pada koran harian kota itu. Dalam surat kabar itu mengatakan jika sang lelaki hidung belang itu tidak lain adalah seorang gembong narkoba kelas kakap. Annie sangat bersyukur akan hal yang baru saja ia temui dari surat kabar itu, setidaknya kini sang ayah tak akan bisa lagi menjual dirinya kepada lelaki hidung belang yang kini harus mendekam di penjara itu.     

Tertangkapnya sang lelaki hidung belang itu tentu saja berdampak bagi sang ayah, bagaimanapun juga lelaki itu adalah sumber uang baginya. Walau kini sang lelaki hidung belang itu telah tertangkap dan mendekam di penjara, namun nyatanya hal itu tidak berpengaruh banyak bagi Annie. Wanita itu tetap saja harus menderita sebab perlakuan kasar sang ayah, lelaki berengsek itu kini bahkan lebih sering menggauli Annie, nafsunya seperti tidak pernah habis, dalam sehari sang ayah bahkan bisa melakukan hal itu sampai tiga kali. Untungnya sang ayah selalu menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan terjadi pada anaknya itu.     

Bertahun-tahun Annie harus melayani nafsu binal dari sang ayah, kini wanita itu telah menginjak masa kuliahnya. Semenjak ia mengalami pelecehan seksual itu, kini kepribadian Annie mulai berubah, ia tak dapat lagi bergaul dengan teman sebayanya seperti dulu, ia selalu merasa kotor dan tidak pantas untuk hidup normal seperti anak-anak sebayanya. Pelecehan seksual yang ia terima dari sang ayah telah berdampak pada mental dan psikis wanita itu. Kini ia bahkan semakin sering mendapatkan dorongan dari dalam dirinya sendiri untuk segera mengakhiri hidupnya. Ia sudah tidak tahan dengan keadaan yang harus ia lewati, bagaimanapun juga sebagai seorang wanita ia berharap bisa memberikan kesuciannya itu pada lelaki yang nantinya akan menjadi suaminya, namun hal itu kini mustahil, ia tak lagi suci, ia kotor dan menjijikkan, setidaknya itulah yang selalu tertanam di dalam pikirannya saat itu.     

Sampai pada suatu hari sesuatu yang sangat tidak ia duga terjadi. Itu adalah malam di mana sang ayah tewas. Malam itu selepas ia menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya, sang ayah menelepon dan memerintahkannya untuk segera menemuinya pada sebuah tempat perjudian yang terdapat di daerah sekitar timur kota. Sang ayah memang sangat gemar berjudi, saat itu tampaknya lelaki itu tengah kalah dalam permainan yang ia mainkan, sehingga membuatnya membutuhkan sedikit uang tambahan guna melanjutkan hobinya kala itu. Itulah mengapa sang ayah menyuruh Annie untuk segera menemuinya, tentu saja sang ayah membutuhkan sedikit uang dari sang anak untuk kembali melanjutkan aktivitasnya itu.     

Pukul 08.40 p.m. Annie sampai di tempat yang dijanjikan, dari kejauhan ia sudah melihat sang ayah yang tengah menunggunya di area depan tempat perjudian itu. Annie yang tidak ingin membuat lelaki berengsek itu marah, segera berlari menuju ke arahnya, ia bahkan sudah menyiapkan beberapa lembar uang tabungannya untuk ia berikan pada lelaki tidak tahu diri itu. Namun baru saja ketika ia hendak menyeberangi jalan itu, tiba-tiba saja sebuah mobil sport melaju dengan sangat kencang dan segera menabrak sang ayah tepat di depan kedua matanya.     

Annie melihat dengan jelas bagaimana kejadian itu terjadi, sang pengendara itu melesat dengan sangat kencang dan seolah dengan sengaja menabrakkan mobil yang dikemudikannya dengan kecepatan penuh itu pada sang ayah. Tentu saja sang ayah yang menerima tubrukan itu segera terhempas hingga beberapa meter hingga jauhnya. Sedangkan Annie, wanita itu hanya bisa terdiam mematung melihat kejadian itu terjadi begitu saja di depan kedua matanya. Ia melihat dengan sangat jelas mobil sport itu menabrak sang ayah dengan sangat kencang lalu pergi begitu saja.     

Kehebohan pun segera terjadi di tempat itu. Para warga yang juga menyaksikan kejadian itu segera berusaha untuk mengejar sang pengendara mobil sport yang baru saja menabrak sang ayah, sedangkan Annie segera berlari untuk memeriksa bagaimana keadaan ayahnya yang mengalami kecelakaan itu.     

Untuk beberapa saat tubuh sang ayah terlihat tampak kejang-kejang, sedang darah mengalir dengan sangat masif dari kepalannya. Para warga yang telah berkumpul di area itu tidak ada yang berani mendekat ke arah sang ayah, mereka bergidik ngeri melihat kondisi yang tengah di alami oleh lelaki itu.     

Beberapa segera menelepon ambulans untuk segera datang ke tempat kejadian, sedang Annie yang saat itu tengah berlari segera berusaha menerobos kerumunan yang terjadi guna mendekati sang ayah. Beberapa warga berusaha menahannya, namun Annie segera mengatakan jika lelaki yang tengah terkapar di jalan itu adalah ayahnya. Para warga yang mendengar hal itu segera melepas dan membiarkan Annie untuk mendekat ke arah sang ayah. Kini kejang pada tubuh sang ayah telah berhenti, Annie yang melihat hal itu tahu jika kini sang ayah mungkin tak akan bisa diselamatkan lagi.     

Annie menangis sekencang-kencangnya, ia benar-benar tak menyangka bagaimana hal itu bisa menimpa sang ayah, walau lelaki itu adalah sumber penderitaan utama di hidupnya, namun bagaimanapun juga ia adalah seorang anak, kematian lelaki itu tentu saja sangat membuatnya terpukul.     

Pihak Kepolisian menegaskan jika itu adalah sebuah kasus tabrak lari yang tampaknya memiliki unsur kesengajaan. Hal ini di perkuat dari hasil investigasi yang dilakukan oleh pihak Kepolisian. Mereka mengatakan jika sang pengemudi itu tampaknya dengan sengaja menggunakan pelat palsu dalam melakukan aksinya, hal ini dapat mereka ketahui dari rekaman pada sebuah CCTV yang terdapat pada salah satu lampu lalu lintas yang dilewati oleh pengemudi itu setelah melakukan aksinya. Pihak Kepolisian menyatakan jika nomor yang tertera pada pelat kendaraan itu bahkan tidak terdaftar pada instansi yang terkait, hal ini menegaskan jika nomor kendaraan itu adalah palsu. Namun pihak Kepolisian berjanji akan terus mendalami kasus itu lebih lanjut lagi.     

Keesokan harinya upacara pemakaman untuk sang ayah segera dilakukan. Annie, kedua adiknya, dan sang ibu tampak berkabung. Namun seperti apa yang Annie duga, kematian lelaki itu tampaknya sangat membuat sang ibu terpukul. Bagaimana tidak, semenjak kabar kematian itu terdengar, sang ibu bahkan terus menangisi kematian suaminya itu. Wanita itu bahkan terus menangisi kematian lelaki itu semalam suntuk. Tentu hal ini menandakan rasa cintanya yang begitu dalam pada sang suami.     

Itu adalah hari yang buruk bagi keluarga mereka, namun di satu sisi, ini juga adalah sebuah awal yang baru bagi Annie. Kematian sang ayah membebaskannya dari penderitaan yang selama bertahun-tahun ini ia rasakan. Namun apakah itu benar, bagi Annie kematian sang ayah tentu adalah tanda terlepasnya jeruji besi yang memasung kakinya, terlepas rasa berkabung yang ia rasakan, ada sedikit perasaan lega yang tak dapat ia sembunyikan.     

Hari berlalu, kematian sang ayah tampaknya sangat berdampak pada batin sang ibu, wanita itu masih terlihat selalu menangisi kematian sang suami dalam setiap waktu senggang yang ia miliki, tentu saja hal itu kian menjadi pikiran tersendiri bagi Annie.     

Sampai saat itu Annie masih dapat mengatasi keadaan itu dengan baik, ia bahkan mulai kembali mendapatkan kepercayaan dirinya, walau di satu sisi pengalaman traumatis yang diberikan oleh sang ayah masih sangat membekas di hatinya, tak jarang dorongan untuk mengakhiri hidupnya sendiri itu masih kerap ia rasakan.     

Sampai suatu ketika ia mendapatkan kiriman beberapa foto yang dikemas dengan sebuah amplop berwarna cokelat. Amplop itu tak berisikan nama atau alamat sang pengirim, amplop polos itu tiba-tiba saja berada di dalam kamarnya. Menurut sang adik yang menerimanya, amplop itu dititipkan oleh seorang lelaki yang ditujukan kepada dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.