Another Part Of Me?

Part 4.47



Part 4.47

0Annie bukanya tidak sadar jika hal yang ia lakukan saat itu adalah sebuah kesalahan, namun kini ia tak lagi dapat melihat segala hal dengan cara yang positif, ia lebih cenderung menanggapi semua hal sebagai sesuatu yang buruk, entah itu pandangan orang lain terhadapnya maupun persepsi dari dirinya sendiri.     

Pengalaman traumatis yang ia alami tampaknya sangat berdampak buruk bagi hidupnya, ia kini merasa tak mampu menjalani kehidupannya dengan baik, ia mulai tak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah, ia selalu berpikir negatif, entah itu pada dirinya atau pada pandangan orang lain terhadapnya.     

Davine telah beberapa kali menyelamatkan dirinya dalam upaya aksi bunuh dirinya, namun setiap kali aksi itu gagal, maka semakin besar keinginannya untuk melakukan hal tersebut lagi dan lagi. Annie berkata bahwa suatu saat akan tiba saatnya di mana Davine tak akan lagi dapat menahannya, dan jika saat itu terjadi maka penyebab kematiannya bukanlah karena lelaki itu, ia menegaskan di dalam catatannya jika suatu saat ia akan mati karena ulahnya sendiri.     

Di akhir catatan tertulis tanggal di mana Annie menuliskan catatannya itu, tampaknya ia menulis catatan itu sebulan sebelum mayatnya di temukan sudah tak bernyawa di pesisir pantai yang terdapat di daerah timur kota itu.     

Hanna menutup buku catatan itu, tampaknya Annie menuliskan catatannya itu hanya dalam satu waktu, membuat buku itu tidak pantas dikatakan sebagai buku harian.     

Hanna segera mendekap Donna, ia mengusap lembut pundak gadis itu, ia benar-benar tak habis pikir bagaimana bisa gadis seusianya harus membaca dan mendapati kenyataan yang sangat pahit perihal apa yang telah menimpa Annie dan keluarganya itu.     

Donna hanya bisa menangis di dalam pelukan Hanna, sedang Hanna, lelaki itu tak tahu harus mengucapkan apa pada gadis belia itu.     

"Kau harus kuat sayang!" ujar Hanna lembut. Bagaimanapun Donna masih terlalu muda untuk mendapati kenyataan yang sangat pahit tentang kakak perempuannya itu.     

Bella segera meraih buku catatan itu, ia yang sedari tadi hanya bisa melihat dan memperhatikan ekspresi Hanna ketika membaca catatan itu, tentu saja sangat penasaran akan apa yang tertulis di dalam catatan milik sahabatnya itu.     

Beberapa waktu berlalu, Hanna dan Donna masih terdiam satu sama lain, sedang Bella, wanita itu tampak bergelimang air mata sembari terus membaca catatan milik sahabatnya itu.     

Hanna hanya bisa menundukkan kepalanya, ia tahu jika kenyataan yang terdapat di dalam buku catatan itu pasti akan membuat kekasihnya itu sangat syok, ia tahu sebagai wanita, Bella adalah tipe yang sangat perasa, terlebih jika itu mengenai sahabatnya itu sendiri.     

Butuh beberapa waktu hingga Bella menyelesaikan bacaannya itu, wanita itu segera menutup buku catatan itu dan terlihat hanya terdiam terpaku tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun. Tampaknya wanita itu benar-benar syok setelah mengetahui seberat apa masalah yang selama ini disembunyikan oleh sahabatnya itu. Ia hanya bisa terdiam dengan tatapan kosong, sedang air matanya masih saja terus mengalir tanpa bisa dihentikan.     

Hanna meraih tangan wanita itu dengan sangat lembut, ia mengusap-usap punggung tangan itu, berusaha memberikan sedikit kehangatan bagi kekasihnya yang saat itu masih terdiam mematung dengan tatapan kosongnya.     

"Bella?" tegur Hanna lembut.     

"Apa kau baik-baik saja?" tanya lelaki itu.     

"Aku tahu kenyataan ini sangat berat untuk kau terima, namun ...." tampaknya Hanna tak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk ia ucapkan pada kekasihnya itu.     

Bella terlihat merespons hal itu, ia tampak berusaha mengusap air matanya, namun semakin ia mengusapnya, semakin deras air mata itu mengalir, jelas sekali jika wanita itu sangat terpukul atas apa yang baru saja ia ketahui tentang mendiang sahabatnya itu.     

"Aku ... aku, hanya ...," ujar Bella, wanita itu tampak sesenggukan.     

"Aku hanya ...." wanita itu berusaha kembali melanjutkan kata-katanya, namun bibirnya bergetar hebat, ia benar-benar tak mampu mengucapkan apa yang ingin ia katakan dengan benar.     

Hanna segera meraih tubuh wanita itu dan menariknya ke dalam dekapannya, ia tahu beban berat yang saat ini sedang Bella hadapi, wanita itu pasti menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mengetahui masalah besar yang saat itu dialami oleh sahabatnya, sedang wanita itu merasa jika dirinya selalu ada di sekitar Annie saat masalah itu menimpa wanita malang tersebut.     

Untuk sesaat Hanna dan Bella hanya bisa terdiam membisu, mereka tak tahu apa yang harus mereka katakan satu sama lain dalam kondisi itu, sedang di sana ada Donna yang masih sangat labil untuk dapat menerima kenyataan yang baru saja terungkap perihal Annie.     

Hanna segera menanyakan kepada Donna, apakah ada yang tahu perihal apa yang telah menimpa kakak perempuannya itu selain dirinya. Donna segera menegaskan jika sampai saat ini hanya dirinyalah yang mengetahui perihal itu, sedang ibu atau dan adiknya masih tidak tahu-menahu akan apa yang telah menimpa wanita malang itu.     

Hanna menatap Bella, tampak kekasihnya itu masih dalam keadaan yang tidak stabil, tentu perihal apa yang telah terjadi pada Annie masih sangat mengganggu pikirannya.     

"Aku pikir ada baiknya jika kita merahasiakan perihal ini dari siapa pun, terutama pada ibu dari Annie!" ujar Hanna.     

Hanna hanya tidak ingin hal seperti ini kembali terulang, ia pikir akan sangat buruk jika sang ibu dari Annie mengetahui perihal apa yang telah terjadi pada anak pertamanya itu, Hanna khawatir jika sang ibu mengetahui hal itu, maka hal tersebut pastilah akan segera berdampak pada mental sang ibu.     

Bella hanya bisa mengangguk setuju akan apa yang baru saja kekasihnya itu katakan, sedang tangannya kini tampak sedikit bergetar. Wanita itu terlihat masih mencoba bertarung dengan batinnya sendiri.     

"Donna, apa kau bisa menjaga rahasia ini?" ujar Hanna.     

"Ingat, jangan sampai ada seorang pun yang mengetahui tentang apa yang telah terjadi pada Kakakmu. Terutama ibumu!" ujar Hanna.     

"Baik kak, saya akan menjaga rahasia ini!" ujar Donna, terlihat sebuah keresahan masih tertanam di matanya, bagaimanapun rasanya hal itu terlalu berat bagi gadis belia sepertinya.     

Hanna dan Bella kembali turun dari mobil itu dan mengantarkan Donna untuk kembali ke rumahnya, sedang buku catatan milik Annie kini gadis itu berikan pada Hanna. Hanna juga merasa jika lebih baik jika catatan itu ia simpan, bagaimanapun juga itu adalah aib bagi keluarga Williams.     

******     

Davine yang baru saja membaca surat kabar yang memberitakan kebenaran dan fakta penyebab kematian Annie hanya bisa terdiam dan tak mampu berkata apa-apa, bagaimana mungkin Annie melakukan hal seperti itu, pikirnya.     

Namun di satu sisi ia juga sedikit dapat menerima jika hal itulah kebenarannya, mengingat apa yang belakangan ini mulai kembali datang pada ingatannya, apa mungkin Annie mengalami depresi sebab pelecehan seksual yang ia terima dari sang ayah, pikir Davine.     

Davine masih terpaku pada surat kabar yang sedang ia baca itu, bagaimanapun apa yang telah dikabarkan dalam media cetak itu sangat mencengangkan baginya. Bagaimana tidak, selama ini ia berusaha mencari tahu siapa pelaku dari pembunuhan sahabatnya itu, dan kenyataan di mana Annie ternyata tewas karena perbuatan wanita itu sendiri benar-benar membuatnya terpukul.     

Atensi Davine terus tertuju pada gambar yang terlampir di surat kabar itu, walau gambar itu telah diblur namun ia masih bisa sedikit melihat sosok Annie di dalam gambar tersebut. Rasa sakit kembali terasa di hatinya, ia mulai merasakan kembali perasaan yang begitu dalam menyerang hatinya, perasaan yang dulu sempat ia rasakan ketika kabar kematian dari sahabatnya itu ia dengar. Davine, lelaki itu mulai kembali meneteskan air matanya, ia tak dapat membuang perasaan itu begitu saja, bahkan setelah beberapa bulan berlalu, Davine, lelaki itu masih bisa merasakan perasaan kehilangan yang begitu dalam.     

Rasa kantuk mulai menyerangnya, semua perasaan itu sangat membebani pikirannya, membuat otak mengirimkan signal untuk segera mengistirahatkan tubuhnya. Aktivitas menangis pada dasarnya adalah pekerjaan sangat berat bagi tubuh, aktivitas ini tentu membutuhkan banyak energi dan dapat menyita semua kinerja tubuh, itulah mengapa seseorang kerap merasakan kantuk setelah menangis, hal ini pulalah yang dirasakan Davine saat itu.     

Davine berdiri mematung tepat di hadapan Annie. Wanita itu tampak memegang sebuah pisau di tangannya, Annie tampak berteriak dan mengancam Davine untuk tidak mendekatinya, sedang wanita itu kini bersiap untuk menancapkan pisau yang ia genggam pada tubuhnya. Davine yang melihat hal itu merasa panik bukan kepalang, ia sudah berusaha mengerakkan kaki-kakinya, namun kaki itu seolah tertanam pada bidang datar yang sedang ia pijak, sedang Annie, wanita itu tampak mulai menancapkan pisau yang ia pegang pada tubuhnya sendiri. Davine berteriak histeris, ingin sekali mencoba menghentikan wanita itu saat itu juga, namun apa daya kakinya tak dapat ia gerakan sama sekali, kini kedua kakinya itu bahkan seolah tertarik masuk pada bidang datar yang sedang ia pijak, menariknya perlahan bagai pasir hisap, sedang Annie, wanita itu terus menghujamkan tikaman demi tikaman pada perutnya sendiri.     

Davine terus berteriak dengan sangat kencang, kini parau suaranya mulai dapat terdengar.     

"Kumohon Annie, hentikan itu!" ujar Davine.     

Namun Annie tampak tak menghiraukannya, wanita itu terus menancapkan pisau itu pada perutnya, sedang darah kini mulai mengalir dengan masif dari setiap luka terbuka yang ia buat.     

Davine menangis sejadi-jadinya, ia merintih dan memohon agar Annie berhenti melakukan hal gila itu pada dirinya sendiri, namun Annie tampak tak mendengarkannya, wanita itu hanya berkata jika 'waktu tak akan bisa kau putar kembali' pada Davine.     

Annie tampak semakin menjauh dari dirinya, sedang Davine kini setengah tubuhnya telah tenggelam pada bidang datar yang menghisapnya itu. Di saat-saat terakhir, Annie tampak melemparkan sebuah kalimat pada Davine, walau suaranya tak terdengar, namun lelaki itu masih dapat membaca gerak bibir sahabatnya itu.     

"Aku mencintaimu!" ujar Annie di saat-saat terakhirnya, sebelum akhirnya ia menghempaskan tubuhnya jatuh pada tebing yang berbatasan langsung dengan bibir pantai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.